“AHH!”Niana berteriak cukup kencang ketika ia mencapai pelepasan yang ke sekian kalinya. Berbagai macam posisi dan gaya telah ia dan Prince lakukan guna menghilangkan pengaruh obat sialan itu. “Ohh Babyhh,” racau Prince tanpa mengendurkan pompaannya barang sedetik pun. Sejak 2 jam yang lalu tubuhnya berpacu bagai kuda yang tidak memiliki kata lelah, menggempur Niana habis-habisan. Jangan tanyakan keadaan Niana, gadis yang sudah tak gadis lagi itu hanya bisa pasrah di bawah kendali Prince.Posisi yang sebelumnya saling berhadapan dengan Niana yang ada di bawah kekasihnya, kini berbalik, Niana berada di atas pangkuan Prince. “Ah, sayang. Tunggu, ah!”“Shtt, nikmat sekali shh ahh.”Niana kelabakan, rasanya sangat tidak nyaman ketika benda panjang nan besar itu masuk dengan sempurna ke dalam miliknya. “Sayang, ini terlalu dalam, ah! A-aku mual ahh!!” Teriakan Niana sama sekali tidak terdengar oleh telinga Prince, pria itu terlalu sibuk memuaskan nafsunya yang sangat meningkat pesat u
Prince gusar ketika mendapat laporan dari asisten rumah tangganya tentang keadaan Niana. Gadis itu tak hentinya menangis dan mengurung diri di dalam kamar. Tentu saja hal itu mengundang kepanikan Prince, padahal sebelum berangkat ia memastikan sendiri keadaan gadisnya baik-baik saja. Sesampainya di mansion, Prince berlari secepat mungkin untuk bisa sampai ke kamarnya. Tempat di mana si kesayangan mengurung diri."My Bunny, ada apa Sayang?" tanya Prince sesampainya di depan pintu kamarnya. Nahas, pintu terkunci dari dalam dan ia lupa membawa kunci cadangan.Prince tak menyerah, pria itu terus mengetuk dan memanggil nama Niana. Bahkan ia sudah meminta beberapa pekerjanya agar merombak pintu agar bisa dibuka."Sayang, tolong jangan buat aku takut!"Pintu masih belum terbuka, seseorang masih berusaha keras mencongkel pintu itu. Belum sempat pintu terbuka secara paksa, seseorang dari dalam lebih dulu membukanya dengan mudah menggunakan kunci. Prince lega pintu itu terbuka dan kini menamp
Prince tampak berpikir keras sambil mengemudi ketika mendapati keterdiamaan Niana. Gadis itu memang tidak mengabaikan segala ucapannya, namun ia tentu sadar jika Niana lebih diam dari biasanya.Sesampainya di depan gedung puluhan lantai itu, Prince segera mempersilahkan kekasihnya untuk keluar, merangkul pinggang si kekasih dengan begitu mesra seolah memamerkan pada seluruh dunia jika gadis cantik di sampingnya sudah ia miliki.Sayang sekali, ketika hendak memasuki lift khusus pimpinan, lift itu sedang diperbaiki karena adanya konslet. Mau tidak mau Niana dan Prince memasuki lift yang sama dengan para pegawainya.Di dalam lift itu sendiri terdiri dari 5 orang, 3 pegawai dan 2 laginya adalah Niana dan Prince. Pasangan itu membuat beberapa orang lain di dalamnya merasa segan. Belum lagi mata mereka terasa pedih ketika melihat pimpinan mereka yang terkenal angkuh dan garang tampak manis dengan terus memeluk kekasihnya dari belakang serta tanpa hentinya mengecup singkat puncak kepala gadi
"M—melakukan apa, Sayang?" tanya Prince sambil tergagap. Ia bisa melihat jika tatapan kekasihnya sudah mulai sayu, persis seseorang menginginkan sesuatu."Aku penasaran, kenapa kamu tidak pernah menyentuhku selain kejadian itu saja? Apa aku terlalu buruk rupa? Padahal, di luar sana sepasang kekasih yang saling mencintai akan sering melakukannya. Bahkan, aku sudah hamil pun kamu seperti tidak mau dan jijik," keluh Niana membuat Prince terbelalak tak percaya. Sungguh kekasihnya mengatakan hal yang demikian? Astaga ...Pria itu menarik napas dalam-dalam, kedua tangannya terulur untuk menangkup kedua sisi wajah sang kekasih agar bisa terfokus padanya saja. "Dengarkan ya ... aku harap setelah ini tidak ada kesalahpahaman lagi."Niana mengangguk, ia memasang telinganya baik-baik meskipun sedikit sulit karena ia tengah menahan sesuatu. Sungguh, ia ingin menerkam Prince saat ini juga."Aku tidak menyentuhmu kecuali karena insiden itu, bukan karena aku jijik atau sebagainya seperti yang sayan
Tidak perlu menunggu waktu lebih lama lagi untuk melakukan tindakan pada Niana, 3 hari ke depan adalah hari di mana Niana kehilangan bayi mereka. Sungguh, ia seperti ditusuk ribuan kali ketika membayangkan makhluk kecil yang ia cintai harus dipaksa mati.Di atas ranjang besar ini, tak hentinya Prince mencumbui bibir candu istrinya, sebisa mungkin ia mengalihkan perhatian Niana agar tidak terlalu memikirkan anak mereka. Jangan berpikir bahwa ia tak sedih akan kehilangan calon anaknya, justru ia berulang kali menangis dalam diam agar tidak diketahui Niana. Namun, apa boleh buat, sudah seperti ini takdirnya. Ia yakin, suatu saat nanti Tuhan akan kembali memberikannya kepercayaan untuk memiliki keturunan.“Apakah istriku sedang menginginkan sesuatu?” tanya Prince setelah merasa puas membuat bibir Niana kebas. Pria ini memang seperti orang gila jika sudah disuguhkan dengan bibir istrinya.Niana tampak berpikir, yang ia inginkan saat ini hanyalah bermanja pada suaminya, menikmati apapun ya
Pagi harinya, Niana, Prince dan Ayunda tengah bersiap untuk pergi dan bahkan menginap beberapa hari di rumah sakit yang sudah Prince booking. Yup, kini Niana benar-benar akan melakukan proses di mana ia akan kehilangan bayinya.Di dalam perjalanan, Niana bisa merasakan keterdiaman Prince yang begitu dalam. Bahkan ketika ia bangun tadi pagi, mata suaminya itu sudah sangat sembab. Dan sampai saat ini pun kesembapannya sama sekali belum luntur. “Sayang,” panggil Niana membuat Prince yang sedang merangkulnya menoleh ke samping tempatnta berada.“Ya, cinta?” tanya dengan senyum yang jelas sekali dipaksakan.“Tolong katakan apa yang kamu rasakan sekarang, dari awal aku bangun kamu sudah nampak berbeda,” jawab Niana yang lagi-lagi membuat senyuman paksa itu muncul.“Tidak ada apa-apa,” balasnya.“Bohong.”Prince tak lagi menjawab, pria itu kembali melamun dengan pikiran menerawang. Besok adalah hari yang paling ia benci, dan rasanya ia tidak sanggup hidup di hari itu. Sungguh, ia benci pad
Hari ini, resmi Prince dan Niana kehilangan calon bayi mereka. Ikhlas tidak ikhlas, harus tetap ikhlas. Prince, Ayunda, Lyly, dan bahkan Tina, ikut menunggu operasi Niana sampai selesai. Keempat manusia itu tampak fokus dalam berdoa, bagaimanapun nyawa Niana sedang dipertaruhkan saat ini.Prince berjongkok dengan punggung bersandar pada tembok. Kepalanya menengadah dengan kedua mata terpejam, sedangkan kedua tangannya bertaut untuk mengirim doa pada yang maha kuasa.Dan untuk para keluarga besar Prince sendiri sedang dalam perjalanan untuk bisa menjenguk bagian mereka yang sedang memiliki masalah. Beruntung sekali sebagian besar dari mereka memang menyukai Niana. Meskipun, ada saja di antara mereka yang tidak menyukai kehadiran sosok Niana. Prince maupun Niana tidak terlalu mempermasalahkannya.Berbeda dengan sang anak atau pun istri yang sedang khusyuk berdoa, ada seorang pria kepala keluarga yang sangat asyik dengan keluarga lain impiannya. “Honey, kenapa kamu tidak ikut menemani
Niana baru saja ia hampir terlelap ke alam mimpi, namun tangan seseorang yang menggerayangi tubuhnya membuat ia mengurungkan niat untuk tidur. Siapa lagi jika bukan Prince?"Ada apa, Sayang?" tanya Niana dengan mata setengah terpejam. Prince yang terciduk pun hanya bisa menyengir kuda dan kembali menarik tangannya. Awalnya, ia memang ingin melepas kemeja piyama sang istri.Niana terus menatapnya dengan tatapan menyelidik, ia sadar ada yang tidak beres dengan suaminya.Prince masih tak menjawab, ia cukup malu karena aksinya gagal. "Kenapa kancing piyamaku hampir terbuka setengahnya?" heran Niana yang baru saja menyadari piyama bagian atasnya sudah setengah terbuka. Beberapa saat kemudian, ia tahu apa yang diinginkan oleh Prince.Niana terkikik kecil dibuatnya."Kemarilah, Sayangku. Aku tahu apa yang kamu inginkan," ujar Niana seraya menarik Prince untuk lebih dekat dengannya. Pria itu pun hanya manut, kini posisi tubuhnya berbaring dan tidak sejajar lagi dengan wajah istrinya. Bahkan
Keesokan harinya, seisi mansion dibuat heboh oleh keadaan Niana yang tiba-tiba memburuk. Wanita itu mendadak pingsan di dapur saat menggoreng bawang. Prince yang baru saja bangun dan masih menggunakan boxer lari terbirit-birit menuju dapur ketika Yuna memberitahukan sang istri pingsan. Pria itu hampir membawa Niana menuju rumah sakit tanpa menggunakan pakaian yang pantas.Alhasil, Prince dengan secepat kilat mengenakan kaus serta celana panjang apapun yang ia raih lebih dulu. Setelah itu, barulah Prince pergi membawa sang istri yang sudah tidak sadarkan diri.Mendengar suara keributan, Leon segera turun dari kamarnya dan begitu terkejut ketika melihat sang mommy sudah digandong oleh daddy-nya dalam keadaan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu Ayunda datang dan segera membawa sang cucu ke rumah sakit di mana Niana dilarikan. "Nenek, ada apa dengan mommy?" tanya Leon dengan wajah yang hampir menangis. Anak itu paling tidak bisa melihat orang-orang tersayangnya jatuh sakit. Terutama Nia
Waktu terasa berjalan begitu cepat dilalui, rasanya baru kemarin Leon dilahirkan dengan tubuhnya yang begitu mungil. Saat ini, anak tampan itu sudah memasuki sekolah dasar yang Prince pilihkan khusus untuk anak-anak tertentu saja. Seleksi sekolah yang Prince lakukan begitu ketat dan sulit. Bahkan dua tahun sebelum Leon masuk sekolah, Prince sudah sibuk mencari info sekolah terbaik di kotanya. Saat ini, Leon si anak patuh sedang menikmati sarapan bersama daddy dan mommy-nya. Anak itu begitu menikmati makanan yang dibuat oleh sang mommy. Katanya, wanita itu memasak dengan campuran bumbu cinta sehingga menghasilkan cita rasa yang begitu nikmat.Tiba-tiba saja, Leon tersentak kaget ketika mengingat sesuatu. Anak itu bahkan sampai menjatuhkan sendoknya di atas piring sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring."Ada apa, Nak?" tanya Niana yang ikut terkejut mendengar dentingan sendok dan piring yang cukup nyaring.Leon menatap takut-takut sang mommy, ia benar-benar lupa akan pekerjaan r
Sore harinya, mereka menikmati sunset bersama di tepi pantai. Dengan beralaskan karpet tebal dan luas, mereka bisa dengan leluasa duduk ataupun berbaring di sana.Jordan menggunakan kedua paha sang istri sebagai bantalan, perutnya sendiri saat ini sudah menjadi singgasana sang anak yang sedang menikmati camilannya. Meskipun Arga sudah jauh lebih berat, Jordan tetap bisa bersabar diri menahan bobot anaknya yang cukup membuat perutnya sesak."Turun, Nak. Papi kamu bisa mati jika perutnya terus diduduki seperti itu," ujar Niana yang segera mengangkat tubuh berisi balita itu dan memindahkannya pada permukaan karpet yang lebih aman. Jordan pun akhirnya bisa bernapas dengan lega tanpa menahan sesak ulah anaknya."Padahal aku baik-baik saja selama Arga dalam perutku," cibir Lyly membuat Niana secara spontan menggeplak lengan atas wanita itu. Lyly sontak mengaduh sakit meskipun geplakan yang Niana berikan tidak terlalu sakit dan cenderung main-main."Bedakan bobot saat Arga di dalam kandungan
Puluhan jam mereka habiskan di perjalanan, kini saatnya untuk menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh pulau milik Prince ini. Semua tertata dengan begitu rapi dan asri, Prince juga membangun sebuah Vila berukuran cukup besar dengan fasilitas yang fantastis untuk keluarganya. Di sana ada sekitar 3 penjaga dan pengurus vila, serta 5 orang yang menjaga pulau karena ukurannya sendiri cukup dijaga oleh 5 orang mereka. Satu pulau itu hanya di huni oleh 8 orang yang tinggal bersama di dalam paviliun khusus. Mereka semua laki-laki sehingga Prince tidak khawatir meninggalkan mereka berdelapan di pulau pribadinya. Seminggu sekali mereka kembali ke daratan untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Saat ini, orang-orang yang Prince bawa sedang merapikan barang-barang bawaan mereka di kamarnya masing-masing. "Apakah kamu menyukai pulau ini?" tanya Prince pada sang istri yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam lemari. Niana menghentikan gerakannya, wanita
Hari cuti bersama telah tiba, Prince sepakat untuk mengajak keluarganya berlibur pada salah satu pulau pribadi miliknya di perairan Catania, Italia yang ia beli sekitar 3 bulan yang lalu.Tak hanya mengajak Niana, Ayunda dan Leon, Prince juga membawa keluarga kecil Jordan serta para baby sitter para bayi. Setidaknya, mereka bisa berlibur lebih tenang jika membawa pengasuh para anak mereka.Saat ini rombongan konglomerat itu sudah berada di pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tak ketinggalan, Prince selalu menyediakan dokter karena takut keluarganya tiba-tiba jatuh sakit atau apalah itu yang membutuhkan tenaga medis."Priamu itu terlalu kaya, Niana. Hanya untuk berlibur selama satu minggu saja harus membeli pulau pribadi, menggunakan pesawat pribadi, dan dokter pribadi. Kepalaku tidak akan sanggup menghitung berapa banyak uang yang Prince keluarkan," ujar Lyly pada Niana yang sedang menimang anaknya. Niana mengendikkan bahunya, ia juga tidak tahu mengapa Pr
Prince pulang dengan membawa buah tangan berupa sebouqet mawar berukuran cukup besar. Sudah satu bulan terakhir ia tidak membawakan bunga untuk istri tercintanya. "Akhirnya kamu ingat kembali untuk membawakan aku bunga," ujar Niana setelah menerima pemberian sang suami. Wanita itu menghirup dalam-dalam aroma mawar yang begitu harum, setelah hamil ia kembali memfavoritkan bunga mawar.Prince memeluk Niana dari belakang ketika wanita itu masih asyik menghirup aroma mawar. Kini ia juga sedang menghirup, menghirup aroma tubuh sang istri.Niana membiarkan apa yang pria itu lakukan, tak jarang ia mendapat serangan mendadak sewaktu Prince pulang bekerja untuk menghilangkan rasa lelah pria itu. Ia senang-senang saja melakukannya.Niana tersentak kaget ketika tubuhnya dibalik secara mendadak oleh Prince sehingga saat ini posisinya berhadapan dengan pria itu. Tanpa basa-basi lagi Prince segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri. Niana menyambut dengan senang hati, segera ia taruh bou
Tak terasa, usia Leon kini genap 6 bulan, bayi itu semakin pintar dan menggemaskan membuat semua orang berebut ingin bermain dengannya. Ocehan Leon selalu menjadi suara termerdu yang selalu ingin didengar, apalagi gelak tawanya membuat candu semua orang.Prince dan Niana sudah menyiapkan kamar Leon yang masih terhubung dengan kamar keduanya. Mereka sudah melakukan sleep training pada Leon sejak umur 4 bulan. Saat ini, Leon sudah pandai tidur sendiri tanpa menangis ketika bangun di malam hari.Meskipun, awalnya Niana tidak tega melihat anaknya menangis sendiri di malam hari. Wanita itu bahkan sampai ikut menangis dan menunggu sang anak di depan pintu seraya memantaunya melalui kamera yang langsung tersambung pada ponselnya. Prince juga berhasil memberikan pemahaman pada sang istri jika sleep training sangat penting dan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Leon maupun mereka berdua.Kini, Niana tengah bersiap mengajak sang anak untuk mengantarkan makan siang milik Prince. Lyly pu
Berhubung dia libur di hari kerja dan cukup dadakan, akhirnya Prince memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bermunculan pada surel miliknya di mansion. Ruang kerja Prince sendiri sudah tampak ramai oleh Leon serta Niana yang sedang bermain, sesekali pria itu ikut menimpali obrolan ringan Niana dengan anaknya."Daddy, apakah Daddy tidak ingin sapi panggang? Leon sangat ingin sapi panggang, Daddy," ujar Niana dengan suara yang ia buat seperti anak kecil seolah Leon-lah yang sedang membujuk Prince untuk membeli sapi panggang.Prince terkekeh pelan di sela-sela aktivitasnya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan karena tingkah sang istri. Ia melepas sejenak kacamata yang ia gunakan dan beralih menatap sang anak."Benarkah, Leon? Bagaimana kamu bisa menikmati sapi panggang sedangkan gigi saja kamu tidak punya?" tanya Prince yang hanya dibalas tatapan bingung oleh anaknya. Bayi itu tidak paham dengan percakapan mommy serta daddy-nya."Tentu saja dengan cara meminum ASI mommy, Dad
Baru beberapa jam memejamkan mata, Niana kembali dibangunkan oleh suara tangisan sang anak yang menggema. Ia pun segera bangkit dan mengenakan pakaian seadanya. Setelah itu, ia berlari secepat kilat menuju sumber suara tanpa peduli pada pangkal paha yang masih terasa sedikit ngilu.Tampak Leon yang tidak mau tenang dalam pelukan neneknya, hal itu membuat Niana merasa bersalah karena telah membuat Ayunda kesulitan. "Ke mari anakku, rindu Mommy ya, Nak?" Niana segera menimang sang anak tanpa berhenti bersuara karena anaknya sudah mengenali suara sang mommy. "Ajak dia bertemu daddy-nya juga, dia merindukan kedua orang tuanya," ujar Ayunda membuat Niana segera bangkit dan segera memasuki kamarnya kembali. Tampak di sana Prince yang perlahan-lahan membuka matanya ketika mendengar suara sang anak."Ada apa dengan Leon, Sayang?" tanya Prince seraya beralih duduk, ia segera menyiapkan bantal untuk menjadi sandaran Niana yang hendak duduk di sebelahnya. "Leon merindukan kita berdua kata Ibu