Ayunda menghela napas lelah ketika melihat Prince begitu manja pada menantunya. Bahkan saat ini, pakaian kerja yang Prince kenakan sudah tampak kusut akibat terlalu sering bersentuhan dengan istrinya.
"Mau sampai kapan kamu menempeli Niana? Lihatlah, pakaianmu sudah tidak serapi tadi, dan sekarang sudah hampir jam delapan sedangkan kamu belum juga berangkat. Ingin libur atau bekerja?" tanya Ayunda sedikit tegas."Bekerja tentu saja," jawab Prince sedikit malas dan segera bangkit dari duduknya. Untuk terakhir kali sebelum pergi, Prince kembali mencium candu bibir Niana di hadapan Ayunda. Wanita yang tak lagi muda itu hanya bisa menerima segala tingkah menyebalkan anaknya.Selepas kepergian sang suami, Niana merasa tubuhnya terasa jauh lebih ringan. Tubuhnya yang jauh lebih kecil dari tubuh sang suami membuatnya sedikit kualahan ketika pria itu terus lengket padanya."Kamu pasti lelah ditempeli beruang besar itu," ujar Ayunda dan beralih duduk di s"Sayang, apakah telingamu gatal?" tanya Niana setelah sambungan teleponnya terhubung dengan baik dengan sang suami. Ia sangat berharap jika prianya mengatakan 'iya'."Gatal karena apa? Sedari tadi telingaku baik-baik saja," ujar Prince dari seberang sana.Ayunda dan Lyly yang bisa mendengar suara pria itu pun menahan tawanya mati-matian. Melihat asumsi Niana yang terpatahkan membuat dua wanita itu tak tahan ingin meledek.Niana yang kesal sekaligus malu pun segera memutus sambungan telepon itu. Wajahnya sudah terlihat sangat masam membuat Lyly dan Ayunda semakin terhibur melihatnya."Benar'kan apa kata kami? Tetanggamu itu hanya kebetulan saja," ujar Lyly bangga seraya mencolek dagu Niana menggoda. Saat itu pula sang empu sedikit melengos dengan wajah masamnya."Yayaya, mungkin saat ini aku sedang tidak beruntung sehingga tidak bisa membuktikannya pada kalian," ujar Niana yang masih kukuh jika hal itu memang bisa terjadi."Baikla
Siang harinya, Niana memaksakan diri untuk bisa datang ke kantor sang suami untuk mengantarkan makan siang. Padahal, Prince sudah memberi peringatan berkali-kali agar ia saja yang datang ke mansion, tidak perlu sebaliknya. Namun dengan alasan mengidam, Niana tentu saja bisa menginjakkan kaki di mana suaminya berada.Melihat sang majikan yang mulai kesulitan dalam berjalan, membuat Yuna sangat geli dan ingin menempatkan tubuh gemoy Niana duduk di kursi roda saja. Namun sayangnya, wanita itu menolak dengan keras dan memilih berjalan kaki sendiri. Olahraga katanya. Bahkan hanya berdiri di dalam lift saja wanita itu sudah tampak terengah.Wajah kesal Niana karena merasa lelah kini digantikan oleh wajah sumringah yang begitu manis. Lelahnya hilang begitu saja ketika mendapat sambutan hangat dari suami tercintanya."Lama sekali," gerutu Prince dan segera berlari ke arah istrinya yang berjalan begitu lambat. Tubuh besarnya segera meraup tubuh berisi Niana ke dala
Seminggu setelah sang istri melahirkan bayi tampannya, kini Jordan sudah bisa kembali bekerja seperti biasa. Setiap pulang, pria itu tak pernah absen membawakan makanan ataupun mainan untuk anaknya. Lyly sudah bosan mengingatkan suaminya itu untuk berhenti terlebih dahulu membelikan mainan bayi. Dan Jordan adalah Jordan, semaunya sendiri. Pada saat waktu pulang telah tiba dan tak lupa membawakan oleh-oleh untuk kedua manusia tercintanya, Jordan terburu-buru untuk segera sampai di huniannya itu. Bayangan tentang bayi mungilnya yang sudah dimandikan dan kini telah harum membuat ia enggan berlama-lama di luar. "Arga, Papi pulang!!!" seru Jordan ketika memasuki huniannya. Belum sempat melihat wujud sang anak, suara tangisan bayi itu terdengar lebih dulu membuat Jordan tak sabar dan segera berlari menuju kamar tempat anak san istrinya berada."Anak Papi, kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Jordan yang sudah bersiap menimang buah cintanya. Sayangnya, gerakan Lyl
Sudah lewat satu minggu masa perkiraan lahir, namun Niana maupun Prince sama-sama tenang dan damai. Bukannya tak khawatir, namun dokter mengatakan hal tersebut adalah wajar. Perkiraan di 39 minggu, namun saat ini sudah memasuki minggu ke 40. Dan dua hari lagi adalah hari ulang tahun Prince yang ke 30. Niana dibuat pusing memikirkan hadiah apa yang cocok untuk suaminya."Apapun yang kamu berikan akan selalu membuat Prince senang. Jangan terlalu pusing, ingat kandunganmu. Belikan saja dasi atau jas baru sebagai kado, apapun itu selalu spesial jika kamu yang memberinya," ucap Ayunda memberikan masukan pada menantunya. Sudah berhari-hari wanita itu selalu dipusingkan mencari kado yang cocok. Ini akibatnya memiliki suami yang sudah punya segala, ia bingung hendak memberi apa."Apakah itu tidak terlalu sederhana, Bu? Tahun-tahun kemarin juga aku memberi dasi atau jas. Untuk tahun ini, aku benar-benar buntu ingin memberi apa pada suamiku," balas Niana dengan waj
Prince merasakan hatinya seperti tersayat sembilu mendengar rintihan kesakitan sang istri. Ia merutuki dirinya sendiri telah berani membentak wanitanya, wanita yang saat ini tengah kesakitan karena anaknya yang sedang wanita itu kandung."Sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit, Sayang. Aku mohon bertahan," pinta Prince dengan suara gemetar. Pria itu memangku kepala sang istri sehingga ia bisa dengan mudah melihat betapa tersiksanya Niana saat ini. Peluh wanita itu bahkan sampai membuat basah pakaian yang tengah ia kenakan. "Maafkan aku, aku mohon beri aku kesempatan untuk membahagiakanmu," pinta Prince sungguh-sungguh. Hatinya sangat kalut melihat keadaan sang istri.Kesadaran Niana semakin lama semakin menghilang, matanya terasa sangat berat untuk terbuka. Wanita itu pun akhirnya pasrah dengan takdir Tuhan yang masih mengizinkan dirinya hidup atau tidak.Teriakan Prince menggema di dalam mobil yang sedang membawa dirinya serta s
Niana tersenyum haru ketika anaknya tampak menikmati ASI yang ada pada tubuhnya. Air matanya tak sanggup ia bendung saking bahagianya melihat sang anak yang ia kandung selama 9 bulan lahir dengan selamat."Bagaimana rasanya menyusui, Nak?" tanya Ayunda pada Niana. Ia bahkan ikut terharu melihat tatapan ibu muda itu pada anaknya."Sedikit geli, namun aku menyukainya. Dia sangat menggemaskan dari jarak yang sangat dekat ini," jawab Niana tanpa mengalihkan pandangannya dari sang anak. Rasanya ia kembali merasakan jatuh cinta yang kedua kalinya. Di ruang rawat Niana saat ini sudah tak terlalu ramai seperti sebelumnya. Selain Ayunda dan Prince, semua orang memilih berada di luar sampai Niana selesai menyusui. Setelah istrinya sadar, Prince justru tak berani mendekat ke arahnya. Pria itu terlihat sangat merasa bersalah. Niana menggigit kecil bibir bawahnya tanda bingung melihat sang suami. Pria itu seperti enggan berada di dekatnya. Ia tahu
Pagi harinya, Prince bangun lebih dulu ketika mendengar rengekan sang anak. Ia segera turun dari ranjang rumah sakit Niana yang ia gunakan untuk tidur bersama untuk memeriksa sang anak."Daddy harus melakukan apa?" tanyanya bingung sekaligus panik. Meskipun tidak menangis, tetap saja rengekan Leon bisa membangunkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan Ayunda memesan satu ranjang berukuran lebih kecil dari milik Niana dan ditempatkan tak jauh dari ranjang Niana berada.Perlahan, mata sayu Niana terbuka mendengar suara yang cukup menganggu telinganya. Niana melirik ke arah sumber suara, tampak Prince sedang mengajak Leon berbicara tanpa mengangkat tubuhnya."Leon akan tetap rewel jika hanya dibiarkan seperti itu. Kamu harus menggendongnya," ujar Niana memberitahu. Prince spontan menoleh ketika mendengar suara sang istri, ia bahkan tidak sadar jika wanitanya telah bangun karena suara sang anak serta suara dirinya sendiri. Prince ragu
Ketika tengah asyik berbincang ringan membicarakan Leon, tiba-tiba saja bel mansion kembali berbunyi menandakan adanya tamu. Seorang pelayan segera memberitahukan pada Prince ataupun Niana jika ada yang mencarinya."Siapa dia?" tanya Prince, ia rasa tidak memiliki urusan lain. "Namanya Ryan, Tuan. Beliau ingin mengucapkan selamat sekaligus memberikan sebuah bingkisan untuk tuan muda Leon," jawab Pelayan itu membuat kedua bola mata Niana membulat tak percaya. Ia tidak menyangka jika pria itu berani menginjakkan kakinya di sini. Terlebih lagi hubungan terakhirnya dengan Prince tidaklah baik.Prince menoleh pada sang istri, pria itu curiga jika Niana sengaja mengundang cecunguk yang tidak ia sukai itu."Suruh dia masuk saja, selagi tidak memiliki niatan buruk kita harus bersikap baik pada seorang tamu," ujar Ayunda membuat seorang pelayan yang menunggu keputusan Prince berbalik arah. "Kamu yang mengundangnya?" tanya Prince berbisik pelan agar tidak didengar oleh anggota keluarga yang l
Keesokan harinya, seisi mansion dibuat heboh oleh keadaan Niana yang tiba-tiba memburuk. Wanita itu mendadak pingsan di dapur saat menggoreng bawang. Prince yang baru saja bangun dan masih menggunakan boxer lari terbirit-birit menuju dapur ketika Yuna memberitahukan sang istri pingsan. Pria itu hampir membawa Niana menuju rumah sakit tanpa menggunakan pakaian yang pantas.Alhasil, Prince dengan secepat kilat mengenakan kaus serta celana panjang apapun yang ia raih lebih dulu. Setelah itu, barulah Prince pergi membawa sang istri yang sudah tidak sadarkan diri.Mendengar suara keributan, Leon segera turun dari kamarnya dan begitu terkejut ketika melihat sang mommy sudah digandong oleh daddy-nya dalam keadaan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu Ayunda datang dan segera membawa sang cucu ke rumah sakit di mana Niana dilarikan. "Nenek, ada apa dengan mommy?" tanya Leon dengan wajah yang hampir menangis. Anak itu paling tidak bisa melihat orang-orang tersayangnya jatuh sakit. Terutama Nia
Waktu terasa berjalan begitu cepat dilalui, rasanya baru kemarin Leon dilahirkan dengan tubuhnya yang begitu mungil. Saat ini, anak tampan itu sudah memasuki sekolah dasar yang Prince pilihkan khusus untuk anak-anak tertentu saja. Seleksi sekolah yang Prince lakukan begitu ketat dan sulit. Bahkan dua tahun sebelum Leon masuk sekolah, Prince sudah sibuk mencari info sekolah terbaik di kotanya. Saat ini, Leon si anak patuh sedang menikmati sarapan bersama daddy dan mommy-nya. Anak itu begitu menikmati makanan yang dibuat oleh sang mommy. Katanya, wanita itu memasak dengan campuran bumbu cinta sehingga menghasilkan cita rasa yang begitu nikmat.Tiba-tiba saja, Leon tersentak kaget ketika mengingat sesuatu. Anak itu bahkan sampai menjatuhkan sendoknya di atas piring sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring."Ada apa, Nak?" tanya Niana yang ikut terkejut mendengar dentingan sendok dan piring yang cukup nyaring.Leon menatap takut-takut sang mommy, ia benar-benar lupa akan pekerjaan r
Sore harinya, mereka menikmati sunset bersama di tepi pantai. Dengan beralaskan karpet tebal dan luas, mereka bisa dengan leluasa duduk ataupun berbaring di sana.Jordan menggunakan kedua paha sang istri sebagai bantalan, perutnya sendiri saat ini sudah menjadi singgasana sang anak yang sedang menikmati camilannya. Meskipun Arga sudah jauh lebih berat, Jordan tetap bisa bersabar diri menahan bobot anaknya yang cukup membuat perutnya sesak."Turun, Nak. Papi kamu bisa mati jika perutnya terus diduduki seperti itu," ujar Niana yang segera mengangkat tubuh berisi balita itu dan memindahkannya pada permukaan karpet yang lebih aman. Jordan pun akhirnya bisa bernapas dengan lega tanpa menahan sesak ulah anaknya."Padahal aku baik-baik saja selama Arga dalam perutku," cibir Lyly membuat Niana secara spontan menggeplak lengan atas wanita itu. Lyly sontak mengaduh sakit meskipun geplakan yang Niana berikan tidak terlalu sakit dan cenderung main-main."Bedakan bobot saat Arga di dalam kandungan
Puluhan jam mereka habiskan di perjalanan, kini saatnya untuk menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh pulau milik Prince ini. Semua tertata dengan begitu rapi dan asri, Prince juga membangun sebuah Vila berukuran cukup besar dengan fasilitas yang fantastis untuk keluarganya. Di sana ada sekitar 3 penjaga dan pengurus vila, serta 5 orang yang menjaga pulau karena ukurannya sendiri cukup dijaga oleh 5 orang mereka. Satu pulau itu hanya di huni oleh 8 orang yang tinggal bersama di dalam paviliun khusus. Mereka semua laki-laki sehingga Prince tidak khawatir meninggalkan mereka berdelapan di pulau pribadinya. Seminggu sekali mereka kembali ke daratan untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Saat ini, orang-orang yang Prince bawa sedang merapikan barang-barang bawaan mereka di kamarnya masing-masing. "Apakah kamu menyukai pulau ini?" tanya Prince pada sang istri yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam lemari. Niana menghentikan gerakannya, wanita
Hari cuti bersama telah tiba, Prince sepakat untuk mengajak keluarganya berlibur pada salah satu pulau pribadi miliknya di perairan Catania, Italia yang ia beli sekitar 3 bulan yang lalu.Tak hanya mengajak Niana, Ayunda dan Leon, Prince juga membawa keluarga kecil Jordan serta para baby sitter para bayi. Setidaknya, mereka bisa berlibur lebih tenang jika membawa pengasuh para anak mereka.Saat ini rombongan konglomerat itu sudah berada di pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tak ketinggalan, Prince selalu menyediakan dokter karena takut keluarganya tiba-tiba jatuh sakit atau apalah itu yang membutuhkan tenaga medis."Priamu itu terlalu kaya, Niana. Hanya untuk berlibur selama satu minggu saja harus membeli pulau pribadi, menggunakan pesawat pribadi, dan dokter pribadi. Kepalaku tidak akan sanggup menghitung berapa banyak uang yang Prince keluarkan," ujar Lyly pada Niana yang sedang menimang anaknya. Niana mengendikkan bahunya, ia juga tidak tahu mengapa Pr
Prince pulang dengan membawa buah tangan berupa sebouqet mawar berukuran cukup besar. Sudah satu bulan terakhir ia tidak membawakan bunga untuk istri tercintanya. "Akhirnya kamu ingat kembali untuk membawakan aku bunga," ujar Niana setelah menerima pemberian sang suami. Wanita itu menghirup dalam-dalam aroma mawar yang begitu harum, setelah hamil ia kembali memfavoritkan bunga mawar.Prince memeluk Niana dari belakang ketika wanita itu masih asyik menghirup aroma mawar. Kini ia juga sedang menghirup, menghirup aroma tubuh sang istri.Niana membiarkan apa yang pria itu lakukan, tak jarang ia mendapat serangan mendadak sewaktu Prince pulang bekerja untuk menghilangkan rasa lelah pria itu. Ia senang-senang saja melakukannya.Niana tersentak kaget ketika tubuhnya dibalik secara mendadak oleh Prince sehingga saat ini posisinya berhadapan dengan pria itu. Tanpa basa-basi lagi Prince segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri. Niana menyambut dengan senang hati, segera ia taruh bou
Tak terasa, usia Leon kini genap 6 bulan, bayi itu semakin pintar dan menggemaskan membuat semua orang berebut ingin bermain dengannya. Ocehan Leon selalu menjadi suara termerdu yang selalu ingin didengar, apalagi gelak tawanya membuat candu semua orang.Prince dan Niana sudah menyiapkan kamar Leon yang masih terhubung dengan kamar keduanya. Mereka sudah melakukan sleep training pada Leon sejak umur 4 bulan. Saat ini, Leon sudah pandai tidur sendiri tanpa menangis ketika bangun di malam hari.Meskipun, awalnya Niana tidak tega melihat anaknya menangis sendiri di malam hari. Wanita itu bahkan sampai ikut menangis dan menunggu sang anak di depan pintu seraya memantaunya melalui kamera yang langsung tersambung pada ponselnya. Prince juga berhasil memberikan pemahaman pada sang istri jika sleep training sangat penting dan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Leon maupun mereka berdua.Kini, Niana tengah bersiap mengajak sang anak untuk mengantarkan makan siang milik Prince. Lyly pu
Berhubung dia libur di hari kerja dan cukup dadakan, akhirnya Prince memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bermunculan pada surel miliknya di mansion. Ruang kerja Prince sendiri sudah tampak ramai oleh Leon serta Niana yang sedang bermain, sesekali pria itu ikut menimpali obrolan ringan Niana dengan anaknya."Daddy, apakah Daddy tidak ingin sapi panggang? Leon sangat ingin sapi panggang, Daddy," ujar Niana dengan suara yang ia buat seperti anak kecil seolah Leon-lah yang sedang membujuk Prince untuk membeli sapi panggang.Prince terkekeh pelan di sela-sela aktivitasnya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan karena tingkah sang istri. Ia melepas sejenak kacamata yang ia gunakan dan beralih menatap sang anak."Benarkah, Leon? Bagaimana kamu bisa menikmati sapi panggang sedangkan gigi saja kamu tidak punya?" tanya Prince yang hanya dibalas tatapan bingung oleh anaknya. Bayi itu tidak paham dengan percakapan mommy serta daddy-nya."Tentu saja dengan cara meminum ASI mommy, Dad
Baru beberapa jam memejamkan mata, Niana kembali dibangunkan oleh suara tangisan sang anak yang menggema. Ia pun segera bangkit dan mengenakan pakaian seadanya. Setelah itu, ia berlari secepat kilat menuju sumber suara tanpa peduli pada pangkal paha yang masih terasa sedikit ngilu.Tampak Leon yang tidak mau tenang dalam pelukan neneknya, hal itu membuat Niana merasa bersalah karena telah membuat Ayunda kesulitan. "Ke mari anakku, rindu Mommy ya, Nak?" Niana segera menimang sang anak tanpa berhenti bersuara karena anaknya sudah mengenali suara sang mommy. "Ajak dia bertemu daddy-nya juga, dia merindukan kedua orang tuanya," ujar Ayunda membuat Niana segera bangkit dan segera memasuki kamarnya kembali. Tampak di sana Prince yang perlahan-lahan membuka matanya ketika mendengar suara sang anak."Ada apa dengan Leon, Sayang?" tanya Prince seraya beralih duduk, ia segera menyiapkan bantal untuk menjadi sandaran Niana yang hendak duduk di sebelahnya. "Leon merindukan kita berdua kata Ibu