Home / Romansa / Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia / 7. Makan Malam Romantis Berujung First Kiss

Share

7. Makan Malam Romantis Berujung First Kiss

Author: Sasa Sun
last update Last Updated: 2025-04-08 22:44:56

“Ba-bagaimana kalau .... malam ini anda membuat kejutan makan malam romantis dengan Luisa. Saya yakin Tuan Besar pasti akan berhenti curiga.” Walau takut dengan amarah sang bos, tapi Paul masih bisa memberikan ide.

Diam semenit, Alfreed baru bicara, “Hanya makan malam ‘kan? Tidak melakukan yang lain?”

Alfreed memastikan lebih dulu. Dia tak mau terperosok makin dalam oleh ide Paul.

“Usahakan Tuan basa-basi sedikit dengannya dan tatap matanya sesekali. Pasti rencana ini akan sukses besar, Tuan. Saya jamin!” Paul meyakinkan.

“Baiklah, kau atur semuanya.” Akhirnya emosi Alfreed mereda.

Sesuai perintah, Paul bergegas mengatur segalanya. Dia mempersiapkan makan malam romantis di rooftop apartemen. Tak lupa dia mampir membawakan sebuah gaun cantik untuk Luisa.

Saat dia menekan bel, yang membuka pintu adalah Kakek Scott.

“Rupanya kau, Paul.”

“Selamat siang, Tuan besar.” Paul membungkuk menyapa Kakek Scott.

“Bersikaplah biasa saja jika di sini. Ada apa?” Kakek Scott menoleh ke belakang, memastikan Luisa tidak memergoki mereka.

“Saya membawa hadiah untuk Nyonya dari Tuan.”

“Cih, trik bodoh! Pasti karena aku mencurigainya tadi pagi, kan?” Langsung Kakek menebak demikian.

“Curiga? Tentang apa, Tuan?” Paul pura-pura tidak mengerti.

“Memangnya dia tidak bilang apa-apa padamu?” tanya Kakek balik.

“Sejak pagi saya sibuk mempersiapkan kejutan untuk Nyonya dari Tuan Alfreed, jadi saya belum bertemu dengannya di kantor, Tuan.” Demi bosnya, Paul siap mengarang kisah sepanjang apapun.

“Kejutan? Memangnya dia mempersiapkan kejutan apa?” tanya kakek lagi.

“Malam ini Tuan akan mengajak Nyonya Luisa untuk makan malam romantis di rooftop apartemen dan Tuan juga sudah membelikan gaun ini untuk Nyonya.”

Kakek Scott mengintip isi kantongan yang Paul bawa.

“Sesungguhnya kejutan ini sudah dia rencanakan kemarin malam di sini, tapi karena Tuan Besar memutuskan tinggal bersama mereka, jadi seketika batal,” lanjut Paul lagi.

“Kemarin malam? Berarti Alfreed ingin mengajak Luisa bermalam di apartemen ini sebelum menikah?” Seingat Kakek, pernikahan cucunya kemarin adalah rencana dadakan yang dia buat, maka jika Alfreed mengajak Luisa makan malam di apartemen itu, bukan tidak mungkin mereka juga akan bermalam di situ.

Paul senyum-senyum tak menjawab. Sengaja dia membiarkan Kakek Scott menebaknya sendiri.

“Siapa yang datang, Kek?” Suara Luisa tiba-tiba terdengar.

“Hai, Luisa. Aku mampir mengantar ini untukmu dari Alfreed.” Paul menjawab sembari menyerahkan kantongan yang dibawanya.

“Apa ini?” tanya Luisa.

Paul menggeleng, pura-pura tidak tahu.

“Bukalah di kamarmu, Nak,” ucap kakek dengan senyum.

“Ohya, hampir aku lupa.” Paul juga menyerahkan sebuah kartu berwarna gold kepada Luisa.

“Untuk apa ini?”

“Tidak tahu. Titipan dari Alfreed. Aku hanya mengantarkannya saja. Ya sudah kalau begitu aku pamit, ya.” Paul beralih menatap Kakek Scott.

“Kek, aku pamit.” Hampir saja dia menunduk saat berpamitan yang dengan sigap ditangkap oleh sang kakek.

Malam pun tiba. Tepat pukul delapan, Luisa dan Alfreed sudah duduk berhadapan di rooftop apartemen. Menu yang dipilihkan oleh Paul adalah pasta yang disajikan dengan saus krim dan daging.

“Paul yang memilih menu ini. Jika kau tidak suka-” Belum selesai Alfreed bicara, Luisa memotong.

“Aku suka dan aku tidak pernah pilih-pilih makanan.”

Terhenti fokus Alfreed pada pasta, matanya kini memandang Luisa, dan yang dipandang pun jadi salah tingkah.

“A-apa ada yang salah dengan kalimatku?” tanya Luisa.

Alfreed tak menjawab. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celana lalu dia serahkan pada wanita itu.

“Oleskan ke pipimu. Jangan sampai kakek berpikir aku tidak peduli padamu.” Ternyata itu adalah salep penghilang bekas luka.

Tersenyum Luisa jadinya, tak menyangka kalau Alfreed yang dingin itu juga bisa perhatian padanya.

Melihat senyum Luisa, Alfreed kembali fokus pada makanannya. “Jangan salah paham, salep itu titipan dari Paul.”

Seketika hilang senyum di bibir Luisa.

'Aku pikir kau sudah mengingatku, ternyata tidak. Lalu untuk apa makan malam ini diadakan kalau sikapmu saja acuh tak acuh.'

Luisa bicara dalam hati. Dia kesal sebab merasa tertipu perhatian palsu dari Alfreed. Gara-gara itu Luisa jadi teringat dengan kartu berwarna gold yang diberikan Paul padanya siang tadi.

“Oh ya, aku mau mengembalikan ini.” Luisa meletakkan kartu tersebut di atas meja.

“Kau tidak perlu meminjam kartu kredit Paul untuk memberiku uang saku. Aku tidak butuh apapun,” sambung Luisa.

Heran dengan ucapan itu, Alfreed mengerutkan dahi. ‘Untuk apa aku meminjam kartu kredit Paul? Yang benar saja!’

Saat Alfreed hendak membalik kartu tersebut untuk mengetahui siapa pemiliknya, tangannya tak sengaja menyenggol gelas Luisa hingga tumpah. Refleks wanita itu bangkit untuk menghindar dari tumpahan, tapi sayang gaunnya yang panjang justru terkibas mendekati lilin yang tersusun rapi mengelilingi area makan mereka.

Alfreed dengan sigap menarik Luisa mendekat. Bahaya kalau sampai gaun Luisa terbakar, pikirnya.

“Apa-apaan kau ini?! Kenapa mundur tiba-tiba begitu?!”

Luisa terkejut. Selain bentakan Alfreed juga ditambah dengan tubuh mereka yang kini berhadapan begitu dekat, membuat jantungnya berdetak cepat.

“A-aku ...” Luisa menelan ludahnya sendiri, gagap dia jadinya.

Entah karena apa, tapi seketika atmosfer diantara mereka jadi berubah. Kilatan cahaya lilin memantulkan siluet tubuh Luisa membentuk bayangan yang mengingatkan Alfreed pada kenangan delapan tahun yang lalu.

‘Kenapa aku merasa tidak asing dengannya,’ batin Alfreed heran.

Bersamaan dengan itu, dari ujung rooftop terdengar bunyi kardus berjatuhan. Pesan Paul saat di kantor tadi kembali terngiang oleh Alfreed.

‘Saya yakin Tuan, entah di sudut mana itu tapi Tuan Besar pasti mengintip acara makan malam anda. Maka manfaatkan kesempatan emas ini sebaik mungkin. Jangan sampai anda gagal dan seluruh warisan Tuan Besar akan menjadi milik panti sosial.’

Detik itu juga Alfreed melakukan hal yang dia sendiri tak pernah membayangkannya. Dia tarik lagi tubuh Luisa hingga tak tersisa jarak diantara mereka, lalu dia menunduk, meraih bibir tipis berwarna peach yang tidak menggunakan polesan apapun itu.

Alfreed dan Luisa kini berciuman. Ciuman yang mungkin berawal dari desakan keadaan, yang di detik berikutnya justru berubah menjadi ciuman yang saling dinikmati oleh keduanya.

Pelan, lembut dan menghanyutkan hingga tanpa sadar sebelah tangan Alfreed sudah menopang kepala Luisa dan yang satunya lagi mengait di pinggang Luisa.

Kakek Scott yang baru saja ingin mengecek acara makan malam mereka, mendapat tontonan luar biasa yang membuatnya tersenyum lebar.

‘Akhirnya bocah satu ini paham bagaimana cara membina hubungan hangat dengan istri.’ Kakek merasa lega dan memilih untuk pergi dari sana.

Ternyata bunyi kardus berjatuhan tadi bukan berasal dari sang kakek. Hanya tiupan angin yang mungkin bentuk dukungan semesta untuk pasangan itu.

Usai berciuman, Alfreed dan Luisa tak bicara sepatah kata pun. Bahkan untuk saling memandang mereka jadi salah tingkah. Keduanya sibuk dengan pikiran dan perasaannya masing-masing. Hingga akhirnya Alfreed yang mengalah.

“Aku akan mengantarmu ke bawah, dan aku harus kembali ke kantor untuk urusan penting.” Alfreed melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rooftop diikuti Luisa dari belakang.

Makan malam mereka kali itu menghasilkan perasaan yang luar biasa tak tentu arah bagi keduanya. Alfreed bahkan tak sanggup untuk masuk ke apartemen dan bermalam dengan Luisa di satu kamar. Dia memutuskan tidur di hotel malam itu.

Sialnya, Jordan asisten sang kakek ternyata juga berada di hotel yang sama. Langsung dia melaporkan itu pada Tuannya.

“Apa kau bilang? Alfreed?!” Kakek terkejut menerima laporan tersebut lewat telepon. Diliriknya jam dinding sudah pukul 2 pagi, sudah tak mungkin lagi cucunya pulang.

“Jadi dia menginap di sana? Apa maksud bocah itu? Apa jangan-jangan kejadian di rooftop tadi hanya tipuannya untuk mengelabuiku? Sialan!” Kakek Scott marah besar. Mematikan telepon, dia bergegas keluar kamar .

“Jangan harap kau akan mendapat sepeserpun dariku, bocah kurang ajar! Kupastikan kau akan kembali ke sini malam ini juga!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    8. Alfreed Kabur, Tapi Diusir Disemua Tempat

    Alfreed melangkah menuju kamar terbaik di hotel yang dia datangi malam itu, namun tiba-tiba manager hotel berlari menyusulnya dari belakang. “Maaf, Tuan Alfreed. Saya bener-benar minta maaf,” ucap manager itu dengan napas ngos-ngosan. “Ada apa ini?” “Saya lupa bilang, kalau seluruh kamar hotel sudah di-booking, Tuan.” Terkejut bukan main Alfreed mendengar ucapan itu. Bagaimana mungkin seluruh hotel sudah di-booking, sementara acces card sudah ada di tangannya, dan apakah mereka lupa kalau dia adalah CEO Scott Corp yang merupakan pemilik dari hotel tersebut. “Saya sungguh-sungguh meminta maaf, Tuan. Tidak ada sedikitpun niat kami untuk membuat anda marah. Ini murni kelalaian pegawai resepsionis.” Sang manager terus menunduk, tak berani mengangkat kepalanya menatap Alfreed. Sejujurnya Alfreed ingin marah tapi perasaan campur aduk usai berciuman dengan Luisa lebih mendominan. Dia memilih pergi menuju apartemen miliknya sendiri, bukan ke apartemen Paul yang belakangan men

    Last Updated : 2025-04-09
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    9. Making Love With Her

    “Aku memberimu kesempatan terakhir, tunjukkan padaku bahwa kau benar-benar serius dengan pernikahanmu! Kembali ke kamarmu sekarang, dan besok semuanya akan normal, tidak akan ada lagi yang berani mengusik apalagi menganggapmu tamu di rumahku," ucap Kakek Scott. Alfreed mengepalkan kedua tangan, egonya sangat tinggi sehingga dia memilih untuk pergi sekalipun dia sangat menyayangkan harta dan warisan sang kakek. Masuk ke mobil, Alfreed membanting pintu dan memukul setir kemudi. Otaknya sudah tidak bisa diajak berpikir, hanya ingin marah dan mengamuk sekarang. Satu-satunya orang yang terlintas di kepalanya adalah Paul. “Kau harus bertanggung jawab untuk semua ini, Paul!” Alfreed menelepon asistennya itu, tapi tidak diangkat. “Sialan! Apa kau juga sudah berpaling pada si tua bangka itu?!” Tak puas, Alfreed langsung mengemudikan mobilnya menuju apartemen Paul yang baru. Setiba di sana, dia menggedor kasar pintunya. Tak peduli mau berapa banyak orang yang akan terganggu aka

    Last Updated : 2025-04-10
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    10. Darah!

    Alfreed menghela napas panjang. Dia usap seluruh wajahnya hingga ke kepala, berusaha menerima kenyataan yang telah terjadi. Ini bukan tentang kenikmatan tadi malam, melainkan dengan siapa dia melakukannya. Kembali Alfreed menatap wanita di balik selimut itu. ‘Luisa Juarez. Siapa sebenarnya kau ini? Aku hanya tahu namamu, selebihnya tidak. Maka tak masuk di akal kalau aku tertarik padamu,’ batin Alfreed. Matanya memandang wajah Luisa yang masih tertidur pulas. Kulit sawo matang, rambut ikal dan almond eyes berwarna hazel yang dimiliki Luisa, sungguh bukan tipenya. ‘Yang pasti kau bukan tipeku!’ ucap Alfreed lagi dalam hati. Alfreed bukan lah pria yang mudah jatuh cinta. Sekalipun sudah berbagi ranjang dengan banyak wanita, namun untuk melabuhkan hati adalah hal yang tak akan mungkin dia lakukan. Traumanya dikhianati begitu besar, hingga tak berminat lagi punya hubungan. Tapi sejak ciuman terpaksa yang dia lakukan dengan Luisa di rooftop apartemen kemarin, membuatnya tak henti

    Last Updated : 2025-04-12
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    11. Alfreed Bertanggungjawab Pada Luisa

    Terkejut dengan respon Alfreed yang mendadak perhatian, Luisa seketika membisu. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Langsung pria itu meraih tubuh Luisa dan kembali membaringkannya di ranjang. “Aku tidak akan minta maaf, tapi aku akan bertanggungjawab,” ucap Alfreed. Matanya memandang Luisa serius. ‘Apa iya jatuh sedikit saja harus ditanggungjawabi? Lagipula kan ini salahku sendiri,’ pikir Luisa. Dia belum tahu kalau tanggung jawab yang Alfreed maksud bukan perkara jatuhnya. Tapi dipandang terus seperti itu, membuat Luisa gugup dan hanya bisa membisu. “Tetaplah di sini. Aku akan belikan sarapan.” Alfreed hendak bangkit, tapi Luisa sigap menarik tangannya. “Jangan! Biar aku yang siapkan sarapan. Tapi sebelum itu beri aku waktu lima menit saja untuk mandi.” Luisa tak bisa lagi terus membisu. Tanggung jawab akan tugasnya di rumah itu tidak boleh lalai, pikirnya. Alfreed melirik tangannya yang dipegang Luisa, lalu beralih memandang wanita itu. “Lakukan saja apa yang k

    Last Updated : 2025-04-12
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    12. Tuan Muda Jose Fernando Chavez

    Meksiko “Sudah kukatakan aku paling benci pengkhianat.” Seorang pria dengan lengan dan dada yang dipenuhi tato berdiri di hadapan orang yang berlutut padanya, disebuah ruangan yang dipenuhi lima orang yang memegang senjata. Pria itu adalah Jose Fernando Chavez. Anak pertama dari pemimpin Kartel El Salvador, kelompok mafia paling berbahaya di Meksiko. “Maafkan saya, Tuan, saya sungguh-sungguh minta maaf ...” Orang yang berlutut itu, memohon ampunan. Beberapa bagian tubuhnya mengucur darah, sebab sudah dipukuli lebih dulu. Jose lalu menjambak rambut orang itu hingga terdongak. Dihisapnya dalam cerutu yang berada di tangannya lalu dia hembuskan perlahan seperti menikmati, kemudian dia padamkan cerutu tersebut tepat di mata orang itu. “Aaaarrrrgh ...” Menjerit histeris, menggelupur orang itu memegangi matanya. “Selesaikan, aku tidak mau melihat wajahnya lagi,” perintah Jose pada anak buahnya sembari dia melangkah pergi. Kejam, sadis dan tanpa ampun, begitulah seorang Tua

    Last Updated : 2025-04-13
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    13. Luisa Sakit

    Washington DC "Jika butuh bantuan, langsung saja panggil. Aku tidak akan kemana-mana,” sambung Alfreed. Tak lagi menatap wajah Alfreed, Luisa mengangguk sembari melangkah cepat masuk ke kamar mandi. Sambil menunggu Luisa mandi, Alfreed meraih ponsel untuk mengirim pesan pada Paul, asistennya. Lima menit berlalu, Luisa sudah selesai mandi. Bukannya langsung keluar, wanita itu malah hanya menyembulkan kepala dari pintu kamar mandi. Menggigit bibir, Luisa melihat Alfred yang duduk santai di sofa sembari bermain ponsel. "Apa yang harus aku lakukan? Haruskah kuminta dia buat ambil handuk?" Luisa malah bingung sendiri sebab saat masuk ke kamar mandi tadi, dia tak membawa handuk maupun baju ganti. Tak mungkin juga dia langsung keluar dengan tanpa busana, sedangkan Alfred masih ada di dalam kamar. "Sstt ...." Pada akhirnya dia memanggil Alfred. Tapi bukan memanggil nama, wanita itu malah membuat suara aneh hanya agar Alfred menoleh ke arahnya. "Kau sudah selesai?" Bangkit,

    Last Updated : 2025-04-14
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    14. Sejuta Pertanyaan Kakek

    Malam menjelang, kakek Scott sudah mempersiapkan segala macam jenis makanan di atas meja. Seperti biasa dia hanya tinggal menyuruh supirnya untuk mengambil makanan yang sudah lebih dulu dia pesan dari restoran ternama langganannya. “Alfreed ... Luisa ... Sudah seharian kalian di kamar. Ayo, keluar, memangnya kalian tidak capek?” ucapnya setelah mengetuk pintu kamar. Bukan Luisa yang keluar melainkan Alfreed. “Apa-apaan sih, Kek?! Pertanyaan macam apa itu?” sentak cucunya kesal. Plak! Tak gentar, kakek Scott memukul lengan cucunya. “Kau memang sudah gila, ya, Bocah?! Kau bilang padaku kalau dia berdarah, tapi seharian kau hajar dia habis-habisan! Di mana hati nuranimu?!” geram kakek dengan suara berbisik. Tak ingin cucu menantunya mendengar. Semula kesal, kini Alfreed jadi terperangah. “Aku saja setelah sah menikahi nenekmu, hanya sekali melakukannya. Besok baru kuulangi lagi. Tidak melakukannya berkali-kali dalam sehari!” “Kau jangan norak, Alfreed! Aku tahu

    Last Updated : 2025-04-16
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    15. Pertemuan Pertama Alfreed dan Luisa

    Luisa kembali melirik Alfreed. Khawatir sekali dia salah bicara, takut akan membuat pria yang saat ini merapatkan rahangnya itu, marah besar. Paham dengan tatapan khawatir Luisa, Kakek menegur cucunya. “Heh, Bocah! Kau tidak senang ya, aku menanyai istrimu?” “Bukan begitu, Kek. Tapi_” “Tapi apa?!” Kakek memotong kalimat Alfreed. “Ya sudahlah, terserah kakek saja.” Terpaksa Alfreed mengalah. Tapi sebelum kakeknya kembali menagih jawaban Luisa, dia condongkan tubuhnya mendekat ke telinga wanita itu. “Aku percaya padamu. Tolong kau beri dia jawaban sebaik mungkin,” bisiknya yang sukses membuat bulu kuduk Luisa merinding. Karena terlalu tiba-tiba Alfreed berbisik, yang telampau dekat sampai bibirnya menyentuh telinga Luisa. ‘Oooh, astagaaa ...,’ batin Luisa tidak karuan. Ditariknya napas dalam berusaha tenang dari perasaan itu. “Kami bertemu tepatnya delapan tahun yang lalu, Kek. Saat itu aku masih berusia 18 tahun. Dan persis seperti yang Alfreed bilang, kami be

    Last Updated : 2025-04-17

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    26. Memotong Tangan Diana?

    “KAU!”Suara Jose menggema satu ruangan. Getarannya bahkan terasa hingga mengguncang otak si pendengar. Termasuk Luisa, semuanya jelas ketakutan. Bahkan vas yang berada tak jauh darinya seketika pecah. Refleks Diana melepaskan tangannya dari rambut Luisa. Wanita itu sungguh-sungguh sedang menggali kuburannya sendiri. Tanpa diberi perintah, sepuluh orang anak buah Jose menodongkan senjata ke kepala Diana, Selena dan juga Evan. Sudah jelas hidup mereka akan berakhir di tempat itu.Melangkah cepat, Jose menarik Luisa ke sisinya. Tak akan dia biarkan wanitanya berada dekat dengan si tua gila yang sudah bosan hidup itu.“Sakit?” tanya Jose lembut pada Luisa.Luisa menggeleng. Bukan karena tidak sakit, tapi sudah biasa dia diperlakukan begitu , jadi tak perlu dipermasalahkan.Namun jangan panggil namanya Tuan Muda Jose, jika dia membiarkan hal ini begitu saja. Sambil menahan emosi yang sudah ingin meluap sejak tadi, Jose memberi perintah,“Potong tangannya!”“Aaaaa ... Ampuuuun, Tuan ...

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    25. Jose Menyelesaikan Masalah Luisa

    Luisa mengerjapkan mata berulang kali. Ditanya begitu oleh Jose, sungguh membuat dia kebingungan.Bukan bingung antara Jose dan Alfreed, melainkan bingung memilih kalimat yang tepat agar pria masa kecilnya itu tahu bahwa dia sudah bukan Luisa yang dulu. Luisa yang single dan tidak terikat dengan siapapun. Seandainya saja Jose muncul sehari sebelum dia lari dari Meksiko, mungkin keadaannya tidak akan semembingungkan ini. Tapi begitulah takdir, sudah begitu dekatnya Luisa bertemu Jose sebab hendak dijual oleh Selena, namun Tuhan justru membawa langkahnya jauh hingga ke Washington DC. Bertemu dengan pria yang menolongnya saat hampir di lecehkan ketika dia tinggal di Inggris dulu.Perjalanan panjang berliku yang Luisa sendiri pun tak menyangka akan seperti ini."A-aku tidak bisa, Nando.” Menyebut nama Nando serta melihat penampilan pria dihadapannya, Luisa jadi sadar kalau dia bukan Nando-nya yang dulu, tapi Tuan Muda Jose Fernando Chavez.“Maksudku, Tuan Muda Jose ...” Luisa meralat ka

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    24. Janji Pernikahan Jose & Luisa

    “Maafkan aku, Lu.... “ Sekali lagi Jose hendak memeluk Luisa, tapi wanita itu terus mendorong tubuhnya menjauh. Dia bahkan menggeleng, seperti tak ingin berada di dekat Jose. “Di hari yang sama ... nenek dan kau pergi meninggalkan aku ... “ Masih Luisa bicara sambil terisak-isak. Kesedihan yang dialaminya enam belas tahun yang lalu seakan terekam ulang. Flashback on “Sepertinya aku akan pergi,” ucap Nando, anak lelaki yang bernama lengkap Jose Fernando Chavez, sore itu di tepi pantai yang tidak jauh dari rumah Nenek Angel. “Kau mau pergi mana?” tanya Lulu, alias Luisa kecil. “Entahlah, aku juga tidak tahu, karena orang-orang itu terus berdatangan setiap hari ke rumah bibiku.” Jose melihat ada sekumpulan orang berbaju hitam yang setiap hari datang mencarinya dan bibinya selalu mengatakan dia tidak ada. Tapi entah kenapa Jose merasa cepat atau lambat dirinya pasti akan dibawa oleh orang-orang itu. “Lalu bagaimana denganku ...? Jangan bilang kau akan meninggalkan aku, N

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    23. Seseorang di Masa Lalu Luisa

    “Tidak, Tuan. Demi Tuhan, tidak! Mana berani saya punya pikiran seperti itu pada orang yang akan saya ajukan untuk Tuan.” Panik Paul dituduh begitu.Tapi memang benar, tak sedikitpun ada niat lebih di otak Paul tentang Luisa. Murni hanya ingin menolong, sebab dia tahu betul kalau Kartel El Salvador adalah yang paling kejam di Meksiko. Semua yang berurusan dengan mereka taruhannya nyawa jika tidak menurut.Dan kalaupun saat itu Luisa menurut untuk berhubungan dengan Jose, setelah itu dia pasti akan digilir ke anak buahnya. Hal lumrah bagi kumpulan penjahat bajingan seperti mereka.Ditambah lagi pertemuan Paul dengan Luisa tepat di detik-detik terakhir deadline-nya menemukan calon istri kontrak untuk sang bos.“Tapi gara-gara kau membawanya, nyawaku hampir melayang, kau tahu!” Alfreed menarik kerah baju Paul. Geram dia kalau ingat kejadian saat di Meksiko kemarin.“Sa-saya minta maaf, Tuan. Saya benar-benar minta maaf.”Alfreed lalu melepas sembari mendorong Paul menjauh darinya.“Tapi

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    22. Jose Hendak Menembak Alfreed

    “Lepaskan dia. Dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini,” pinta Luisa yang seketika itu Jose melirik pada Alfreed. Diperhatikannya pria itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Walau dia belum tahu apa hubungan Luisa dengan pria tersebut tapi dia langsung tidak suka. “Siapa kau?” tanya Jose pada Alfreed. “Bukan siapa-siapa.” Luisa yang menjawab. Sengaja, agar Jose bisa langsung melepaskan Alfreed. Tapi pengakuan tersebut malah membuat Alfreed makin salah paham. Otaknya berkesimpulan kalau Luisa punya hubungan spesial dengan Jose dan hanya menjadikannya sebagai pelarian. ‘Wanita licik! Kau jelas takut mengakui siapa aku! Benar-benar sialan! Bisa-bisanya Paul mengenalkan manusia sepertimu padaku!’ gerutu Alfreed. “Siapa kau?!” tanya Jose sekali lagi yang kali ini tepat di hadapan Alfreed. Bukannya takut Alfreed justru tersenyum. “Aku suaminya.” Sontak pengakuan itu membuat semua yang mendengar terkejut. Termasuk anak buah Jose yang tak menyangka kalau sang

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    21. Luisa Bertemu Tuan Muda Jose

    “Kalian dibayar berapa? Aku bisa membayar sepuluh kali lipat asal kalian membiarkan kami pergi.” Melirik satu sama lain beberapa orang yang sudah mengepung Luisa dan Alfreed, kemudian mereka tertawa. “Hahaha ... Kau sudah bosan hidup rupanya.” Salah seorang dari mereka bicara. Ini bukan tentang uang, tapi nyawa mereka yang akan jadi taruhan jika sampai berani mengkhianati Tuan Muda Jose. “Apakah mereka sudah ditemukan?” Suara berat terdengar, diiringi suara langkah. Luisa dan Alfred menoleh ke asal suara. Pria tinggi tegap dengan sekujur badan di penuhi tatoo. Matanya memperlihatkan warna iris yang berbeda, hitam di kanan dan grey di kiri, membuat penampilannya sepuluh kali lebih menakutkan walau sesungguhnya dia sudah begitu menakutkan. Tapi tak bisa dipungkiri, dibalik wajahnya yang seram dengan garis rahang yang tegas, dia adalah salah satu dari lima orang tertampan di Meksiko. ‘J-ja-jadi dia yang mereka panggil Tuan Muda Jose.’ Sedikit gemetar Luisa melihatnya untuk

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    20. Alfreed dan Luisa Ditangkap

    K-kau!” Selena nyaris kehilangan kesabaran, namun dia cukup pandai mengelola emosi dengan berpura-pura tersenyum menutupinya. “Haih ... Kau pasti bertemu dengannya, tapi daripada menunggu sambil berdiri, lebih baik kau dan pria di sebelahmu itu menunggu di ruang tamu saja. Kalian pasti capek kalau berdiri terlalu lama.” “Sejak tadi kalian hanya banyak bicara, tapi pintu kamar ini tak kunjung dibuka. Kalian sengaja mempermainkan kami, ya?!” Alfred sudah mulai curiga. Ocehan Diana yang berbelit-belit sejak awal, ditambah kemunculan Selena membuat dia paham kalau ibu dan anak itu adalah dua ular berbisa. “Hei ... seenaknya saja kau menuduh begitu!” Dicurigai, Diana berlagak tidak bersalah. “Apa untungnya kami mempermainkan kalian? Aku hanya lupa- lupa ingat di mana meletakkan kunci kamar itu. Kan wajar, aku sudah tua,” lanjut Diana. Tersenyum Selena mendengar jawaban itu. Memang tak salah kalau dia jago ber-acting, sebab diturunkan langsung oleh ibunya. “Selena! Kau jang

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    19. Menjemput Ayah Luisa

    “Maafkan aku, Bi. Aku datang ke sini hanya untuk menjemput ayah. Aku ingin membawa ayah untuk tinggal bersamaku.” “Tidak akan kubiarkan suamiku ikut denganmu, kau jelas tidak peduli dengannya! Jika kau peduli, kau tidak mungkin pergi saat kami membutuhkan pertolonganmu dari ancaman Tuan muda Jose.” Luisa menghela napas. Bahkan setelah dua minggu berlalu pun Diana tetap berbohong, pura-pura butuh pertolongan padahal tujuannya hanya ingin menjual Luisa. “Aku sudah tahu semuanya, Bi. Aku tahu Selena hendak menjualku. Kalian tidak benar-benar sedang diancam saat itu.” “A-apa apaan yang kau katakan itu?” Diana seketika gagap ketahuan berbohong. “Sekarang kumohon, biarkan aku membawa ayah dan mengurusnya hingga sembuh, Bi,” pinta Luisa. Panik, Diana melempar gelas yang kebetulan sejak tadi dia pegang. Prank! Pecah gelas tersebut tepat di depan Luisa berdiri. Bertepatan dengan itu Alfreed muncul, dia bosan hanya menunggu sendirian di dalam mobil. Tentu Alfreed berta

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    18. Berangkat Ke Meksiko

    ‘Well, finally she knows . Mau tidak mau dia memang harus tahu siapa aku sebenarnya,’ batin Alfreed. Dia yakin sekali Luisa akhirnya bisa menebak kalau sesungguhnya dia adalah Tuan Muda kaya raya penerus Scott Corp. “Kau menjual ginjalmu, ya?!” Mengejutkan, tebakan Luisa justru lari begitu jauh. Entah pikiran dari mana dia bisa menebak Alfreed menjual ginjalnya. Beradu rahang Alfreed jadinya. ‘Terlampau polos atau bodoh sih, dia ini!’ “Bukan, tapi ginjal Paul,” jawab Alfreed asal tapi sukses membuat Luisa menelan ludah ketakutan. “Sudah, stop berpikir yang macam-macam. Aku hanya salah lihat, kupikir harganya 150 dolar,” lanjut Alfreed lagi. Tersenyum lega, Luisa pada akhirnya memilih pakaian dalam yang harganya jauh lebih murah. Sesuai perintah Alfreed, dia memesan 10 pasang yang hanya memakan biaya 500 dolar. Bahkan tidak melebihi harga sepasang kaos kaki Alfreed. ‘Terbuat dari apa pakaian dalam yang dia pilih itu?’ Heran Alfreed dibuatnya. Beres dengan pesanan, A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status