Prince gusar ketika mendapat laporan dari asisten rumah tangganya tentang keadaan Niana. Gadis itu tak hentinya menangis dan mengurung diri di dalam kamar. Tentu saja hal itu mengundang kepanikan Prince, padahal sebelum berangkat ia memastikan sendiri keadaan gadisnya baik-baik saja. Sesampainya di mansion, Prince berlari secepat mungkin untuk bisa sampai ke kamarnya. Tempat di mana si kesayangan mengurung diri."My Bunny, ada apa Sayang?" tanya Prince sesampainya di depan pintu kamarnya. Nahas, pintu terkunci dari dalam dan ia lupa membawa kunci cadangan.Prince tak menyerah, pria itu terus mengetuk dan memanggil nama Niana. Bahkan ia sudah meminta beberapa pekerjanya agar merombak pintu agar bisa dibuka."Sayang, tolong jangan buat aku takut!"Pintu masih belum terbuka, seseorang masih berusaha keras mencongkel pintu itu. Belum sempat pintu terbuka secara paksa, seseorang dari dalam lebih dulu membukanya dengan mudah menggunakan kunci. Prince lega pintu itu terbuka dan kini menamp
Prince tampak berpikir keras sambil mengemudi ketika mendapati keterdiamaan Niana. Gadis itu memang tidak mengabaikan segala ucapannya, namun ia tentu sadar jika Niana lebih diam dari biasanya.Sesampainya di depan gedung puluhan lantai itu, Prince segera mempersilahkan kekasihnya untuk keluar, merangkul pinggang si kekasih dengan begitu mesra seolah memamerkan pada seluruh dunia jika gadis cantik di sampingnya sudah ia miliki.Sayang sekali, ketika hendak memasuki lift khusus pimpinan, lift itu sedang diperbaiki karena adanya konslet. Mau tidak mau Niana dan Prince memasuki lift yang sama dengan para pegawainya.Di dalam lift itu sendiri terdiri dari 5 orang, 3 pegawai dan 2 laginya adalah Niana dan Prince. Pasangan itu membuat beberapa orang lain di dalamnya merasa segan. Belum lagi mata mereka terasa pedih ketika melihat pimpinan mereka yang terkenal angkuh dan garang tampak manis dengan terus memeluk kekasihnya dari belakang serta tanpa hentinya mengecup singkat puncak kepala gadi
"M—melakukan apa, Sayang?" tanya Prince sambil tergagap. Ia bisa melihat jika tatapan kekasihnya sudah mulai sayu, persis seseorang menginginkan sesuatu."Aku penasaran, kenapa kamu tidak pernah menyentuhku selain kejadian itu saja? Apa aku terlalu buruk rupa? Padahal, di luar sana sepasang kekasih yang saling mencintai akan sering melakukannya. Bahkan, aku sudah hamil pun kamu seperti tidak mau dan jijik," keluh Niana membuat Prince terbelalak tak percaya. Sungguh kekasihnya mengatakan hal yang demikian? Astaga ...Pria itu menarik napas dalam-dalam, kedua tangannya terulur untuk menangkup kedua sisi wajah sang kekasih agar bisa terfokus padanya saja. "Dengarkan ya ... aku harap setelah ini tidak ada kesalahpahaman lagi."Niana mengangguk, ia memasang telinganya baik-baik meskipun sedikit sulit karena ia tengah menahan sesuatu. Sungguh, ia ingin menerkam Prince saat ini juga."Aku tidak menyentuhmu kecuali karena insiden itu, bukan karena aku jijik atau sebagainya seperti yang sayan
Tidak perlu menunggu waktu lebih lama lagi untuk melakukan tindakan pada Niana, 3 hari ke depan adalah hari di mana Niana kehilangan bayi mereka. Sungguh, ia seperti ditusuk ribuan kali ketika membayangkan makhluk kecil yang ia cintai harus dipaksa mati.Di atas ranjang besar ini, tak hentinya Prince mencumbui bibir candu istrinya, sebisa mungkin ia mengalihkan perhatian Niana agar tidak terlalu memikirkan anak mereka. Jangan berpikir bahwa ia tak sedih akan kehilangan calon anaknya, justru ia berulang kali menangis dalam diam agar tidak diketahui Niana. Namun, apa boleh buat, sudah seperti ini takdirnya. Ia yakin, suatu saat nanti Tuhan akan kembali memberikannya kepercayaan untuk memiliki keturunan.“Apakah istriku sedang menginginkan sesuatu?” tanya Prince setelah merasa puas membuat bibir Niana kebas. Pria ini memang seperti orang gila jika sudah disuguhkan dengan bibir istrinya.Niana tampak berpikir, yang ia inginkan saat ini hanyalah bermanja pada suaminya, menikmati apapun ya
Pagi harinya, Niana, Prince dan Ayunda tengah bersiap untuk pergi dan bahkan menginap beberapa hari di rumah sakit yang sudah Prince booking. Yup, kini Niana benar-benar akan melakukan proses di mana ia akan kehilangan bayinya.Di dalam perjalanan, Niana bisa merasakan keterdiaman Prince yang begitu dalam. Bahkan ketika ia bangun tadi pagi, mata suaminya itu sudah sangat sembab. Dan sampai saat ini pun kesembapannya sama sekali belum luntur. “Sayang,” panggil Niana membuat Prince yang sedang merangkulnya menoleh ke samping tempatnta berada.“Ya, cinta?” tanya dengan senyum yang jelas sekali dipaksakan.“Tolong katakan apa yang kamu rasakan sekarang, dari awal aku bangun kamu sudah nampak berbeda,” jawab Niana yang lagi-lagi membuat senyuman paksa itu muncul.“Tidak ada apa-apa,” balasnya.“Bohong.”Prince tak lagi menjawab, pria itu kembali melamun dengan pikiran menerawang. Besok adalah hari yang paling ia benci, dan rasanya ia tidak sanggup hidup di hari itu. Sungguh, ia benci pad
Hari ini, resmi Prince dan Niana kehilangan calon bayi mereka. Ikhlas tidak ikhlas, harus tetap ikhlas. Prince, Ayunda, Lyly, dan bahkan Tina, ikut menunggu operasi Niana sampai selesai. Keempat manusia itu tampak fokus dalam berdoa, bagaimanapun nyawa Niana sedang dipertaruhkan saat ini.Prince berjongkok dengan punggung bersandar pada tembok. Kepalanya menengadah dengan kedua mata terpejam, sedangkan kedua tangannya bertaut untuk mengirim doa pada yang maha kuasa.Dan untuk para keluarga besar Prince sendiri sedang dalam perjalanan untuk bisa menjenguk bagian mereka yang sedang memiliki masalah. Beruntung sekali sebagian besar dari mereka memang menyukai Niana. Meskipun, ada saja di antara mereka yang tidak menyukai kehadiran sosok Niana. Prince maupun Niana tidak terlalu mempermasalahkannya.Berbeda dengan sang anak atau pun istri yang sedang khusyuk berdoa, ada seorang pria kepala keluarga yang sangat asyik dengan keluarga lain impiannya. “Honey, kenapa kamu tidak ikut menemani
Niana baru saja ia hampir terlelap ke alam mimpi, namun tangan seseorang yang menggerayangi tubuhnya membuat ia mengurungkan niat untuk tidur. Siapa lagi jika bukan Prince?"Ada apa, Sayang?" tanya Niana dengan mata setengah terpejam. Prince yang terciduk pun hanya bisa menyengir kuda dan kembali menarik tangannya. Awalnya, ia memang ingin melepas kemeja piyama sang istri.Niana terus menatapnya dengan tatapan menyelidik, ia sadar ada yang tidak beres dengan suaminya.Prince masih tak menjawab, ia cukup malu karena aksinya gagal. "Kenapa kancing piyamaku hampir terbuka setengahnya?" heran Niana yang baru saja menyadari piyama bagian atasnya sudah setengah terbuka. Beberapa saat kemudian, ia tahu apa yang diinginkan oleh Prince.Niana terkikik kecil dibuatnya."Kemarilah, Sayangku. Aku tahu apa yang kamu inginkan," ujar Niana seraya menarik Prince untuk lebih dekat dengannya. Pria itu pun hanya manut, kini posisi tubuhnya berbaring dan tidak sejajar lagi dengan wajah istrinya. Bahkan
Cukup lama Prince pergi, dan selama itu pula Niana menunggu suaminya untuk kembali tiba padanya. Kini, tampak pintu kamarnya kembali dibuka dari luar dan menampilkan sang suami dengan wajah yang lebih sembab.Pria itu bergegas melangkah dengan cepat dan menghambur ke dalam pelukan istrinya. Sama halnya dengan Prince, Niana ikut menangis sambil berpelukan. “Aku sangat benci dengan ucapanmu itu. Tolong ingat ini baik-baik, aku tidak akan pernah mencari wanita lain untuk menggantikan sosokmu, aku tidak akan sudi tubuhku disentuh oleh selain kamu, aku tidak mau. Tolong jangan ragukan aku lagi, percayalah padaku bahwa aku hanya untukmu, milikmu, dan selalu akan bersamamu,” ujar Prince penuh kesungguhan meskipun dengan suara sedikit bergetar.“Iya Sayang, maafkan aku, maaf karena telah meragukanmu. Aku janji setelah ini tidak akan lagi mengucapkan hal yang kamu benci itu, juga tidak akan lagi meragukan cinta suamiku ini. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah sudi menjadikan