Di kota bagian selatan terdapat sebuah vila pribadi yang ukurannya tidak begitu besar. Berhubung lokasinya agak jauh dari pusat kota, harga rumah di sana tidaklah tinggi dan peminatnya juga tidaklah banyak. Jadi, jarang ada yang tahu siapa pemilik dari vila-vila di sini.Mobil Monica perlahan kembali memasuki pekarangan. Setelah mobil diparkirkan, pelayan segera keluar untuk membukakan pintu garasi.Monica menuruni mobil, menyerahkan kunci mobil kepada pembantunya, lalu memasuki rumah.“Nona sudah pulang.” Begitu Monica memasuki rumah, ada pembantu lain yang langsung menyambutnya. Si pembantu membungkukkan tubuhnya untuk menyerahkan sandal, lalu mengambil jaket dari tangan Monica. Monica yang sedang dilayani pun bertanya, “Di mana dia?”“Nona Hanny lagi di kamarnya,” balas pembantu dengan suara kecil.“Emm.” Monica mengangguk dengan puas. Baru saja dia hendak melangkah maju, dia malah membalikkan tubuhnya dan berkata, “Tunggu sebentar.”Monica menghentikan pembantu, lalu mengambil kot
Jangan-jangan Hanny jatuh cinta padanya?“Nggak … nggak, kok!” Hanny segera menggeleng, lalu berkata, “Aku … aku nggak suka sama dia.”“Bagus kalau nggak! Jangan lupa aku suruh kamu untuk bantu aku, bukan suruh kamu untuk berpacaran sama dia. Ingat, kamu hanyalah bayanganku!”Hanny langsung menunduk. Tatapannya berubah muram. Dia lalu mengangguk, lalu berkata, “Aku tahu Kak, selamanya aku hanya akan menjadi bayanganmu. Aku nggak akan rebutan sama kamu.”“Rebutan sama aku?” Monica langsung tersenyum sinis ketika mendengar ucapan itu. “Apa kamu pantas? Sejak kecil, kamu nggak punya kelebihan apa-apa. Sekarang kamu malah ingin rebutan sama aku! Asal kamu tahu, gelang rongsokan itu juga dibeli buat aku. Aku cuma kasihan sama kamu. Lagi pula, kamu masih perlu bantu aku untuk hadapi dia. Jadi, kamu mesti pakai gelang itu agar dia nggak curiga.”Ketika melihat wajah pucat Hanny, suasana hati Monica langsung membaik.“Kamu yang pintar. Jangan sampai dia menyadari ada yang aneh. Kalau sampai re
“Bisa, bisa ….” Suara Hanny sangatlah kecil. Jika tidak didengar dengan saksama, Monica juga tidak bisa mendengarnya.Monica selalu kehilangan kesabaran ketika menghadapinya. Dia melambaikan tangan, lalu berkata, “Sudahlah, kamu keluyuran di luar sana. Ingat semua pesanku!”“Ingat, kok!” Hanny bagai robot saja terus mengulangi ucapan Monica.Kali ini Monica juga sudah malas berbicara panjang lebar dengan wanita penakut ini lagi. Dia pun berjalan meninggalkan kamar.Di dalam kamar, Hanny menatap gelang mutiara di dalam kotak. Setiap mutiara sangatlah bulat dan berkilauan, cantik sekali! Sayangnya, gelang ini dibeli untuk kakaknya, bukan untuk dirinya.Tidak akan ada orang yang akan membelikan hadiah untuk Hanny. Tidak akan ada orang yang memedulikannya. Selama ini, semua orang hanya menyukai kakaknya. Monica-lah yang selalu eksis. Sementara, keberadaan Hanny bagai transparan saja.Hanny memakaikan gelang di pergelangan tangannya yang kurus. Padahal pergelangan tangannya lebih kurus dari
Melihat ekspresi bingung dan kesal Steve, Amara pun berkata, “Sini, coba kamu beri tahu apa yang sedang dia lakukan dan kamu lakukan waktu itu? Apa yang kalian bicarakan? Biar Mama bantu analisis. Mungkin kamu sudah berbicara atau melakukan sesuatu yang membuatnya tidak senang.”Steve langsung memiringkan tubuhnya. Dia menatap Amara dengan ekspresi tidak percaya. “Mama kesayanganku! Mama jangan bercanda sama aku! Mama mau bantu aku untuk analisis? Gimana ceritanya kamu bisa tahu apa yang lagi dipikirkan Nona Monica? Usia kalian berdua beda jauh!”“Kenapa? Kamu merasa aku sudah tua?” ucap Amara dengan tidak senang.“Bukan, bukan, aku nggak bermaksud seperti itu. Aku cuma mau bilang, belum pasti Mama bisa menebak apa yang ada di benaknya.”“Belum tentu.” Amara terlihat sangat percaya diri. “Kamu tidak ngerti, ‘kan? Wanita tentunya lebih mengerti wanita. Sebenarnya kamu mau cerita atau tidak? Kalau tidak mau, Mama pergi saja, biar kamu pikir sendiri!”Steve berpikir sejenak. Daripada dia
Ketika kepikiran hal ini, Steve langsung membalas, “Tentu saja mau!”“Kalau kamu mau, bujuk Nona Monica!” Amara menggenggam tangan Steve, lalu menghela napas. “Sepertinya aku sudah terlalu memanjakanmu. Kamu jadi tidak mengerti gimana cara menghadapi wanita.”“Wanita itu harus dibujuk. Kalau kamu menyalahkannya, dia malah merasa tidak dihormati. Apalagi dia itu pemimpin Keluarga Yukardi, ada berapa banyak lelaki yang ingin mendapatkannya. Kalau kamu bersikap kekanak-kanakan seperti ini, kelak bagaimana caranya kamu membantu Keluarga Yukardi?”Steve merasa ucapan Amara sangat masuk akal. “Ma, semua ini salahku, pikiranku terlalu pendek, tapi aku juga sudah minta maaf sama dia. Dia masih saja marah dan bersikap dingin sama aku.”“Dasar kamu ini! Apa kamu tidak tahu siapa dia? Apa mungkin dia bisa dibujuk hanya dengan sepatah katamu?” Setelah berpikir sejenak, Amara melanjutkan, “Begini saja, kamu cari cara untuk ajak dia ketemuan lagi. Beli hadiah mahal, anggap saja sebagai permintaan ma
Raut wajahnya terlihat sangat muram. Dia juga tidak begitu melihat Steve. Jangan-jangan … dia masih marah?Jika Monica masih marah, kenapa dia mengajaknya untuk bertemu? Jika Monica tidak marah lagi, kenapa dia bersikap seperti ini?Steve sungguh tidak sanggup untuk menebak lagi. Hanya saja, setelah mengalami kejadian semalam, dia juga tidak berani bersikap gegabah. Steve berdeham, lalu berkata, “Nona Monica, kamu mau makan apa, kamu boleh pesan sesukamu. Manisan di restoran ini sangat terkenal, kamu bisa mencicipinya atau kamu ingin makan yang lain, terserah kamu saja.”“Nggak, aku nggak lapar!” balas Hanny dengan langsung.Selesai berbicara, Hanny merasa sangat menyesal. Dia tahu Monica tidak mungkin akan bersikap seperti ini.Hanny menarik napas dalam-dalam berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia lalu menjawab dengan suara dingin, “Aku pesan set menu A saja.”Sebenarnya Hanny juga tidak membaca dengan detail isi set menu A. Dia hanya asal bicara saja.“Oke, aku juga sama, set menu A
“Monica, apa kamu bisa memaafkanku?” tanya Steve.“Aku ….” Hanny sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi. Bagaimanapun, dia hanya menyamar sebagai Monica, dia tidak bisa mewakili kakaknya untuk membuat keputusan.“Maaf, aku lupa lagi. Seharusnya aku panggil kamu Nona Monica.” Steve segera meminta maaf dengan sangat tulus. “Aku tahu, kamu yang memutuskan untuk memaafkanku atau nggak. Terserah kamu saja, aku nggak akan mempengaruhi keputusanmu.”“Aku nggak ….”“Aku mengerti, maaf.” Ucapan disela Steve dengan putus asa.“Aku memaafkanmu!” Bahkan, Hanny sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa berkata seperti ini. Hanya saja, ketika dia menyadarinya, ucapan juga sudah dilontarkan.“Benarkah? Kamu benar-benar sudah memaafkanku?” Steve merasa gembira dan kedua matanya terus menatap Monica.Tatapan ini terasa sangat asing dan juga familier. Beberapa hari lalu ketika Steve mengajak dirinya untuk ketemuan, Steve memandangnya dengan tatapan seperti ini. Bahkan ketika menciumnya, tatapan
Hanya saja, wajah Hanny sama persis dengan wajah Monica. Jadi, sebenarnya yang Steve suka itu adalah Monica atau Hanny?“Cantik, cantik sekali! Nggak ada yang lebih cantik daripada kamu!” balas Steve sambil mengangguk.Ucapan ini mengandung unsur membual. Hanya saja, ucapan itu tidak sepenuhnya bualan belaka.Monica memang cantik. Kecantikannya berbeda dengan wanita pada umumnya. Hanya saja, masih ada wanita lain yang lebih cantik daripada Monica. Bagi Steve, wanita yang dinikahi Brandon barulah benar-benar cantik.Cantiknya Yuna sangatlah natural. Semakin dilihat, orang-orang bahkan merasa Yuna semakin cantik saja.Hanya saja, berhubung Yuna sudah menikah dengan Brandon, Steve juga tidak tertarik meski dia cantik. Yang diinginkan Steve adalah bisnis Keluarga Setiawan, bukan hanya seorang wanita.Namun berbeda dengan wanita di hadapannya. Monica bukan hanya cantik, dia juga bisa mendatangkan kekayaan kepada Steve. Selain itu, dia juga bisa membantu Steve untuk merebut kembali harta Kel
Di antara mereka justru Nathan yang begitu tidak berisik. Dia tidak menangis atau merengek, dan dengan patuhnya dituntun menuju meja operasi.Yuna merasa sakit dan sedih melihat Nathan yang masih sangat muda harus melalui semua ini. Dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang akan dia hadapi, dan tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dianggap sebagai bahan percobaan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab.Tanpa alasan yang jelas dia dirampas dari kedua orang tuanya untuk waktu yang lama. Bukan hanya tidak bisa pulang lagi ke rumahnya, dia bahkan harus menerima kematian dengan cara yang tragis.“Ratu, jangan!” kata Yuna kepada Ratu dengan suara lantang. “Kamu tahu seberapa besar risiko eksperimen ini. Mana mungkin kita biarkan eksperimennya tetap dijalankan. Cepat hentikan eksperimen ini sekarang juga!”Fred yang sudah berada di atas meja operasi juga mengangguk. Baru kali ini dia memiliki pendapat yang sama dengan Yuna. Dia berkata, “Benar! Benar! Eksperim
Mana mungkin Fred mau mati begitu saja sebagai bahan percobaan dari eksperimen yang bahkan belum sepenuhnya rampung ini? Ya, dia tahu jelas kalau eksperimen ini masih belum sempurna dan persentase keberhasilannya juga sangat rendah. Sebelumnya dia begitu berani dan ngotot karena yang menjadi subjek percobaannya bukan dia. Tetapi kalau posisinya ditukar dia yang menjadi subjeknya, jelas dia tidak berani.“Sudahlah, nggak perlu juga aku bertanya,” ujar sang Ratu tersenyum. “Ayo mulai!”Seiring dengan seruan perintahnya yang datar itu, anak buahnya langsung maju mengamankan Fred dan membawanya ke meja operasi.“Nggak! Jangan—” Fred menjerit. “Yang Mulia nggak bisa begini! Aku masih dibutuhkan untuk menjalankan eksperimen ini. Kamu juga masih membutuhkanku. Yang Mulia nggak bisa melakukan ini padaku!”“Tadi kamu nggak bilang begini,” kata sang Ratu tersenyum sinis. “Memangnya ada apa? Apa eksperimennya terlalu menakutkan? Bukannya kamu tadi dengan yakinnya bilang kalau persentase keberhasi
Hampir semua orang yang hadir di sana syok ketika sepasang orang dewasa dan anak kecil itu masuk.“Nathan!” seru Yuna histeris. Betapa kagetnya dia akhirnya menemukan Nathan yang selama ini dia cari-cari di tempat iin. Sudah lama sekali Yuna mencari dan ingin menolongnya, tetapi usahanya selama ini tidak ada hasil. Yuna bahkan sampai kehabisan akal harus bagaimana lagi dia bisa menyelamatkan Nathan, tetapi tak disangka-sangka ternyata malah bertemu di situasi yang aneh ini.Ketika mendengar suara Yuna dan bertemu secara langsung, Nathan sangat bahagia dan tersenyum, dan dengan gayanya yang santun dia menyapa, “Tante Yuna!”“Kamu masih kenalin Tante!” Dengan penuh semangat Yuna ingin berlari memeluknya, tetapi dia lupa kalau tubuhnya masih terikat ke kursi.“Iya!” jawab Nathan mengangguk, tetapi dia dia berjalan menghampiri Yuna. Yuna juga menyadari, meski bisa bebas berjalan, tangan Nathan sedang digenggam oleh seseorang sehingga dia tidak bisa berkeliaran.Dengan ekspresi terheran-her
Hanya saja sedetik kemudian, bagai air yang menyiram habis percikan harapan yang tersisa, sang Ratu berkata, “Kalau kamu memang masih setia padaku, kamu pasti nggak keberatan untuk melakukan satu hal lagi, bukan?”“.…”Fred merasakan firasat buruk menghantuinya, tetapi dia tetap memberanikan diri untuk bertanya, “Apa … apa itu?”“Gimana kalau kamu yang gantikan aku jadi percobaan R10 ini? Kita lihat apa benar-benar berhasil seperti yang kamu bilang atau nggak.”“Yang Mulia … aku ….”Bahkan Yuna juga kaget mendengarnya dan secara spontan melirik ke arah sang Ratu. Dia melihat wajah sang Ratu menyunggingkan seulas senyum tipis.“Haha, nggak berani? Bukannya kamu bilang kamu setia padaku dan rela melakukan apa saja? Kenapa sekarang malah takut?”“Bukan itu!” bantah Fred seraya menggertakkan giginya. “Bukannya nggak berani, tapi Yang Mulia tahu sendiri eksperimen ini membutuhkan kontrol yang ketat. Waktu itu aku sampai lari ke sana kemari demi mencari tubuh pengganti untuk Yang Mulia. Aku
Rainie segera menghentikan langkahnya dan berpikir apa mungkin Yuna menyadari niatnya untuk melarikan diri? Namun di situ Yuna haya menatapnya dingin dan kembali berfokus kepada Fred.“Kamu sudah dari awal menemukan tubuh penggantimu dan mempersiapkan jalan keluar untuk kamu sendiri. Fred, kamu sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang, luar biasa! Kamu bahkan sudah membuat rencana jangka panjang mencari pengganti yang kecil supaya kamu punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Benar, ‘kan?” kata Yuna.Rona wajah Fred memucat, tetapi dia masih tetap mati-matian menyangkal, “Omong kosong! Terserah kamu mau bilang apa. Ratu sudah nggak percaya padaku lagi. Dia cuma percaya apa yang keluar dari mulut kamu!”“Aku omong kosong atau memang tepat sasaran, kamu sendiri yang paling tahu!” balas Yuna.Mendengar itu, Rainie mulai menyadari sesuatu. Kata-kata Yuna terdengar agak aneh, tetapi anehnya Rainie dapat memahami apa yang dia sampaikan. Lantas dengan keterkejutan di wajah dia menatap Y
Jelas-jelas dia sudah menguasai segala. Jelas-jelas sebentar lagi dia akan berhasil. Tinggal satu langkah terakhir saja untuk mewujudkan impiannya, tetapi tiba-tiba semua itu hancur berkeping-keping dan tak bersisa!“Oke, sandiwaranya cukup sampai di sini. Sekarang waktunya penutupan! Padahal aku sudah kasih kamu kesempatan, tapi sayang kamu nggak menghargainya dengan baik. Kamu pasti mau mengkhianatiku! Fred, aku benar-benar kecewa sama kamu,” ucap sang Ratu dengan penuh rasa penyesalan. Sang Ratu masih merasa kasihan pada Fred dan ingin memaafkannya. Mau bagaimanapun, Fred sudah melayaninya selama bertahun-tahun dan melakukan tugasnya dengan baik sebagaimana sebilah pedang tajam yang dapat menebas apa pun dengan efisien. Sayangnya, pedang ini memiliki pemikirannya sendiri, bahkan sampai tega untuk menyerang pemiliknya dan berniat untuk menggantikannya. Mau setajam apa pun pedang itu, pada akhirnya tetap harus dihancurkan.“Yang Mulia salah paham. Aku selalu bilang eksperimen ini untu
“Salahmu itu kamu terlalu sombong!” kata sang Ratu. Dia lalu perlahan bangkit dengan kedua tangan bertopang ke pegangan yang ada di kedua sisinya. Auranya kini terlihat berbeda dari yang biasa. Fred kaget melihat perubahan aura sang Ratu. Dan di momen itu dia juga menyadari satu hal.“Badanmu sehat-sehat saja?! Jadi selama ini kamu cuma pura-pura sakit?! Jadi semua ini cuma tipuan. Kamu sebenarnya nggak sakit sama sekali!”“Benar. Kalau nggak begitu, kamu nggak mungkin mempercepat eksperimen ini?”Sang Ratu tersenyum begitu ramah dan hangat, tetapi di mata Fred senyuman itu lebih terasa seperti sindiran kepadanya yang menusuk dalam sampai ke tulang.“Mana mungkin! Ini mustahil bisa terjadi!” kata Fred. Dia masih tidak bisa menerima fakta kalau selama ini dialah yang dipermainkan. Dia sudah bertahun-tahun mencurahkan hatinya menyiapkan semua rencananya, tetapi di detik ini dia malah menyadari kalau itu semua hampa. Rencananya sudah sejak lama diketahui oleh sang Ratu. Fred tidak rela da
“Nggak cuma disini, bahkan di luar sana pun sudah banyak orang pemerintahan yang mendukung saya. Yang Mulia tenang saja, pokoknya semua urusan kenegaraan serahkan saja ke saya. Yang Mulia bisa menikmati hidup,” kata Fred seraya tersenyum membeberkan ambisinya, yang juga secara terang-terangan mengakui semua perbuatannya selama ini.“Oh ya? Coba kasih tahu aku ada siapa saja yang mendukung kamu?”“Ada apa, Yang Mulia? Apa Yang Mulia mau menghabisi semua pendukung saya? Sayang sekali, saya nggak akan kasih kesempatan ke Yang Mulia untuk itu. Lagi pula untuk apa? Padahal tadi semuanya lancar-lancar saja. Yang Mulia cukup terima operasi dan eksperimen ini dengan baik-baik, dan Yang Mulia bisa menikmati keberhasilan dari semua ini, bukan? Kenapa Yang Mulia harus melawan dan membuat keributan. Lihat … Yang Mulia coba lihat apa yang sudah Anda perbuat sampai mereka semua menertawakan Anda! Baiklah, kalian semua bawa mereka pergi, dan jangan kasih siapa pun masuk lagi ke tempat ini. Tanpa peri
Dengan penuh rasa percaya diri Fred menjawab, “Tentu saja! Yang Mulia jangan khawatir. Eksperimen kali ini ….”Sayangnya belum selesai Fred berbicara, tba-tiba sang Ratu tertawa dengan begitu aneh. “Baguslah! Kalau memang kamu seyakin itu, aku nggak perlu khawatir lagi!”“Tentu saja, Yang Mulia. Jangan takut!”Betapa kagetnya Fred ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Mulanya dia berpikir Ratu pasti akan mati-matian menolak, tetapi ternyata dia malah setuju. Benar saja, sang Ratu masih sangat percaya kepadanya. Namun … sesaat kemudian Fred melihat ada sekumpulan orang yang masuk ke dalam.“Siapa yang kasih kalian masuk? Keluar sana!” serunya.Namun mereka hanya diam saja di tempat dan berdiri mengelilingi Fred.“Kalian nggak dengar perintahku? Anak buah siapa kalian! Kalian sudah nggak mau hidup lagi? Cepat keluar dari sini!”“Justru mereka masih ingin hidup, makanya mereka ada di sini,” kata sang Ratu.“Hah? Oh jadi mereka ini anak buah Yang Mulia?!”Sang Ratu tidak menjawab, teta