Untuk kesekian kalinya Arkana pulang ke rumah dalam keadaan mabuk.Buktinya ketika Zara pulang pagi ini dari rumah sakit—sang suami masih tergeletak di atas ranjang dalam keadaan shirt less.Paman Neil yang selalu membantu Zara membuka pakaian Arkana ketika pulang dalam keadaan tidak berdaya seperti itu.Zara menatap Arkana berlama-lama, mengingat kejadian kemarin siang di loby hotel—ia menerka-nerka, apa sedang dipikirkan Arkana tentangnya?Apakah Arkana cemburu?Lalu apa yang akan Arkana lakukan kepada dokter Saputra?Tatapan penuh kebencian dari sorot mata Arkana kemarin siang membuat Zara ciut sekaligus terluka.Ia tidak bisa menjelaskan siapa dokter Saputra dan terpaksa harus menghentikan sesi konsultasinya karena Arkana pasti akan meminta orang kepercayaannya untuk memata-matai dan mengikutinya atau mungkin saat ini ponsel Zara sudah disadap oleh pria itu.Hembusan napas berat Zara keluarkan, ia tidak tau bagaimana cara mengembalikan keharmonisan rumah tangganya seperti dulu.Za
Neil berhasil memindahkan data dari ponsel Arkana yang hancur ke ponsel baru yang selalu tersedia di rumah karena Neil tau jika perangai tuan mudanya sangat buruk, suka melempar barang.Kini Arkana bisa kembali berkomunikasi dengan orang-orang kepercayaannya.“Ketemu di hotel, gue harus jelasin ke Zara ... bawa semua buktinya,” titah Arkana kepada pria di ujung sambungan telepon lantas memutuskan sambungan secara sepihak.Arkana mengemudikan sendiri mobil sport-nya menuju sebuah hotel tempat janji temu bersama Franky yang baru saja pria itu informasikan.Ponselnya kemudian berdering dan nama Rian-sang sekertaris memenuhi layarnya.“Maaf Pak, apak—““Yan, cancel semua meeting hari ini ... handle sementara kerjaan saya yang bisa kamu kerjakan.” Arkana menyela kalimat Rian dengan memberi instruksi.“Ba-baik, Pak ... tapi Bapak dan ibu baik-baik aja, kan?” Tentu saja Rian khawatir pasalnya ketika ia baru menjadi sekertaris Arkana harus dihadapkan dengan keguguran istri dari sang bos di us
“Yang ... pengen peluk.” Setelah kekacauan yang pria itu buat, seenak hatinya Arkana merengek kepada Zara.“Gue akan balas semua sakit yang lo kasih ke gue.” Zara mengucapkannya dengan nada dingin dan sorot mata penuh kebencian.“Salah gue cuma nganter si Nadia doank, Yang ... trus dengerin dia curhat trus meluk dia ... iya gue salah yang bagian meluk, dia nangis terus Yang ... lagian gue enggak ada perasaan apa-apa sama dia, ya kaya dulu aja sebagai temen ....” Nada suara Arkana merendah hingga menghilang di akhir kalimat. Pria itu teringat ucapan Roger mengenai Zara dan dokter Saputra.“Mungkin dalam hati, lo akan bilang kalau gue bisa nenangin cewek lain dengan pelukan tapi istri gue sendiri malah nangis di depan psikiater.” Arkana melanjutkan.Zara mengangkat wajahnya dengan ekspresi layaknya orang yang ketauan bohong.Jadi suaminya sudah mengetahui siapa dokter Saputra?“Saputra, itu psikiater lo, kan?”Arkana bukan sedang bertanya tapi menyatakan jika dirinya sudah mengetahui
Zara menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia merasa lelah jiwa dan raga.Seakan badai tidak bosan menghantamnya, tidak cukupkah kehilangan Arasha dan menjadi mandul sebagai cobaan terberat bagi Zara.Kini suaminya kedapatan dengan sadar memeluk wanita lain di saat dirinya sedang terpuruk.Zara tidak mempercayai ucapan Arkana yang mengatakan jika pria itu tidak memiliki perasaan apapun terhadap Nadia.Lantas kenapa Arkana memeluk Nadia? Peduli apa suaminya dengan yang terjadi pada hidup Nadia?Padahal Arkana tau percis jika Nadia seringkali berusaha membuat Zara menderita di masa lampau.Zara turun dari taxi, langkahnya terburu-buru memasuki sebuah gedung rumah sakit tapi bukan rumah sakit sang drandpa melainkan rumah sakit di mana dokter Saputra membuka praktek.“Saya mau ketemu dokter Saputra,” kata Zara yang tampak berantakan wajahnya karena air mata. Suster wanita yang mengenal Zara langsung mempersilahkan Zara masuk karena kebetulan baru saja pasien terakhir keluar dari ruangan
“Kenapa lo enggak bilang sama gue kalau Jordi akan benar-benar dibebasin! Hah?” Arkana menghancurkan banyak botol minuman di night clubnya, tempat ini belum buka baru saja selesai dibersihkan untuk persiapan buka malam ini tapi pria itu membuat kekacauan sehingga para petugas kebersihan harus bekerja dua kali.“Gue pernah bilang kalau kasus yang kita buat untuk membuat Jordi mendekam lebih lama di penjara—mental karena dianggap kurang bukti dan lo juga lagi bermasalah sama Zara ... kita semua terlena setelah berhasil melenyapkan Jhon sampai lupa sama Jordi.” Darius melakukan pembelaan dan pria itu tampak tidak kalah frustasi saat ini.Arkana mendapat panggilan telepon dari Darius ketika baru saja keluar dari gedung kantor Kallandra.Sahabat Italianya itu memberi kabar tentang kebebasan Jordi.Tanpa pikir panjang Arkana langsung menuju night club untuk mendengar lebih lanjut informasi tersebut.Dan baru saja Darius memaparkan jika menurut mata-mata yang mereka tempatkan di kelompok Jo
Arkana mendapat informasi dari Darius yang mengatakan Jordi sangat murka setelah menemukan mayat adik beserta keluarganya di ruang rahasia.Pria itu meminta pihak kepolisian untuk menyelidiki agar bisa menangkap kasus pembantaian keluarga adiknya.Bahkan beberapa hari ini kasus tersebut ramai diberitakan di televisi.Arkana dan Zara saat ini sedang menonton berita tersebut, satu tangan Arkana merangkul pundak Zara sementara tangan satu lagi menggenggam tangan Zara dengan menyelipkan jemari di antara jemari istrinya.Zara tidak berkedip melihat berita evakuasi mayat Jordi beserta istri dan anaknya yang wajahnya diblur.Ia sudah berusaha melupakan dendam itu tapi tidak sanggup membuatnya merasa iba.Menurut Zara justru Jordi beruntung bisa berkumpul dengan istri dan anaknya di akhirat.Tidak seperti dirinya yang masih harus merasakan sedih atas kehilangan Arasha ditambah harapan yang sangat kecil untuk memiliki anak.Bahkan Zara sudah tidak berani berharap lagi.“Gimana kalau ada bukti
Siang itu Zara sedang mengikuti praktek dokter penyakit dalam, pasiennya cukup banyak hingga waktu praktek molor beberapa jam.Mereka semua sempat mendengar kegaduhan para petugas medis di luar setelah ambulance tiba tapi tidak terlalu Zara pedulikan, ia fokus pada pembelajaran penyakit dalam ini.Hingga akhirnya pasien terakhir keluar dari ruangan itu dan dokter penyakit dalam memberikan sedikit pengetahuan tentang kasus langka yang tadi mereka hadapi.Setelah itu Zara dan teman co-ass lainnya meninggalkan ruangan sang dokter.“Tadi hapenya getar terus Mbak, saya enggak berani angkat.” Seorang suster yang Zara titipkan tas di luar ruang praktek memberi tau.“Oh ... makasih ya.” Zara berucap sambil mengambil tasnya lalu melangkah pelan dengan fokusnya pada ponsel.Banyak panggilan tak terjawab dari Arkana, segera saja Zara menghubungi suaminya.“Yang, kamu di mana?” Arkana langsung menjawab panggilan telepon dengan pertanyaan, pria itu terdengar gelisah.“Aku di rumah sakit,” balas Za
“Mas ....” Suara lembut istrinya membuat Kallandra membuka mata.“Ren,” panggil Kallandra memaksakan sebuah senyum.Rena naik ke atas ranjang rumah sakit sementara sang suami bergeser pelan memberi tempat untuk sang istri yang kecantikannya tidak lekang oleh waktu.“Aku ikut,” bisik Rena setelah merebahkan kepala di pundak suaminya.“Ikut ke mana?” Kallandra bertanya lalu melabuhkan kecupan di kening istrinya.“Ke mana pun Mas pergi aku ikut ya, Mas ... aku enggak mau jauh dari Mas.” Rena merengek seraya memeluk erat sang suami tercinta.Kallandra tersenyum, tangannya mengusap kepala Rena penuh sayang.“Aku enggak akan ke mana-mana.” Pria tua itu menegaskan.“Pokoknya aku ikut.” Rena memaksa.Kallandra hanya tersenyum tidak menanggapi ucapan Rena.Penyakit ini baru ia dapatkan tapi untung tidak sampai merenggut nyawanya.Tadi Kallandra hanya syok tatkala melihat video kekejaman Arkana pada sebuah keluarga yang diyakininya sebagai pelaku penculikan Zara dan yang bertanggung jawab atas