Perjanjian

Setelah melakukan musyawarah antara Tuan Abdul dan keluarga Nada, akhirnya diputuskan bahwa pernikahannya enam hari lagi. 

***

Keputusan yang telah diambil orang tua Nada membuat gadis itu tidak bersemangat. Ia masih ingin melanjutkan kuliahnya dan bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Namun apa dikata, takdir berkata lain. 

***

Hari yang dinantikan tiba. Rombongan Tuan Abdul datang untuk melakukan acara acara Akad Nikaj. Kedua istri Tuan Abdul pun datang untuk ikut menyaksikan janji suci itu.

Sungguh pemandangan yang tidak biasa. Wajah kedua istri tuan Abdul pun biasa-biasa saja tanpa adanya kecemburuan atau marah. Entahlah, mengapa mereka bersikap demikian. 

Selain kedua istri, karib kerabat pun datang. 

Sementara Nada yang berada di kamar rias dan telah siap. Gadis itu menunggu panggilan untuk keluar dan bersanding dengan pria pilihan orang tuanya. Semuanya telah beres. Gaun pengantin yang dipakai gadis itu sangat istimewa, mungkin Tuan Abdul membelinya di negara asal yakni Arab. Gaun pengantin warna merah marun dengan manik-manik emas membuat gadis belia itu seperti Cleopatra. 

Saatnya ijab qobul dimulai sesuai schedule. Tepat pukul sepuluh pagi, Tuan Abdul berikrar di depan penghulu dan kedua orang tua Nada juga para saksi. Ijab qobul berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala yang berarti. Kini, Nada Azkia telah sah! menjadi istri ketiga Tuan Abdullah Rashid Athoillah. 

Usai pengucapan Ijab Qobul, Nada pun keluar dari kamar dan bersanding dengan sang suami. Gadis itu hanya menunduk tanpa menatap wajah suaminya. Ia merasa kesal dengan perjodohan ini. Menurutnya, ini tidak adil. Kenapa harus dengannya? Bukankah banyak para janda dan gadis-gadis yang enggan serta malas bekerja? Sedangkan aku? Aku masih ingin membahagiakan diri tanpa ikatan apapun. 

"Sayang, salim sama suamimu," perintah sang ibu. Dengan terpaksa, Nada pun melaksanakannya. Gadis itu mengecup punggung tangan suaminya dan Tuan Abdul pun mengusap dahi seraya berdoa memohon kebaikan akhlak sang istri. Setelah itu, Tuan Abdul hendak mencium kening istrinya, tetapi Nada menghindar membuat sang Ibu melotot. Namun Nada tidak peduli. 

Usai acara ijab qobul adalah acara walimahan. Keluarga besar Bu Hamidah dan Pak Slamet semua hadir. Juga tamu undangan yang merupakan tetangga rumah dan teman-teman kedua orang tua Nada.

***

Usai walimahan, kini saatnya Nada diboyong ke kediaman Tuan Abdul. Namun kali ini, Nada menolak. Ia beralasan bahwa tidak mau menyakiti hati kedua istri Tuan Abdul. 

Saat berbicara seperti itu, Ruqoyah--istri pertama Tuan Abdul mendengarnya. Wanita cantik berhidung mancung itu mendekati Nada seraya berkata bahwa aku tidak apa-apa. Begitu juga dengan istri keduanya. Melihat mereka mendukung, Nada pun akhirnya setuju dan ikut ke kediaman Tuan Abdul. Para istri menggandeng Nada menuju ke mobil. Mereka satu mobil dengan Tuan Abdul. 

Tiga puluh menit kemudian, sampailah mereka di kediaman Tuan Abdul. Rumah besar berlantai dua dikelilingi oleh taman beserta kolam ikan di sisi rumah dengan air mancur yang mengucur tinggi. Di belakang terdapat kolam renang lebar menyambung dapur dan teras belakang. Terdapat beberapa kamar asisten rumah tangga yang bersebelahan dengan dapur. 

Kamar Tuan Abdul bersebelahan dengan dengan ruang tamu yaitu kamar utama yang paling besar sebab di dalamnya terdapat ruang kerja. Sementara bersebelahan dengan ruang keluarga ada dua kamar tidur yang sama besar untuk istri pertama dan kedua, sementara sebelahnya kamar khusus untuk tamu. Namun kamar inilah yang akan ditempati Nada. Di lantai atas, ada dua kamar dan semuanya kosong. 

Sesampainya di kediaman Tuan Abdul, Nada diarahkan ke kamarnya yaitu kamar khusus tamu. Memang lebih kecil dibanding kamar kedua istri Tua Abdul.

Ruqoyah, istri pertama Tua Abdul membimbing Nada ke kamarnya. 

"Nada, ini kamarmu," ucap Ruqoyah kemudian menyuruh asisten rumah tangga untuk meletakkan kopernya. Nada berpikir kenapa tidak satu kamar dengan Tuan Abdul? Sebelum ia duduk di ranjang, gadis itu ke luar. Dilihatnya Ruqoyah masuk ke dalam kamar yang berada di sebelahnya. Ia pun membelalakkan mata. 

"Oh My God, apakah mereka kamarnya terpisah? Aku pikir mereka tidur bertiga dengan Tuan Abdul." Gadis yang kini masih menggunakan gaun pengantin itu pun menepuk jidat. Kemudian masuk ke dalam kamar barunya dan merebahkan diri. 

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka membuatnya kaget. Pria berhidung mancung dan berperawakan tinggi itu masuk. 

"Tuan!" seru Nada lalu duduk di sisi ranjang. Pria itu mendekat, "apakah Tuan tidak dapat mengetuk pintu?" sambung Nada kesal karena dibuat kaget, kemudian gadis itu bergeser ke belakang.

"Aku ke sini ingin memberitahu kalau ini adalah kamarmu. Jika aku memanggil, datanglah ke kamarku di depan," ucap

Tuan Abdul membuat Nada mendelik. Namun ia berpikir, jika satu kamar dengan Tuan Abdul, pastilah ia tidak akan bebas. Setiap saat dan waktu, pasti harus siap menemaninya sepanjang hari. Kalau di sini, pasti lebih bebas. 

Tuan Abdul mendekat dan meraih tangan Nada membuat gadis itu ketakutan. 

"Gantilah pakaianmu!" perintah Tuan Abdul. Dengan berat Nada mengangguk. 

Gadis itu bangkit dan setengah berlari menuju ke koper kemudian mengeluarkan baju tidurnya. Ia menuju ke kamar mandi yang letaknya di sisi ranjang. Baru saja memegang pintu kamar mandi, pintu kamar diketuk. Dengan berat, Nada menuju ke pintu dan membukanya. Ternyata adalah Ruqoyah. Dengan senyum manis, ia memberikan susu berwarna putih pada adik madunya itu. 

"Aku hadiahkan susu ramuan khas Arab untukmu," ujar istri pertama Tuan Abdul. Nada mangangguk tanpa bicara sepatah kata. "Nanti minumlah susu ini sebelum tidur," perintahnya. Nada mengangguk dan meminta pada Ruqoya untuk meletakkan susunya di meja rias. Nada merasa heran, kenapa Ruqoyah sepertinya tidak memiliki rasa cemburu. 

Sebelum meninggalkan kamar, wanita itu melangkah mendekati Tuan Abdul. 

"Mas, malam ini jatahku dan kamu menggunakannya untuk wanita baru itu!" ujarnya sembari melirik ke arah Nada lalu duduk di samping pria itu sembari bergelayut manja. 

Tuan Abdul hanya meringis. 

"Aku menunggumu di kamar!" sambung Ruqoyah lalu mengecup tangan suaminya dan pergi meninggalkan kamar Nada. 

Nada masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Setelah selesai mengganti pakaian, ia pun ke luar. Di luar, ia mendapati Tuan Abdul sedang tiduran di ranjang. 

Deg!

Jantung gadis itu berdetak lebih kencang. Gadis itu deg-degan. Meski ia tidak mencintai Tuan Abdul, tetapi gadis itu membayangkan apa yang akan terjadi malam ini. Selayaknya pengantin baru, pastilah Tuan Abdul akan meminta haknya. 

Nada mengingat sesuatu tentang janjinya yakni jika dalam satu tahun menikah dan ia tidak dikaruniai anak, maka akan menggugat cerai. Kali ini ia akan mengutarakan pada suaminya tentang hal ini dan akan membuat perjanjian. 

Pria yang selisih usianya sekitar empat belas tahun itu pun bangun dan melihat ke arah Nada kemudian mendekat. Ia duduk di samping perempuan manis itu. Nada yang tengah duduk di kursi rias pun kaget. 

"Kamu sudah ke luar rupanya, kenapa tidak bilang padaku?" ucap Tuan Abdul. 

"Tuan, tidakkah Tuan malu menikahi bocil seperti aku?" tanya Nada. Pertanyaan itu membuat Pria berketurunan Arab itu tertawa. 

"Aku rasa kamu sudah dewasa!" jawab Tuan Abdul. "Pasti kamu sudah banyak pengalaman tentang dunia percintaan," sambungnya membuat Nada mendelik. Tangannya mengepal hendak memukul pria itu. 

"Jangan sembarangan, Tuan! Aku bukan gadis seperti itu!" ketus Nada dengan nada tinggi. Ia merasa diremehkan. 

"Aku ingin bukti!" ujar Tuan Abdul menantang membuat Nada menjadi salah tingkah. Menurut gadis itu, ini pertanyaan pancingan agar aku mau melayaninya malam ini. Oh My God. 

"Tunggu, Tuan! Aku akan melayani dengan syarat!" tukas Nada. 

"Syarat apa itu?" 

"Aku akan melayani dengan totalitas, tetapi jika dalam satu tahun menikah dan aku tidak kunjung hamil, maka kita cerai!"

Mendengar ucapan Nada, Tuan Abdul diam. Ia tahu bahwa ini adalah kelamahannya. Meski ketika di ran***ng ia merasa hebat dan mampu membuat para istri p**as, tetapi untuk memberikan satu hal itu, ia tidak mampu. 

Dengan Ruqoyah dan telah menikah selama sepuluh tahun, tetapi tidak kunjung hamil. Kemudian atas desakan keluarga dan juga desakan Ruqoyah, akhirnya Tuan Abdul menikahi Ainur Rahmah. Yakni seorang janda beranak satu. Namun, istri keduanya pun tak kunjung hamil. Maka, semua orang tahu bahwa Tuan Abdul adalah pria yang tidak dapat memberi keturunan. 

"Bagaimana, Tuan?" desak Nada. Tuan Abdul mengangguk. Melihat hal itu, rona bahagia terpancar di mata gadis yang belum genap dua puluh tahun itu. Ia berpikir, jika kelak bercerai dengan Tuan Abdul, kesempatan untuk kuliah dan menjalin hubungan dengan kekasihnya bisa bersambung. 

Tiba-tiba rona wajah gadis itu memerah. Ia berpikir bahwa Tuan Abdul itu mandul, terang saja aku tidak akan hamil dengannya. Lalu? Selama setahun ini aku akan melayaninya? Owh sial sekali nasibku.

Namun demi membuktikan bahwa dia itu memang mandul, aku harus melayaninya. 

Tuan Abdul pun bangkit dan berjalan ke pintu. 

"Tuan, mau ke mana?" tanya Nada. 

"Ke kamar Ruqoyah, jatahmu dua hari lagi!" ucap Tuan Abdul lalu ke luar dari kamar. Nada hanya bengong. 

========

Next