Share

Pembagian Jatah

last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-25 21:37:48

Tuan Abdul keluar kamar membuat Nada menjadi bengong. Namun ia hanya mengangkat bahu dan kemudian kembali merapikan baju-baju yang ada di koper. 

"Kamar yang luas," gumamnya sembari mengedarkan pandangan. Selama masuk kamar ini, ia belum menelusurinya. Ia juga belum menelusuri setiap seluk beluk rumah milik suaminya.

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan pintu kemudian gadis itu berhenti. Ia melangkah ke pintu dan menariknya. Seorang wanita berwajah khas Jawa tengah berdiri.. Apakah ia adalah istri kedua Tuan Abdul? Pikir Nada, sebab tadi saat acara akad nikah, ia melihat wanita itu duduk bersama dengan wanita cantik itu.

"Boleh aku masuk," tanyanya sembari bersandar di sisi pintu. 

"Owh silakan!" balas Nada kemudian mempersilakan wanita itu untuk duduk. Wanita dengan kulit hitam manis itu berjalan menuju ke ranjang dan duduk di sisinya. Diamati kamar ini dengan seksama. 

"Kamu kenapa bo*oh sekali?" tanya Wanita itu. 

"Maksud Mbak apa? Mbak ini siapa, sih!" tanya Nada sembari melanjutkan menata baju-bajunya di lemari yang telah tersedia. 

"Eh, perkenalkan, namaku Ainur Rahmah istri kedua Mas Rashid." 

"Owh, jadi situ Kakak maduku?" balas Nada, "ada apa, ya! Tadi siapa, tuh, Mbak Ruqoyah juga ke sini," sambung Nada. 

"Aku hanya mau bilang kalau kamu bo*oh! Kamu itu masih muda dengan masa depan cerah, kenapa mau dengan Mas Rashid? Dia itu nggak bisa kasih anak. Aku telah menikah dengannya selama lima tahun, tetapi apa?" ucapnya. 

Nada diam sejenak lalu berpikir. Berarti benar apa yang aku lakukan dengan membuat kontrak padanya. Mungkin harus secara tertulis.

"Haha, aku akan minta cerai padanya jika selama satu tahun tidak memiliki keturunan," balas Nada tenang. Gadis itu merasa memiliki senjata untuk meminta cerai pada suaminya. "Lalu, kenapa kamu tidak minta cerai?" 

"Haha, selama aku diberi fasilitas, aku tidak akan meminta cerai padanya. Toh aku sudah memiliki anak dari pernikahan sebelumnya," ujar Ainur. 

"Ohw," jawab Nada, "berarti sekarang hanya menginginkan harta saja?" sambung gadis manis berkulit kuning Langsat. 

"Mas Rashid baik banget dan memperlakukanku sangat hormat. Anakku diberi fasilitas dan disekolahkan di tempat yang terbaik," balas Ainur. "So, aku tak peduli jika tidak memiliki anak darinya. Lha kamu?"

Saat berbincang, telepon milik Ainur berbunyi. Kemudian ia mengangkatnya.

"Iya, sayang, ups!" Ainur menutup mulutnya, kemudian melangkah keluar membuat Nada mengangkat bahu. "Kok dia memanggil sayang," gumam Nada.  

Setelah kepergian wanita itu, Nada menutup pintu lalu meneruskan kembali pekerjaannya. 

***

Setelah menerima telepon tadi, Ainur menuju ke kamar Ruqoyah. Ia mengetuk pintu dan langsung masuk, kemudian duduk di sisi ranjang. Di dalam kamar, wanita keturunan Arab itu sedang merias diri sebab malam ini gilirannya bersama Tuan Abdul. 

"Mbak, sepertinya Nada tidak tertarik dengan Mas Abdul," ucap Ainur yang tengah duduk di belakang kakak madunya itu. 

"Iya, aku lihat juga demikian. Bahkan ia meminta syarat jika satu tahun belum memiliki keturunan, gadis itu minta cerai. Gadis bo*oh!" ketus Ruqoyah sembari mengoles pewarna bibir. 

"Mbak, kalau begitu berikan jatahmu hari ini kepada Nada, atau kita bawa ia ke sini untuk kita bagi jatah bersama Mas Rashid," usul Ainur membuat istri pertama Tuan Abdul terbelalak dan menggeleng. 

"Enak saja, hari ini jatahku dan aku telah menantikannya berhari-hari!" 

"Maafkan aku, tetapi sekarang sudah ada Nada, lalu jatah kita berkurang!" Ruqoyah yang sedang sibuk mengoles pemerah pipi, lalu behenti dan memandang adik madunya. 

"Panggil Nada dan Mas Rashid!" Perintah Ruqoyah. Ainur pun mengangguk lalu menghambur keluar. Ia menuju ke kamar Nada yang tertutup rapat. Wanita itu mengetuk pintu beberapa kali dan sesekali menarik daun pintu, tetapi tidak dapat dibuka hingga beberapa saat lamanya. 

"Nada!" panggil Ainur sembari mengetuk pintu beberapa kali, "Nada!" panggilnya lagi. Namun tidak dibuka, akhirnya wanita itu menuju ke kamar suaminya. Ia mengetuk pintu dan memanggil namanya. Beberapa kali mengetuk pintu, akhirnya terbuka. Ia kaget, ternyata Nada telah berada di kamar itu. 

"Nada, kau ...," seru Ainur sembari melotot dan kecewa. Nada hanya cengar-cengir. Kemudian ia memandang ke arah Rashid dan memberi kode bahwa Rashidlah yang mengundangnya. 

"Mas, kamu lupa kalau malam ini jatah Mbak Ruqoyah?" 

"Aku tidak lupa, aku hanya ingin membawa Nada ke kamar," jawabnya enteng.

"Tapi ...! Mas, Nada dipanggil Mbak Ruqoyah ke kamar, begitu juga kamu," ucap Ainur sedikit kesal karena melihat kecurangan yang dilakukan Nada. Seharusnya tidak perlu kesal sebab yang diambil bukan jatahnya, tetapi kesal jika bertambah saingan untuk merebut hati suaminya. 

"Panggil Ruqoyah ke sini!" perintah Tuan Abdul. 

Kedua istri Tuan Abdul memanggil suaminya dengan sebutan Rashid. Namun tidak dengan Nada, ia tetap memanggilnya Tuan Abdul. 

 Ainur pergi ke kamar Ruqoyah dan memanggilnya. Tak lama, Ruqoyah datang. Dengan wajah sedikit kesal, ia masuk dan duduk di samping Rashid. 

"Kamu jahat, mas!" keluh Ruqoyah sebab jatahnya malam ini diambil Nada. Wanita yang hanya menggunakan baju tidur dengan riasan wajah begitu cantik itu terisak. Rashid mengelus pucuk kepala sang istri, membuat Ainur membuang muka. Sementara Nada hanya cengar-cengir melihatnya. Dalam hati, ia merasa lucu. 

"Mbak-mbak, silakan ambil saja jatahku. Justru aku senang jika tidak diberi jatah!" ungkap Nada. "Sudah, ya, saya ke luar!" 

"Tunggu!" cegah Ainur, "Nada, jangan pergi dulu."

"Ainur, biarkan. Aku tidak akan memberinya jatah!" sahut Ruqoyah sembari memeluk suaminya. Rashid kemudian mendiamkan Ruqoyah yang tengah terisak dengan mengelus-elus kepalanya.

"Sayang, berikan jatah padanya, aku tidak ingin berdosa akibat tidak memberikan haknya," tutur Rashid lalu mengecup kening Ruqoyah mesra. Istri pertamanya itu mengangguk pelan. Wanita itu memang sangat penurut dengan sang suami. 

"Baik. Nada, sini!" 

Nada berbalik dan mereka bertiga duduk di sisi ranjang. Rashid duduk di kursi rias dengan menaikkan satu kaki kanan di kaki kiri sembari bersedekap. 

"Senin jatahku, Selasa jatahnya Ruqoyah dan Rabu jatahnya Nada," ucap Ruqoyah. Namun Nada menggeleng. 

"Aku tidak mau. Dalam seminggu berikan jatah satu malam saja, malam Jumat," ujarnya. 

Ruqoyah dan Ainur saling berpandangan. 

"Tapi itu jatahmu, itu hakmu," sahut Ainur. Nada kembali menggeleng. 

"Nggak mau, aku maunya hanya malam Jumat saja!"

"Oke, berarti malam ini?" ucap Ainur melongo kemudian memandang ke Ruqoyah. Nada pun demikian.

"Iyakah? Ah, astaga!" ucap Nada kaget. 

"Iya, hari ini jatahmu," ucap istri pertama Rashid. Dahinya mengkerut dan memonyongkan bibir kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar ini diikuti oleh Ainur. Langkahnya gontai, semburat kecewa terlihat di raut wajahnya. Ruqoyah kecewa karena malam ini ia telah merias diri, ternyata jatahnya untuk Nada. Namun ada perasaan bahagia karena jatahnya tidak berkurang. 

Pernikahan ketiga Rashid ini sebetulnya atas persetujuan Ruqoyah, bahkan ia yang meminta Rashid untuk mencari istri lagi demi bisa mendapatkan keturunan. Ruqoyah ingin membuktikan bahwa sebenarnya yang mandul adalah Rashid dan bukan Ruqoyah. 

Dulu sebelum Rashid menikahi Ainur, rumor yang beredar adalah bahwa Ruqoyah yang mandul. Oleh karena itu keluarga besar Rashid mencarikan janda yang telah memiliki anak untuk membuktikan bahwa Rashid bisa memberi keturunan. Namun kenyataannya, hingga lima tahun pernikahannya dengan Ainur, Ainur tak jua mendapat anak. 

Nada hendak keluar, tetapi ditahan oleh Rashid. 

"Tunggu, sekarang giliranmu!" cegah pria yang memiliki rambut hitam dan ikal itu. Ruqoyah pun berhenti dan kembali ke kamar karena teringat sesuatu. 

"Nada, apakah ramuan Arab tadi telah kamu minum?" tanya Ruqoyah mengingatkan. Nada menggeleng.

"Lupa!"

"Ambil sana dan minumlah, itu warisan leluhur kami," perintah Ruqoyah. Nada menggeleng lagi. 

"Aku tidak suka!" 

"Nada, minumlah itu! Hargai Ruqoyah." 

Dengan berat hati, Nada melangkah ke luar menuju ke kamarnya yang terletak di samping ruang keluarga. Setelah masuk ke dalam kamar, ia melihat gelas berisi susu di atas meja rias. Ia mengambilnya dan mencium baunya. 

"Hoek! Bau sekali," ungkapnya, "ramuan macam apa ini seperti jamu."

Gadis itu menuju ke kamar mandi dan membuangnya. 

"Nggak ada yang lihat ini," gumam gadis itu, lalu meletakkan gelas di atas meja rias. kembali. Setelah itu ia mengunci kamar dan tidak kembali ke kamar Tuan Abdul melainkan tidur di kamarnya sendiri. 

Baru saja terlelap, sayup-sayup terdengar suara pintu diketuk. Nada mendelik dan kaget lalu bangkit. Ia ingat bahwa malam ini adalah malam pertamanya. 

"Nada!" Terdengar suara yang ia kenal sehari ini, Tuan Abdul. 

"Celaka!"

Bab terkait

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Malam Pertama

    Baru saja terlelap, sayup-sayup terdengar suara pintu diketuk. Nada mendelik dan kaget kemudian bangkit. Ia ingat bahwa malam ini adalah malam pertamanya. "Celaka!" --- "Astaghfirullah! aku lupa tidak kembali ke kamar Tuan Abdul," gumamnya. Apakah dia yang mengetuk pintu? Nada pun bangkit dan membuka pintu. Ternyata benar apa yang ia khawatirkan. Seorang pria berambut ikal dengan bibir tipis itu tersenyum sembari melipat kedua tangannya membuat gadis itu salah tingkah. "Tu-tuan Abdul? Kenapa ke sini?" tanya Nada. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kamu lupa? Ini jatahmu," seru pria itu mengingatkan. Nada hanya cengar-cengir. Ia berpikir bagaimana caranya agar malam ini tidak ada acara malam pertama baginya. "Tuan, malam ini saya berikan kepada istri Anda yang lain saja, bagaimana?" usul gadis belia yang memiliki lesung pipit itu. "Laa, aku ingin bersamamu, ayo!" Pria itu menggandeng Nada yang ragu. Sepintas ia melirik jam dinding yang menempel, pukul sebelas malam.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Pertemuan Dengan Mantan

    Saat ini aku masih aman, entah besok-besok, pikir Nada. Pagi ini Ruqoyah telah siap dengan pakaian rapi. Penampilannya yang anggun memang sangat mempesona. Perlu diakui bahwa wanita Arab cantik-cantik. Apalagi matanya yang indah. "Mau ke mana, Mbak," sapa Nada ketika melihat kakak madunya hendak pergi. Wanita keturunan Arab nan cantik jelita itu tersenyum sinis. "Kamu pikir aku hanya ongkang-ongkang saja di rumah?" jawabnya. "Aku kerja, memegang beberapa toko milik Mas Rashid," ungkapnya. Nada mendelik. "Aku juga mau pergi, mau pulang," ucap gadis belia itu. "Kalau kamu mau pergi, harus izin sama Mas Rashid. Jangan asal pergi," ketus wanita yang menggunakan gamis hitam. "Mbak, malam ini kan bukan jatahku, jadi bebas, dong!" "Nggak bisa gitu, kamu harus menghormati suami," balas wanita yang mengenakan jilbab hitam senada dengan gamis yang ia pakai. "Kalau begitu aku harus izin melalui telepon," ungkap Nada. Gadis itu merasa bosan di rumah ini meski rumah mewah bagai ista

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Ketahuan

    "Astaga, akhirnya ketahuan juga jika aku sedang tidak haid," gumam Nada sembari nyengir. Rasa takut merasuki jiwanya. Takut akan hal yang selama ini dialami oleh pasangan pengantin di malam pertamanya. Namun bagi gadis belia itu, ia memiliki banyak akal. Ia akan menggunakan kakak madunya sebagai alasan agar Tuan Abdul tidak mendekat. Pria itu berdiri kemudian masuk ke dalam menemui Bu Hamidah yang tengah mempersiapkan makanan. "Bu, saya pamit pulang," ucap menantunya itu. "Lho kok cepat amat?" tanya Bu Hamidah sedikit kaget lalu mengelap tangannya karena basah terkena kuah sayur. "Tuan, saya mau nginep di sini saja, kangen ibu," ujar Nada sembari menggelayut manja dengan sang ibu. Namun, sang ibu melepas tangannya dan menyerahkan dirinya pada Tuan Abdul. "Ayo pulang," ajak Tuan Abdul dan menggandeng Nada. Dengan terpaksa Nada pun mengikuti suaminya itu. Gadis itu bersalaman dengan ibu dan bapaknya, kemudian masuk ke dalam mobil Expander putih. Dengan segera Tuan Abdul menjalankan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Kekacauan

    "Owh, jadi mereka tidak bicara padamu?" Nada menggeleng. Kemudian Pria tampan itu mendekati Nada perlahan membuat napas Nada tidak turun naik, tetapi tiba-tiba pintu diketuk.Akhirnya Tuan Abdul berhenti dan melangkah menuju ke pintu. Ia membuka kunci dan menarik gagang pintu. Saat pintu terbuka, ternyata Ruqoyah dan Ainur yang datang. "Maafkan aku, Mas," ujar Ruqoyah, "aku nggak tahu kalau Mas Rashid ada di sini. Tadi lupa mau kasih tahu kalau Nada disuruh ke kamar. Lelaki yang memiliki alis tebal itu menganggukkan kepalanya lalu memberi kode agar mereka segera pergi. Namun Nada mencegahnya. "Mbak Ruqoyah, tunggu," panggil Nada kemudian bangkit dari kasur dan berjalan menuju ke arah wanita itu. "Mbak, biasanya bikin ramuan, mana?" ucap Nada mengingatkan."Oh iya, bentar aku buatkan. Nanti aku ke sini lagi," ujar wanita itu lalu meninggalkan kamar Nada diikuti Ainur. Tuan Abdul mengusap kepalanya lalu berjalan ke ranjang. Nada mengikutinya tetapi duduk di sofa. "Nada, jika menghin

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Sebuah Rencana

    "Aku suamimu!" ucap Tua Abdul lirih membisikkan ke telinga istri mudanya. Nada hanya mendelik.------"I--iya," jawab Nada. Keringat dingin keluar dari badannya. Selama ini, ia belum pernah merasakan hal seperti ini, tidur dengan pria asing. "Ma-maf, Tuan, aku mau ke kamar mandi," pinta gadis itu dengan grogi. "Tidak! Kamu pasti merencanakan sesuatu," ujar sang suami. Nada menggeleng, "aku sudah terjebak, Tuan, mau merencanakan apa?" ucap Nada dengan suara terbata. Dengan segera ia berlari dan masuk ke kamar mandi. Saat di kamar mandi, ia berteriak girang. Keceriaan terpancar di matanya. Kemudian, ia keluar dengan bahagia. "Tuan, aku haid!" teriak gadis itu sembari tertawa serta berjingkrak. "Jangan bohongi aku," balas Tuan Abdul sembari menarik tangan istrinya. "Tuan nggak percaya? Mau aku tunjukkan?" Nada menantang suaminya kemudian memegang celana panjang yang ia pakai. "Nggak-nggak, cukup! Sekarang tidurlah!" ucap Tuan Abdul lalu ke luar dengan kesal. Sementara gadis itu pun

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Rencana Lanjutan

    "Baik." Setelah itu Tuan Abdul berbalik menuju ke dapur. Bu Hamidah menutup pintu kamarnya lalu naik ke ranjang dan membangunkan putrinya. Ia menggoyang-goyang badan putrinya sedikit kencang sebab putrinya itu susah untuk dibangunkan. "Nada, bangun! Kamu itu sudah jadi istri, layani suamimu," seru Bu Hamidah sedikit kesal. "Ini anak udah nikah tapi kelakuan masih kayak anak-anak, bangun!"Karena suara Bu Hamidah terlalu keras sehingga Nada pun terbangun. "Nada, kamu kebangetan sekali!" "Kenapa, Bu," sahut Nada sembari mengucek matanya dan menggeliat. "Mandi sana!" "Nanti, lah, lagian nggak ada kegiatan," ucap Nada hendak memeluk guling kembali. "Kamu dipanggil suamimu dan pagi ini mau didaftarin kuliah," ucap perempuan yang berprofesi tukang kredit, itu. "Iyakah? Asyiik!" "Iya, pagi ini kamu mau diajak ke universitas untuk daftar kuliah." Mata Nada pun berbinar, dengan segera ia menyambar handuk dan menuju ke kamar mandi. Terdengar ceburan air membuat wanita yang memiliki par

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Putus!

    ISTRI KETIGA (SUGAR DADDY)"Iya, ada apa dengannya? Ah, kamu itu!" Bu Hamidah semakin kesal karena putrinya mengalihkan pembicaraan. Nada terlihat sedih bercampur marah lalu merebahkan diri di kasur dengan kasar. -----"Nada, kok malah tidur, katanya mau ngambil ijazah!" Nada diam kemudian menutup wajahnya dengan guling. Terdengar suara isak tangis putrinya, membuat Bu Hamidah heran dan bertanya-tanya. Tadi, terlihat ceria, tetapi kenapa tiba-tiba sedih dan tidak bersemangat? batinnya.Suara tangis Nada semakin mengeras meski tertutup guling membuat Bu Hamidah penasaran lalu mendekat. "Sebenarnya kamu ada apa?" tanya wanita itu dan berusaha membuka guling yang menutup wajah sang putri.Gadis itu menggeleng."Ibu nanya serius!" lanjutnya dan malah membuat suara Nada mengeras. Nada membuka guling yang menutup wajahnya, matanya merah dan sembab. Gadis itu masih sesenggukan membuat sang ibu semakin bingung. "Bu, ini." Nada menunjukkan ponselnya. Di aplikasi berwarna pink itu, terlihat f

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Sadar

    Saat berada di teras, gadis itu kaget melihat mobil dari arah depan parkir di halaman rumahnya. "Tuan Abdul datang?" gumam Nada mendelik. Nada berbalik dan masuk ke dalam. Di ruang tamu, ia hanya bolak-balik membuat sang ibu heran. "Nada, ada suamimu kok malah bingung, kenapa?" tanya Bu Hamidah. Nada tidak menjawab. Sementara Tuan Abdul keluar dari mobilnya kemudian melangkah menuju ke teras. Bu Hamidah dan Pak Slamet menyambut kedatangan menantunya tersebut dan mempersilakan masuk. "Silakan duduk, Nak," ucap Pak Slamet sembari menunjuk kursi di depannya. Tuan Abdul melihat Nada dan sedikit kaget."Apakah sudah mengambil ijazah?" tanya pria yang akrab dipanggil Tuan Abdul oleh para pelanggan toko. Gadis yang bernama lengkap Nada Azkia itu menggeleng pelan sembari menunduk untuk menyembunyikan matanya yang agak sembab. Sementara Bu Hamidah ke dapur untuk membuatkan minum. "Nada!" panggil Bu Hamidah. Nada pun ke belakang menemui ibunya. "Tolong bawa ini ke depan," perintah sang ibu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28

Bab terbaru

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Lagi lagi dan lagi

    Pertemuan Nada, Abdul dan Ruqoyah di kafe, merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan. Ruqoyah pun berdiri kemudian menghampiri Nada yang tengah bingung. "Nada! Siapa dia?" tunjuk Ruqoyah pada lelaki yang berada di sampingnya. "Teman saya, Mbak," balas Nada canggung kemudian ia menggaruk-garuk kepalanya. "Iya, Tante, doakan kami agar jadian, ya, hehehe," sahut Haris sembari meringis membuat Ruqoyah mendelik. Haris kemudian mendekati Ruqoyah dan menyalaminya, lalu ke Abdul dan menyalaminya pula. "Kebetulan sekali bertemu di sini, sekalian kita makan bersama saja, bagaimana?" usul Haris. Nada tidak dapat berkata-kata."Hay kamu, siapa namamu?" panggil Ruqoyah. Perlu kamu ketahui kalau Nada itu ....!" Belum sempat Ruqoyah berucap, Abdul mencegahnya. "Apa-apaan, sih!" "Duduk saja, nanti aku jelaskan!" perintah Abdul. Akhirnya Ruqoyah pun duduk berdampingan dengan Abdul, sementara Nada duduk berdampingan dengan Haris. Nada melirik suaminya yang cuek. "Kini, pesanlah menu," ujar Abdu

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Ternyata Saling mencemburui

    "Dengar! Pulang dari kampus, lalu siapa yang berhasil diantar dia, besok traktir!" tantang Rose, gadis yang tadinya kalem, begitu mengenal laki-laki langsung berubah. "Oke!" ----Pukul 12.00 kuliah selesai dan tidak ada lagi mata kuliah. Nada langsung menuju ke parkir. Namun naas, saat hendak menyalakan motornya, ban belakang tenyata kempes. "Waduh, mana tempat tambal ban masih jauh, bagaimana ini?" keluhnya sembari menekan-nekan ban motornya. Mau tidak mau, akhirnya Nada menuntun motornya itu sampai depan kampus. Jarak untuknke depan lumayan jauh. Saat di tengah perjalanan, Haris menghampiri dengan motor gedenya."Nada, kenapa motornya?" Pria itu turun dari motor lalu mendekati Nada yang tampak kelelahan. "Bocor," ungkapnya. "Yodah, kamu pakai motorku biar aku tuntun sampai depan. Di sana ada tukang tambal," perintah Haris kemudian menyerahkan kunci motornya pada Nada. Awalnya perempuan manis itu tidak mau, tetapi karena dipaksa, akhirnya mau juga. Haris menuntun motor milik Na

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Bertaruh Cinta

    "Ainur!" pekik Abdul kemudian buru-buru membetulkan pakaiannya dan duduk. Nada pun demikian lalu duduk di samping sang suami. "Tuan, apa aku bilang!" pekik gadis itu lalu memunggungi sang suami. Sementara Abdul kebingungan antara mau mengangkat telepon atau tidak. "Jangan diangkat atau aku akan kena amukannya," ucap Nada. Abdul pun tidak mengangkat panggilan video call tersebut.Panggilan dari Ainur berhenti, tak lama kembali memanggil. Kemudian Tuan Abdul merijecknya dan mengirim pesan kepada istri keduanya bahwa selepas Magrib ia berjanji akan datang. @Ainur_My wife"Oke, Mas, aku tunggu. Malam ini aku telah menyiapkan makanan spesial untukmu." Balasan dari Ainur. Abdul bernapas lega sebab istrinya itu tidak bertanya macam-macam.Setelah itu, Abdul memandang ke arah Nada kemudian tersenyum. Ia menarik istrinya itu ke dalam pelukannya."Tuan, setelah ini kamu ke Mbak Aiunur, apa tidak capek?""Ha ha ha, pria keturunan Arab mana ada rasa capek. Makanan khas Arab bisa membuat pria m

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Special Wife

    Jawab Abdul singkat berharap gadis itu tidak mengirim pesan lagi. @Ayu Terimakasih, Om, muach .... ----"Astaghfirullahaladziim, ni anak ganjen amat!" gumam Abdul kemudian menyalakan mesin mobilnya. Sekilas ia melihat melalui kaca spion, gadis itu melambaikan tangannya membuat Abdul nyengir. ***Di tempat lain Nada dan Rose hampir memasuki ruang kuliah, tetapi kaget ketika tidak mendapati Ayu. "Kemana Ayu?" tanya Nada sembari celingukan mencari gadis yang seusia dengannya. "Eh iya," balas Rose. "Ah, tar juga masuk."Mereka kemudian masuk ke ruang kuliah dan mencari tempat duduk sedikit di depan. Keduanya duduk bersebelahan. Sebelum dosen masuk, mereka berbincang."Nada, Om kamu sepertinya sayang banget sama kamu, apakah sudah menikah?" Nada bingung untuk menjawab. Namun, ia tidak ingin berbohong. "Sudah." Wajah Rose terlihat kecewa. "Kenapa?" tanya Nada."Om kamu itu ganteng banget dan sepertinya tajir." Nada membulatkan matanya. Dalam hati, kenapa kok teman-temannya banyak y

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   New Kampus

    Kejadian semalam pun terulang.---Sesaat setelah beribadah, mereka tertidur. Peluh mengalir membasahi raga serta kelelahan atas nikmat Tuhan yang dianugerahkan pada kedua pasangan halal ini. ZzzrrtttGetar ponsel milik Abdul di atas nakas mengagetkan keduanya. Panggilan video call dari seorang wanita yang telah menemani Abdul hampir sepuluh tahun itu mengagetkan pria yang masih setengah sadar. Dengan segera, lelaki itu menjawab panggilan video tersebut. Betapa kagetnya Ruqoyah sang suami tengah berte***jang dada bersama wanita yang sudah tidak asing itu. Abdul langsung bangkit dan mengucek matanya untuk mengumpulkan setengah nyawanya. "Ruqoyah!" panggil lelaki itu sehingga Nada pun bangkit. "Mbak Ruqoyah?" sahut Nada kemudian meraih pakaian yang tercecer dan memakainya. "Mas!" panggil Ruqoyah dengan muka memerah. "Ternyata ini yang kamu lakukan? Aku ke toko karena ada barang yang ingin ku ambil, ternyata kamu di situ!" teriak Ruqoyah tak terkendali. Rasa cemburu merasuki.Abdul

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Syarat itu Lagi

    Kini, sampailah mereka di kediaman Bapak Slamet. Setelah mobil terparkir, kemudian Nada turun bersama Abdul. Nada mengetuk pintu kemudian salam. Terdengar balasan salam dari dalam dan suara yang sudah tidak asing, Bu Hamidah.Seorang wanita berhijab ungu dengan menggunakan daster berwarna lilac, membukakan pintu dengan senyum merekah. Kemudian mempersilakan menantu dan anaknya itu masuk. Di ruang tengah pak Slamet tengah duduk sembari melipat tembakau dengan kertas kretek. Lelaki itu lebih suka merokok dengan rokok buatannya sendiri daripada membeli. Abdul menyalami lelaki tersebut dan mencium tangannya, kemudian duduk behadapan."Pak, kenapa merokok? Apakah tidak sayang dengan kesehatannya?" tanya Abdul kemudian mengambil satu biji rokok kretek yang baru saja dibuat kemudian mengamatinya. "Mendingan nggak makan daripada nggak merokok," ujarnya sembari menggulung kertas rokok tersebut. Biasanya, lelaki tua yang kini berusia sekitat enam puluh tahun itu membuat sekalian banyak untuk

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   *_*

    "Kita susun rencana," ucap wanita berhidung mancung itu. ---Di kamar lain, Abdul tengah duduk sembari memegang kepala yang berdenyut. Rasa pusing menghinggapi. Pusing memikirkan para istri yang selalu ribut urusan jatah. Lelaki itu mengakui untuk malam ini adalah kesalahannya yaitu meninggalkan Ainur dan malah menemui Nada. Abdul tidak tahan dengan gadis itu, pesonanya membuatnya ingin segera memiliki seutuhnya. Nada itu ibarat bunga sedang mekar-mekarnya. Jika dibiarkan, maka kumbang lain akan datang. Sayang, bukan? Sedangkan bunga ini sudah sah menjadi miliknya. Nada keluar dari kamar mandi dengan heran sebab tidak mendapati kedua istri suaminya. Namun, ini yang dia harapkan. Tidak ada omelan atau ocehan.Abdul memandang istrinya yang tengah berdiri masih dengan lingerie yang sama sehingga hasratnya terlintas, tetapi ia sadar itu tak mungkin ia lakukan. "Lihat, Nada," ucap Abdul sembari menunjuk ke sprey yang terdapat bercak merah. "Astaghfirullah, Tuan, apakah aku keluar ha

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Kena

    "Tenanglah, aku ajari dan kamu cukup diam atau meresponnya," bisik sang suami membuat gadis itu mendelik. ----Napas gadis itu terengah-engah kemudian Abdul menuntunnya ke ra*jang. "Nada, menolak suami itu dosa, paham?" terang pria itu sembari menatap tajam wajah sang istri yang masih tegang. Kemudian gadis itu menelan salivanya, tetapi begitu sulit sesulit melupakan Rayhan. Benar-benar malam ini malam yang menegangkan menurutnya. "I--iya," jawab gadis itu kemudian diam dan memejamkan mata. Tuan Abdul memegang tangan istrinya yang basah oleh keringat kemudian mengecupnya. Buru-buru Nada menariknya."Nada, kamu siap?" Tuan Abdul memastikan."A--aku takut dosa, Tuan," balas gadis itu lalu menelan kembali salivanya dengan kepayahan. "Bagus," balas pria itu lalu membelai rambutnya yang panjang dan ikal. "Tu--Tuan, aku izin ke kamar mandi." "Hmmm, mau alasan apalagi?" ucap pria itu masih membelai rambut panjang sang istri."Oh, enggak, Tuan.""Oke, silakan asal jangan beralasan haid,

  • Istri Ketiga Pengusaha Kaya   Wadau Akhirnya

    "Tapi benar, kesinilah!" pinta Abdul, "jika kamu tidak percaya!"----"Oke," jawab Ainur. Nada, Ruqoyah dan Abdul berada di ruang tengah. Kemudian Nada pamit kepada sang suami, tetapi Abdul tidak mengizinkan. Bahkan Abdul menarik tangan istri ketiganya untuk tetap tinggal. Berbeda dengan Ruqoyah, wanita itu malah menginginkan agar Nada segera pergi. "Nada, kamu bisa temani Ruqoyah, kan?" tanya Abdul memohon. Nada menggeleng dan tetep kekeh ingin pulang. "Sebentar lagi Ainur datang," sambungnya membuat Ruqoyah terbelalak dan kaget."Mas, kamu mengundangnya? Kenapa, sih!" taya istri pertamanya itu."Ruqoyah, hari ini jatahnya Ainur dan aku tidak bisa seperti ini.""Tapi, kan, aku sedang sakit," sahut Ruqoyah kecewa. "Iya, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan kewajibanku padanya." Wajah Ruqoyah ditekuk kemudian meremas-remas tangannya. Masih dengan wajah kesal, Ruqoyah bangkit dan menuju ke kamarnya dengan tertatih. Ketika Abdul hendak membantu, Ruqoyah menolak. Ya, Abdul sangat p

DMCA.com Protection Status