Raut wajahnya terlihat sangat muram. Dia juga tidak begitu melihat Steve. Jangan-jangan … dia masih marah?Jika Monica masih marah, kenapa dia mengajaknya untuk bertemu? Jika Monica tidak marah lagi, kenapa dia bersikap seperti ini?Steve sungguh tidak sanggup untuk menebak lagi. Hanya saja, setelah mengalami kejadian semalam, dia juga tidak berani bersikap gegabah. Steve berdeham, lalu berkata, “Nona Monica, kamu mau makan apa, kamu boleh pesan sesukamu. Manisan di restoran ini sangat terkenal, kamu bisa mencicipinya atau kamu ingin makan yang lain, terserah kamu saja.”“Nggak, aku nggak lapar!” balas Hanny dengan langsung.Selesai berbicara, Hanny merasa sangat menyesal. Dia tahu Monica tidak mungkin akan bersikap seperti ini.Hanny menarik napas dalam-dalam berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia lalu menjawab dengan suara dingin, “Aku pesan set menu A saja.”Sebenarnya Hanny juga tidak membaca dengan detail isi set menu A. Dia hanya asal bicara saja.“Oke, aku juga sama, set menu A
“Monica, apa kamu bisa memaafkanku?” tanya Steve.“Aku ….” Hanny sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi. Bagaimanapun, dia hanya menyamar sebagai Monica, dia tidak bisa mewakili kakaknya untuk membuat keputusan.“Maaf, aku lupa lagi. Seharusnya aku panggil kamu Nona Monica.” Steve segera meminta maaf dengan sangat tulus. “Aku tahu, kamu yang memutuskan untuk memaafkanku atau nggak. Terserah kamu saja, aku nggak akan mempengaruhi keputusanmu.”“Aku nggak ….”“Aku mengerti, maaf.” Ucapan disela Steve dengan putus asa.“Aku memaafkanmu!” Bahkan, Hanny sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa berkata seperti ini. Hanya saja, ketika dia menyadarinya, ucapan juga sudah dilontarkan.“Benarkah? Kamu benar-benar sudah memaafkanku?” Steve merasa gembira dan kedua matanya terus menatap Monica.Tatapan ini terasa sangat asing dan juga familier. Beberapa hari lalu ketika Steve mengajak dirinya untuk ketemuan, Steve memandangnya dengan tatapan seperti ini. Bahkan ketika menciumnya, tatapan
Hanya saja, wajah Hanny sama persis dengan wajah Monica. Jadi, sebenarnya yang Steve suka itu adalah Monica atau Hanny?“Cantik, cantik sekali! Nggak ada yang lebih cantik daripada kamu!” balas Steve sambil mengangguk.Ucapan ini mengandung unsur membual. Hanya saja, ucapan itu tidak sepenuhnya bualan belaka.Monica memang cantik. Kecantikannya berbeda dengan wanita pada umumnya. Hanya saja, masih ada wanita lain yang lebih cantik daripada Monica. Bagi Steve, wanita yang dinikahi Brandon barulah benar-benar cantik.Cantiknya Yuna sangatlah natural. Semakin dilihat, orang-orang bahkan merasa Yuna semakin cantik saja.Hanya saja, berhubung Yuna sudah menikah dengan Brandon, Steve juga tidak tertarik meski dia cantik. Yang diinginkan Steve adalah bisnis Keluarga Setiawan, bukan hanya seorang wanita.Namun berbeda dengan wanita di hadapannya. Monica bukan hanya cantik, dia juga bisa mendatangkan kekayaan kepada Steve. Selain itu, dia juga bisa membantu Steve untuk merebut kembali harta Kel
Suasana seketika terasa sangat hening. Steve tidak mengerti apa yang telah terjadi pada Monica. Dia hanya bisa mencoba untuk menebak-nebak saja. Tadi sikap Monica sangat hangat dan bahkan sudah memaafkannya, sekarang dia malah terlihat sangat tidak senang.Selesai makan, Steve kepikiran sesuatu dan berkata, “Monica, apa kamu suka dengan gelangnya?”“Su ….” Tiba-tiba Hanny tertegun. Dia berpikir sejenak, baru melanjutkan, “Biasa saja.”Awalnya Hanny ingin mengatakan suka, tapi setelah dipikir-pikir gelang ini dihadiahkan untuk kakaknya dan bukan untuk dirinya. Jadi, Hanny tidak berhak untuk menyukainya.“Berarti kamu nggak suka?” Menyadari ada yang aneh dari jawaban Monica, Steve pun langsung memahaminya. Ternyata dia tidak menyukai hadiah pemberian Steve.Hanya saja, Monica malah memakai gelang itu meski dia tidak menyukainya. Itu berarti ada Steve di dalam hati Monica. Ternyata benar apa kata ibu, Steve mesti memberinya hadiah yang lebih mewah lagi.“Jadi, apa yang kamu sukai? Aku aka
Dulu Monica juga sering menyuruh Hanny duduk di dalam ruang kerja untuk menyamar sebagai dirinya. Itu pun dia hanya perlu membalas dengan singkat saja. Jika Hanny tidak tahu harus berkata apa, paling-paling dia hanya akan menunjukkan ekspresi datar dan terdiam saja. Dengan begitu, semua karyawan juga akan langsung meninggalkan ruangannya. Namun sekarang Hanny malah disuruh untuk menyamar menjadi calon istri Steve. Dia bahkan disuruh mengatakan ucapan aneh ini kepada Steve. Hanny sungguh tidak sanggup lagi.Steve terus menatapnya. Saat Hanny merasa samarannya sudah hampir terbongkar, malah terdengar suara Steve, “Boleh! Aku merasa ucapanmu sangat masuk akal!”Hah? Hanny langsung mengangkat kepalanya dan menatap Steve dengan terkejut.“Sesama suami istri memang harus saling jujur. Jadi, aku setuju dengan ucapanmu!”Berhubung Monica ingin mengetahui harta pribadi Steve, Steve juga akan memberitahunya.Namun, pikiran Hanny malah melenceng. Dia tidak mengerti mengenai masalah saham dan per
“Bukan, bukan, nggak usah.” Hanny melambaikan tangannya. Dia berpikir sejenak, lalu berkata pada Steve, “Aku nggak suka cincin berlian.”Steve terkejut. “Oh iya, kamu kan praktisi seni bela diri ….” Setelah tertegun sejenak, Steve menatap pelayan, lalu berkata, “Memang nggak terlalu cocok.”“Gimana kalau kalung? Ada kalung berlian juga.”Senyuman di wajah pelayan semakin lebar lagi. “Toko kami baru saja masuk beberapa kalung berlian. Aku lihat kalung-kalung itu sangat cocok denganmu. Bagaimana kalau kamu mencobanya?”“Sebenarnya … aku nggak suka berlian,” balas Hanny dengan suara kecil.Berlian hanyalah sebuah batu. Sebenarnya Hanny lebih menyukai gelang mutiara ini. Hanya saja, gelang ini diberikan untuk kakaknya, bukan untuk Hanny. Seketika dia kembali merasa tidak nyaman.“Jadi, apa yang kamu sukai?” tanya Steve dengan sabar.“Aku ….” Hanny tidak tahu apa yang dia sukai. Sebab, dia tidak berhak untuk mengatakan suka.Kedua mata Hanny mengamati sekeliling dan tatapannya seketika berh
Tatapan lembut Steve membuat telinga Hanny terasa semakin panas. Hanny mengangkat tangannya untuk menutupi telinganya sambil berkata, “Baiklah, aku akan tindik!”Steve sungguh gembira. “Monica, kamu memang penurut!”Hanny terdiam membisu.Pelayan toko membawa Hanny ke sebuah bilik kecil. Di dalamnya terdapat alat tindik profesional. Sebenarnya proses menindik juga sangat cepat. Rasanya juga tidak sesakit yang dibayangkan. Hanya saja, Hanny tetap merasa sakit ketika cuping telinganya ditusuk.Melihat Hanny yang terus mengerutkan keningnya, Steve sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana ceritanya seorang praktisi seni bela diri andal yang bisa mengalahkan banyak orang itu malah takut untuk menindik telinga. Dia spontan merasa sangat puas.Awalnya Steve juga tidak peduli Monica hendak memiliki anting-anting model jepit atau model tusuk. Hanya saja, ketika hendak membayar tagihan, Steve tiba-tiba kepikiran kalau dia berhasil menghasut Monica untuk menindik telinga, bukankah Monica melaku
“Nini?” Steve merasa bingung, lalu bertanya kembali.“Iya!” Hanny takut Steve salah mengartikan maksudnya, dia pun segera menjelaskan, “Kelak ketika kita bersama, kamu panggil aku Nini saja.”“Nini … ini nama panggilanmu?” Kedengarannya memang agak aneh. Sebab, Steve tidak pernah mendengar nama panggilan ini sebelumnya.Hanya saja, apa maksud Monica menyuruh Steve untuk memanggilnya Nini? Steve tidak mengerti. Hanya saja, ketika melihat sikap penuh penantian Monica, dia pun mengangguk. “Oke.”Hanny sungguh gembira. Hanya saja, dia tiba-tiba kepikiran sesuatu. “Kamu juga jangan terus memanggilku Nini. Terkadang aku mungkin nggak suka dipanggil seperti itu.”“Hah?!” Steve mengerutkan keningnya lantaran semakin kebingungan.Apa maksud Monica?Steve tahu karakter Monica agak aneh, tapi dia tidak menyangka akan aneh sampai tahap begini. Sebentar minta dipanggil Nini, sebentar minta jangan dipanggil Nini.“Aku orangnya agak aneh, ya? Kamu … nggak suka lagi sama aku?” tanya Hanny dengan perla
Di antara mereka justru Nathan yang begitu tidak berisik. Dia tidak menangis atau merengek, dan dengan patuhnya dituntun menuju meja operasi.Yuna merasa sakit dan sedih melihat Nathan yang masih sangat muda harus melalui semua ini. Dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang akan dia hadapi, dan tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dianggap sebagai bahan percobaan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab.Tanpa alasan yang jelas dia dirampas dari kedua orang tuanya untuk waktu yang lama. Bukan hanya tidak bisa pulang lagi ke rumahnya, dia bahkan harus menerima kematian dengan cara yang tragis.“Ratu, jangan!” kata Yuna kepada Ratu dengan suara lantang. “Kamu tahu seberapa besar risiko eksperimen ini. Mana mungkin kita biarkan eksperimennya tetap dijalankan. Cepat hentikan eksperimen ini sekarang juga!”Fred yang sudah berada di atas meja operasi juga mengangguk. Baru kali ini dia memiliki pendapat yang sama dengan Yuna. Dia berkata, “Benar! Benar! Eksperim
Mana mungkin Fred mau mati begitu saja sebagai bahan percobaan dari eksperimen yang bahkan belum sepenuhnya rampung ini? Ya, dia tahu jelas kalau eksperimen ini masih belum sempurna dan persentase keberhasilannya juga sangat rendah. Sebelumnya dia begitu berani dan ngotot karena yang menjadi subjek percobaannya bukan dia. Tetapi kalau posisinya ditukar dia yang menjadi subjeknya, jelas dia tidak berani.“Sudahlah, nggak perlu juga aku bertanya,” ujar sang Ratu tersenyum. “Ayo mulai!”Seiring dengan seruan perintahnya yang datar itu, anak buahnya langsung maju mengamankan Fred dan membawanya ke meja operasi.“Nggak! Jangan—” Fred menjerit. “Yang Mulia nggak bisa begini! Aku masih dibutuhkan untuk menjalankan eksperimen ini. Kamu juga masih membutuhkanku. Yang Mulia nggak bisa melakukan ini padaku!”“Tadi kamu nggak bilang begini,” kata sang Ratu tersenyum sinis. “Memangnya ada apa? Apa eksperimennya terlalu menakutkan? Bukannya kamu tadi dengan yakinnya bilang kalau persentase keberhasi
Hampir semua orang yang hadir di sana syok ketika sepasang orang dewasa dan anak kecil itu masuk.“Nathan!” seru Yuna histeris. Betapa kagetnya dia akhirnya menemukan Nathan yang selama ini dia cari-cari di tempat iin. Sudah lama sekali Yuna mencari dan ingin menolongnya, tetapi usahanya selama ini tidak ada hasil. Yuna bahkan sampai kehabisan akal harus bagaimana lagi dia bisa menyelamatkan Nathan, tetapi tak disangka-sangka ternyata malah bertemu di situasi yang aneh ini.Ketika mendengar suara Yuna dan bertemu secara langsung, Nathan sangat bahagia dan tersenyum, dan dengan gayanya yang santun dia menyapa, “Tante Yuna!”“Kamu masih kenalin Tante!” Dengan penuh semangat Yuna ingin berlari memeluknya, tetapi dia lupa kalau tubuhnya masih terikat ke kursi.“Iya!” jawab Nathan mengangguk, tetapi dia dia berjalan menghampiri Yuna. Yuna juga menyadari, meski bisa bebas berjalan, tangan Nathan sedang digenggam oleh seseorang sehingga dia tidak bisa berkeliaran.Dengan ekspresi terheran-her
Hanya saja sedetik kemudian, bagai air yang menyiram habis percikan harapan yang tersisa, sang Ratu berkata, “Kalau kamu memang masih setia padaku, kamu pasti nggak keberatan untuk melakukan satu hal lagi, bukan?”“.…”Fred merasakan firasat buruk menghantuinya, tetapi dia tetap memberanikan diri untuk bertanya, “Apa … apa itu?”“Gimana kalau kamu yang gantikan aku jadi percobaan R10 ini? Kita lihat apa benar-benar berhasil seperti yang kamu bilang atau nggak.”“Yang Mulia … aku ….”Bahkan Yuna juga kaget mendengarnya dan secara spontan melirik ke arah sang Ratu. Dia melihat wajah sang Ratu menyunggingkan seulas senyum tipis.“Haha, nggak berani? Bukannya kamu bilang kamu setia padaku dan rela melakukan apa saja? Kenapa sekarang malah takut?”“Bukan itu!” bantah Fred seraya menggertakkan giginya. “Bukannya nggak berani, tapi Yang Mulia tahu sendiri eksperimen ini membutuhkan kontrol yang ketat. Waktu itu aku sampai lari ke sana kemari demi mencari tubuh pengganti untuk Yang Mulia. Aku
Rainie segera menghentikan langkahnya dan berpikir apa mungkin Yuna menyadari niatnya untuk melarikan diri? Namun di situ Yuna haya menatapnya dingin dan kembali berfokus kepada Fred.“Kamu sudah dari awal menemukan tubuh penggantimu dan mempersiapkan jalan keluar untuk kamu sendiri. Fred, kamu sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang, luar biasa! Kamu bahkan sudah membuat rencana jangka panjang mencari pengganti yang kecil supaya kamu punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Benar, ‘kan?” kata Yuna.Rona wajah Fred memucat, tetapi dia masih tetap mati-matian menyangkal, “Omong kosong! Terserah kamu mau bilang apa. Ratu sudah nggak percaya padaku lagi. Dia cuma percaya apa yang keluar dari mulut kamu!”“Aku omong kosong atau memang tepat sasaran, kamu sendiri yang paling tahu!” balas Yuna.Mendengar itu, Rainie mulai menyadari sesuatu. Kata-kata Yuna terdengar agak aneh, tetapi anehnya Rainie dapat memahami apa yang dia sampaikan. Lantas dengan keterkejutan di wajah dia menatap Y
Jelas-jelas dia sudah menguasai segala. Jelas-jelas sebentar lagi dia akan berhasil. Tinggal satu langkah terakhir saja untuk mewujudkan impiannya, tetapi tiba-tiba semua itu hancur berkeping-keping dan tak bersisa!“Oke, sandiwaranya cukup sampai di sini. Sekarang waktunya penutupan! Padahal aku sudah kasih kamu kesempatan, tapi sayang kamu nggak menghargainya dengan baik. Kamu pasti mau mengkhianatiku! Fred, aku benar-benar kecewa sama kamu,” ucap sang Ratu dengan penuh rasa penyesalan. Sang Ratu masih merasa kasihan pada Fred dan ingin memaafkannya. Mau bagaimanapun, Fred sudah melayaninya selama bertahun-tahun dan melakukan tugasnya dengan baik sebagaimana sebilah pedang tajam yang dapat menebas apa pun dengan efisien. Sayangnya, pedang ini memiliki pemikirannya sendiri, bahkan sampai tega untuk menyerang pemiliknya dan berniat untuk menggantikannya. Mau setajam apa pun pedang itu, pada akhirnya tetap harus dihancurkan.“Yang Mulia salah paham. Aku selalu bilang eksperimen ini untu
“Salahmu itu kamu terlalu sombong!” kata sang Ratu. Dia lalu perlahan bangkit dengan kedua tangan bertopang ke pegangan yang ada di kedua sisinya. Auranya kini terlihat berbeda dari yang biasa. Fred kaget melihat perubahan aura sang Ratu. Dan di momen itu dia juga menyadari satu hal.“Badanmu sehat-sehat saja?! Jadi selama ini kamu cuma pura-pura sakit?! Jadi semua ini cuma tipuan. Kamu sebenarnya nggak sakit sama sekali!”“Benar. Kalau nggak begitu, kamu nggak mungkin mempercepat eksperimen ini?”Sang Ratu tersenyum begitu ramah dan hangat, tetapi di mata Fred senyuman itu lebih terasa seperti sindiran kepadanya yang menusuk dalam sampai ke tulang.“Mana mungkin! Ini mustahil bisa terjadi!” kata Fred. Dia masih tidak bisa menerima fakta kalau selama ini dialah yang dipermainkan. Dia sudah bertahun-tahun mencurahkan hatinya menyiapkan semua rencananya, tetapi di detik ini dia malah menyadari kalau itu semua hampa. Rencananya sudah sejak lama diketahui oleh sang Ratu. Fred tidak rela da
“Nggak cuma disini, bahkan di luar sana pun sudah banyak orang pemerintahan yang mendukung saya. Yang Mulia tenang saja, pokoknya semua urusan kenegaraan serahkan saja ke saya. Yang Mulia bisa menikmati hidup,” kata Fred seraya tersenyum membeberkan ambisinya, yang juga secara terang-terangan mengakui semua perbuatannya selama ini.“Oh ya? Coba kasih tahu aku ada siapa saja yang mendukung kamu?”“Ada apa, Yang Mulia? Apa Yang Mulia mau menghabisi semua pendukung saya? Sayang sekali, saya nggak akan kasih kesempatan ke Yang Mulia untuk itu. Lagi pula untuk apa? Padahal tadi semuanya lancar-lancar saja. Yang Mulia cukup terima operasi dan eksperimen ini dengan baik-baik, dan Yang Mulia bisa menikmati keberhasilan dari semua ini, bukan? Kenapa Yang Mulia harus melawan dan membuat keributan. Lihat … Yang Mulia coba lihat apa yang sudah Anda perbuat sampai mereka semua menertawakan Anda! Baiklah, kalian semua bawa mereka pergi, dan jangan kasih siapa pun masuk lagi ke tempat ini. Tanpa peri
Dengan penuh rasa percaya diri Fred menjawab, “Tentu saja! Yang Mulia jangan khawatir. Eksperimen kali ini ….”Sayangnya belum selesai Fred berbicara, tba-tiba sang Ratu tertawa dengan begitu aneh. “Baguslah! Kalau memang kamu seyakin itu, aku nggak perlu khawatir lagi!”“Tentu saja, Yang Mulia. Jangan takut!”Betapa kagetnya Fred ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Mulanya dia berpikir Ratu pasti akan mati-matian menolak, tetapi ternyata dia malah setuju. Benar saja, sang Ratu masih sangat percaya kepadanya. Namun … sesaat kemudian Fred melihat ada sekumpulan orang yang masuk ke dalam.“Siapa yang kasih kalian masuk? Keluar sana!” serunya.Namun mereka hanya diam saja di tempat dan berdiri mengelilingi Fred.“Kalian nggak dengar perintahku? Anak buah siapa kalian! Kalian sudah nggak mau hidup lagi? Cepat keluar dari sini!”“Justru mereka masih ingin hidup, makanya mereka ada di sini,” kata sang Ratu.“Hah? Oh jadi mereka ini anak buah Yang Mulia?!”Sang Ratu tidak menjawab, teta