Hanya saja, wajah Hanny sama persis dengan wajah Monica. Jadi, sebenarnya yang Steve suka itu adalah Monica atau Hanny?“Cantik, cantik sekali! Nggak ada yang lebih cantik daripada kamu!” balas Steve sambil mengangguk.Ucapan ini mengandung unsur membual. Hanya saja, ucapan itu tidak sepenuhnya bualan belaka.Monica memang cantik. Kecantikannya berbeda dengan wanita pada umumnya. Hanya saja, masih ada wanita lain yang lebih cantik daripada Monica. Bagi Steve, wanita yang dinikahi Brandon barulah benar-benar cantik.Cantiknya Yuna sangatlah natural. Semakin dilihat, orang-orang bahkan merasa Yuna semakin cantik saja.Hanya saja, berhubung Yuna sudah menikah dengan Brandon, Steve juga tidak tertarik meski dia cantik. Yang diinginkan Steve adalah bisnis Keluarga Setiawan, bukan hanya seorang wanita.Namun berbeda dengan wanita di hadapannya. Monica bukan hanya cantik, dia juga bisa mendatangkan kekayaan kepada Steve. Selain itu, dia juga bisa membantu Steve untuk merebut kembali harta Kel
Suasana seketika terasa sangat hening. Steve tidak mengerti apa yang telah terjadi pada Monica. Dia hanya bisa mencoba untuk menebak-nebak saja. Tadi sikap Monica sangat hangat dan bahkan sudah memaafkannya, sekarang dia malah terlihat sangat tidak senang.Selesai makan, Steve kepikiran sesuatu dan berkata, “Monica, apa kamu suka dengan gelangnya?”“Su ….” Tiba-tiba Hanny tertegun. Dia berpikir sejenak, baru melanjutkan, “Biasa saja.”Awalnya Hanny ingin mengatakan suka, tapi setelah dipikir-pikir gelang ini dihadiahkan untuk kakaknya dan bukan untuk dirinya. Jadi, Hanny tidak berhak untuk menyukainya.“Berarti kamu nggak suka?” Menyadari ada yang aneh dari jawaban Monica, Steve pun langsung memahaminya. Ternyata dia tidak menyukai hadiah pemberian Steve.Hanya saja, Monica malah memakai gelang itu meski dia tidak menyukainya. Itu berarti ada Steve di dalam hati Monica. Ternyata benar apa kata ibu, Steve mesti memberinya hadiah yang lebih mewah lagi.“Jadi, apa yang kamu sukai? Aku aka
Dulu Monica juga sering menyuruh Hanny duduk di dalam ruang kerja untuk menyamar sebagai dirinya. Itu pun dia hanya perlu membalas dengan singkat saja. Jika Hanny tidak tahu harus berkata apa, paling-paling dia hanya akan menunjukkan ekspresi datar dan terdiam saja. Dengan begitu, semua karyawan juga akan langsung meninggalkan ruangannya. Namun sekarang Hanny malah disuruh untuk menyamar menjadi calon istri Steve. Dia bahkan disuruh mengatakan ucapan aneh ini kepada Steve. Hanny sungguh tidak sanggup lagi.Steve terus menatapnya. Saat Hanny merasa samarannya sudah hampir terbongkar, malah terdengar suara Steve, “Boleh! Aku merasa ucapanmu sangat masuk akal!”Hah? Hanny langsung mengangkat kepalanya dan menatap Steve dengan terkejut.“Sesama suami istri memang harus saling jujur. Jadi, aku setuju dengan ucapanmu!”Berhubung Monica ingin mengetahui harta pribadi Steve, Steve juga akan memberitahunya.Namun, pikiran Hanny malah melenceng. Dia tidak mengerti mengenai masalah saham dan per
“Bukan, bukan, nggak usah.” Hanny melambaikan tangannya. Dia berpikir sejenak, lalu berkata pada Steve, “Aku nggak suka cincin berlian.”Steve terkejut. “Oh iya, kamu kan praktisi seni bela diri ….” Setelah tertegun sejenak, Steve menatap pelayan, lalu berkata, “Memang nggak terlalu cocok.”“Gimana kalau kalung? Ada kalung berlian juga.”Senyuman di wajah pelayan semakin lebar lagi. “Toko kami baru saja masuk beberapa kalung berlian. Aku lihat kalung-kalung itu sangat cocok denganmu. Bagaimana kalau kamu mencobanya?”“Sebenarnya … aku nggak suka berlian,” balas Hanny dengan suara kecil.Berlian hanyalah sebuah batu. Sebenarnya Hanny lebih menyukai gelang mutiara ini. Hanya saja, gelang ini diberikan untuk kakaknya, bukan untuk Hanny. Seketika dia kembali merasa tidak nyaman.“Jadi, apa yang kamu sukai?” tanya Steve dengan sabar.“Aku ….” Hanny tidak tahu apa yang dia sukai. Sebab, dia tidak berhak untuk mengatakan suka.Kedua mata Hanny mengamati sekeliling dan tatapannya seketika berh
Tatapan lembut Steve membuat telinga Hanny terasa semakin panas. Hanny mengangkat tangannya untuk menutupi telinganya sambil berkata, “Baiklah, aku akan tindik!”Steve sungguh gembira. “Monica, kamu memang penurut!”Hanny terdiam membisu.Pelayan toko membawa Hanny ke sebuah bilik kecil. Di dalamnya terdapat alat tindik profesional. Sebenarnya proses menindik juga sangat cepat. Rasanya juga tidak sesakit yang dibayangkan. Hanya saja, Hanny tetap merasa sakit ketika cuping telinganya ditusuk.Melihat Hanny yang terus mengerutkan keningnya, Steve sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana ceritanya seorang praktisi seni bela diri andal yang bisa mengalahkan banyak orang itu malah takut untuk menindik telinga. Dia spontan merasa sangat puas.Awalnya Steve juga tidak peduli Monica hendak memiliki anting-anting model jepit atau model tusuk. Hanya saja, ketika hendak membayar tagihan, Steve tiba-tiba kepikiran kalau dia berhasil menghasut Monica untuk menindik telinga, bukankah Monica melaku
“Nini?” Steve merasa bingung, lalu bertanya kembali.“Iya!” Hanny takut Steve salah mengartikan maksudnya, dia pun segera menjelaskan, “Kelak ketika kita bersama, kamu panggil aku Nini saja.”“Nini … ini nama panggilanmu?” Kedengarannya memang agak aneh. Sebab, Steve tidak pernah mendengar nama panggilan ini sebelumnya.Hanya saja, apa maksud Monica menyuruh Steve untuk memanggilnya Nini? Steve tidak mengerti. Hanya saja, ketika melihat sikap penuh penantian Monica, dia pun mengangguk. “Oke.”Hanny sungguh gembira. Hanya saja, dia tiba-tiba kepikiran sesuatu. “Kamu juga jangan terus memanggilku Nini. Terkadang aku mungkin nggak suka dipanggil seperti itu.”“Hah?!” Steve mengerutkan keningnya lantaran semakin kebingungan.Apa maksud Monica?Steve tahu karakter Monica agak aneh, tapi dia tidak menyangka akan aneh sampai tahap begini. Sebentar minta dipanggil Nini, sebentar minta jangan dipanggil Nini.“Aku orangnya agak aneh, ya? Kamu … nggak suka lagi sama aku?” tanya Hanny dengan perla
Kedua mata Hanny spontan terbelalak sembari melihat wajah besar di depannya.Saat pertama kali dicium, Hanny merasa takut, gugup, dan bahkan sedikit … malu. Namun, berbeda dengan ciuman kali ini.Ini bukan pertama kalinya Steve mencium Hanny. Kali ini, ciuman yang diberikan Steve sangatlah lembut. Bibirnya diisap Steve dengan perlahan, membuat Hanny merasa sangat aneh.Selama ini, tidak ada satu pun orang yang memperlakukan Hanny seperti ini. Jangankan menciumnya, dia bahkan tidak pernah digandeng maupun dipeluk. Sekarang lelaki asing nan familier ini malah melakukan semuanya, Hanny malah tidak berniat untuk mendorongnya.Sebenarnya Steve hanya sedang mengetesnya saja. Sebab, pengalaman pertama kali menciumnya tidak begitu menyenangkan. Saat menyadari si wanita tidak menolak, melainkan bersikap dengan begitu patuh, nyali Steve semakin besar lagi. Dia ingin menjulurkan lidahnya!Hanny terkejut. Dia tidak menyangka Steve akan berbuat seperti ini. Hanny mengatupkan giginya dengan erat. Di
Hanny keluar dari pelukan Steve dengan ekspresi wajah muram dan juga dingin. “Sudah saatnya aku pulang.”“Kenapa?” Steve terbengong. Bukankah mereka sudah janjian untuk menonton bersama? Bahkan masih banyak acara yang sudah disusun Steve, kenapa dia malah minta pulang?Melihat si wanita hendak berjalan pergi, Steve langsung menarik tangannya. “Monica ….” Tiba-tiba Steve terdiam sejenak, lalu mengubah panggilannya, “Nini, aku sungguh nggak tahu kenapa sikapmu bisa berubah sedrastis ini ….”Hanny membalikkan tubuhnya untuk melihat Steve, lalu melihat tangan yang sedang menarik tangannya.“Nini, apa kamu merasa nggak puas? Kamu bisa katakan sama aku. Kalau kamu tiba-tiba seperti ini, aku juga bingung harus gimana … gimana baru bisa mendapatkan hatimu?”Melihat ekspresi gelisah dan tatapan tulus Steve, Hanny juga tidak berani luluh lagi. Dia menarik tangannya dari genggaman Steve, lalu membalas dengan perlahan, “Bukan masalahmu, semua ini masalahku.” Suaranya sangat kecil dan tatapannya te
Ratu meremas seprai ranjang dan baru melepasnya setelah beberapa saat. Dia pun kembali berbaring dan menghela napas panjang, seakan-akan ingin membuang pikiran negatif yang ada di kepalanya jauh-jauh. Seraya menatap plafon, sang Ratu berkata lirih, “Yuna gimana?”“Dia baik-baik saja. Dia sedang menunggu untuk jadi badan yang baru untuk Yang Mulia. Saya sudah merawat Yang Mulia dengan baik, jadi tenang saja!”“Badan baru? Fred, di mana badan barumu? Apa kamu sudah mencari orang yang cocok untuk kamu?”“... Yang Mulia ngomong apa? Saya masih cukup muda! Eksperimen kali ini adalah untuk Yang Mulia!”“Memang kamu masih cukup muda sekarang, tapi berapa lama itu bisa bertahan? Kamu pintar sekali ya. Selama ini kamu selalu ngomong apa pun yang kamu lakukan semuanya demi aku, padahal kamu cuma menjadikan aku sebagai objek percobaan!”“Saya ….”MulanyaFred ingin membantah tuduhan itu, tetapi dia tiba-tiba malah tertawa. Suara tawanya pelan di awal, tetapi lama kelamaan makin kencang sampai terb
“Ya, Yang Mulia. Ada apa?”“Kamu masih belum jawab aku. Gimana kalau eksperimennya nggak berjalan sesuai rencanamu?”“Pasti berhasil, aku jamin!” kata Fred seraya menepuk tangan sang Ratu seperti sedang membujuk anak kecil. Akan tetapi sang Ratu tidak membalas. Dia hanya menatap Fred dengan datar seperti sedang menonton sebuah tayangan yang membosankan.“Baiklah … kalau eksperimennya gagal, masih ada satu solusi, tapi sayangnya Yang Mulia nggak akan bisa melihat itu!”“Jadi kamu masih punya rencana cadangan? Sudah kuduga, kamu memang menyembunyikan sesuatu dariku.”“Bukankah setiap orang pasti punya rahasia yang mereka simpan untuk diri sendiri, Yang Mulia? Tapi apa pun itu, percayalah padaku. Semua yang aku lakukan selalu memprioritaskan Yang Mulia.”“Apa rencana cadanganmu itu?”“Itu ...,” Fred sempat ragu sesaat. Jelas dia tidak ingin membeberkan rencananya kepada orang lain, khususnya sang Ratu. “Yang Mulia nggak perlu tahu. Kalau Yang Mulia selamat, berarti eksperimennya berhasil
Karena semuanya terjadi begitu mendada, tidak ada orang yang tahu apa yang terjadi sebenarnya. Setelah Fred mengatur semuanya sesuai dengan rencananya, dia pergi ke kamar di mana sang Ratu berada. Dia mengutus orang kepercayaannya untuk berjaga, menjamin supaya kondisi kesehatan Ratu tetap prima. Namun dua hari terakhir tiba-tiba kondisinya memburuk.Awalnya Fred bahkan curiga sang Ratu bersekongkol dengan Yuna karena mereka berdua sama-sama jatuh sakit. Namun setelah dipikirkan lagi, mereka tidak punya alasan yang cukup meyakinkan untuk itu. Terlebih lagi mereka berdua juga sudah tidak berada di tempat yang sama. Tidak mungkin mereka bisa berkomunikasi dalam bentuk apa pun.Begitu masuk, Fred melihat Ratu yang terbaring lemas di atas ranjang. Dia menghampiri sang Ratu, membungkukkan badannya dan berkata dengan santun. “Yang Mulia? Yang Mulia?”Kelopak mata Ratu terlihat ada sedikit pergerakan, tetapi dia tidak membuka matanya entah karena memang tidak kuat, atau karena dia tidak ingin
Rainie duduk di pojokan seorang diri, berpikir mengapa Fred melakukan ini, dan mengapa dia mengumumkannya secara mendadak. Fred sendiri tahu ini terlalu mendadak, tetapi mau bagaimana lagi. Tubuh sang Ratu terus melemah dan sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Sejak awal Fred sudah tahu kalau kondisi kesehatan sang Ratu kurang baik, makanya dia mau menyelesaikan eksperimennya secepat mungkin, dan mencari tubuh pengganti yang sehat secara fisik. Tetapi dia malah menemui masalah yang berkepanjangan sampai detik ini. Sementara itu kesehatan sang Ratu terus memburuk. Meski sudah diobati oleh sekelompok dokter terpercaya pun, yang namanya penuaan memang tidak bisa dicegah. Organ-organ tubuhnya kian melemah. Proses penuaan yang dialami oleh sang Ratu membuat Fred ketakutan. Sekarang dia masih cukup sehat, tetapi sebentar lagi dia juga akan memasuki usia tua dan tubuhnya juga pasti perlahan akan ikut melemah.Semua orang sama di hadapan hidup dan mati. Tidak ada seorang pun yang bisa me
Saat Rainie bilang begitu, ekspresi yang terlihat di wajah Fred langsung berubah menjadi serius.“Ikut aku!” katanya.Rainie terus berjalan mengikuti Fred, mereka masih berada di lantai yang sama, tetapi mereka masuk ke sebuah ruangan lain. Selagi Rainie menutup kembali pintu ruangan itu, Fred duduk dan bertanya padanya, “Obat yang tadi kamu bilang itu maksudnya obat yang bisa bikin badan jadi nggak kelihatan?”“Iya! Tadi aku baru dapat kabar, kemungkinan dalam dua hari ini aku bisa dapat resepnya. Bukanya aku nggak mau kerja di lab, tapi aku takut kelewatan informasi penting.”“HP-mu ada di sini,” kata Fred. “Kalau ada apa-apa, aku bakal kasih tahu kamu segera.”“Tapi …,” Rainie berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada bicara yang pelan, “Cuma aku yang bisa mengendalikan pikirannya. Dia cuma mendengar perintahku. Aku takut kalau bukan aku, nanti bakal berpengaruh ke hipnotisnya. Bisa saja dia jadi sadar dan aku gagal dapat resepnya.”“Rainie, kamu sudah berani mengancamku, ya?”Se
“….”Berbagai macam protes dapat mereka dengar di sana. Rianie juga mengernyit tidak menyangka dia akan dipanggil secara tiba-tiba begini. Namun, Fred mengangkat kedua tangannya meminta mereka semua untuk tetap tenang, lalu dia berbicara, “Karena eksperimen ini sangat rumit dan mudah terjadi kesalahan, jadi mulai sekarang kalian semua harus bersiap-siap yang baik. Alasan lainnya … aku pernah bilang aku paling nggak suka dikhianati, dan orang yang bermulut ember. Jadi untuk menjamin keberhasilan eksperimen ini, tolong kerja sama dari kalian semua. Tapi jangan khawatir, soal kebutuhan dasar seperti makan dan minum pasti sudah kusiapkan. Tapi dengan syarat, semua perangkat komunikasi akan kusita sebentar!”Begitu Fred selesai berbicara, langsung ada orang yang maju dan menyerahkan semua barang bawaannya. Ponsel Rainie juga tentunya disita. Sebenarnya, sebelum ini pun, semua yang masuk ke lab tidak diperkenankan untuk membawa perangkat komunikasi apa pun, jadi kebanyakan yang disita kali i
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred