Ketika kepikiran hal ini, Steve langsung membalas, “Tentu saja mau!”“Kalau kamu mau, bujuk Nona Monica!” Amara menggenggam tangan Steve, lalu menghela napas. “Sepertinya aku sudah terlalu memanjakanmu. Kamu jadi tidak mengerti gimana cara menghadapi wanita.”“Wanita itu harus dibujuk. Kalau kamu menyalahkannya, dia malah merasa tidak dihormati. Apalagi dia itu pemimpin Keluarga Yukardi, ada berapa banyak lelaki yang ingin mendapatkannya. Kalau kamu bersikap kekanak-kanakan seperti ini, kelak bagaimana caranya kamu membantu Keluarga Yukardi?”Steve merasa ucapan Amara sangat masuk akal. “Ma, semua ini salahku, pikiranku terlalu pendek, tapi aku juga sudah minta maaf sama dia. Dia masih saja marah dan bersikap dingin sama aku.”“Dasar kamu ini! Apa kamu tidak tahu siapa dia? Apa mungkin dia bisa dibujuk hanya dengan sepatah katamu?” Setelah berpikir sejenak, Amara melanjutkan, “Begini saja, kamu cari cara untuk ajak dia ketemuan lagi. Beli hadiah mahal, anggap saja sebagai permintaan ma
Raut wajahnya terlihat sangat muram. Dia juga tidak begitu melihat Steve. Jangan-jangan … dia masih marah?Jika Monica masih marah, kenapa dia mengajaknya untuk bertemu? Jika Monica tidak marah lagi, kenapa dia bersikap seperti ini?Steve sungguh tidak sanggup untuk menebak lagi. Hanya saja, setelah mengalami kejadian semalam, dia juga tidak berani bersikap gegabah. Steve berdeham, lalu berkata, “Nona Monica, kamu mau makan apa, kamu boleh pesan sesukamu. Manisan di restoran ini sangat terkenal, kamu bisa mencicipinya atau kamu ingin makan yang lain, terserah kamu saja.”“Nggak, aku nggak lapar!” balas Hanny dengan langsung.Selesai berbicara, Hanny merasa sangat menyesal. Dia tahu Monica tidak mungkin akan bersikap seperti ini.Hanny menarik napas dalam-dalam berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia lalu menjawab dengan suara dingin, “Aku pesan set menu A saja.”Sebenarnya Hanny juga tidak membaca dengan detail isi set menu A. Dia hanya asal bicara saja.“Oke, aku juga sama, set menu A
“Monica, apa kamu bisa memaafkanku?” tanya Steve.“Aku ….” Hanny sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi. Bagaimanapun, dia hanya menyamar sebagai Monica, dia tidak bisa mewakili kakaknya untuk membuat keputusan.“Maaf, aku lupa lagi. Seharusnya aku panggil kamu Nona Monica.” Steve segera meminta maaf dengan sangat tulus. “Aku tahu, kamu yang memutuskan untuk memaafkanku atau nggak. Terserah kamu saja, aku nggak akan mempengaruhi keputusanmu.”“Aku nggak ….”“Aku mengerti, maaf.” Ucapan disela Steve dengan putus asa.“Aku memaafkanmu!” Bahkan, Hanny sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa berkata seperti ini. Hanya saja, ketika dia menyadarinya, ucapan juga sudah dilontarkan.“Benarkah? Kamu benar-benar sudah memaafkanku?” Steve merasa gembira dan kedua matanya terus menatap Monica.Tatapan ini terasa sangat asing dan juga familier. Beberapa hari lalu ketika Steve mengajak dirinya untuk ketemuan, Steve memandangnya dengan tatapan seperti ini. Bahkan ketika menciumnya, tatapan
Hanya saja, wajah Hanny sama persis dengan wajah Monica. Jadi, sebenarnya yang Steve suka itu adalah Monica atau Hanny?“Cantik, cantik sekali! Nggak ada yang lebih cantik daripada kamu!” balas Steve sambil mengangguk.Ucapan ini mengandung unsur membual. Hanya saja, ucapan itu tidak sepenuhnya bualan belaka.Monica memang cantik. Kecantikannya berbeda dengan wanita pada umumnya. Hanya saja, masih ada wanita lain yang lebih cantik daripada Monica. Bagi Steve, wanita yang dinikahi Brandon barulah benar-benar cantik.Cantiknya Yuna sangatlah natural. Semakin dilihat, orang-orang bahkan merasa Yuna semakin cantik saja.Hanya saja, berhubung Yuna sudah menikah dengan Brandon, Steve juga tidak tertarik meski dia cantik. Yang diinginkan Steve adalah bisnis Keluarga Setiawan, bukan hanya seorang wanita.Namun berbeda dengan wanita di hadapannya. Monica bukan hanya cantik, dia juga bisa mendatangkan kekayaan kepada Steve. Selain itu, dia juga bisa membantu Steve untuk merebut kembali harta Kel
Suasana seketika terasa sangat hening. Steve tidak mengerti apa yang telah terjadi pada Monica. Dia hanya bisa mencoba untuk menebak-nebak saja. Tadi sikap Monica sangat hangat dan bahkan sudah memaafkannya, sekarang dia malah terlihat sangat tidak senang.Selesai makan, Steve kepikiran sesuatu dan berkata, “Monica, apa kamu suka dengan gelangnya?”“Su ….” Tiba-tiba Hanny tertegun. Dia berpikir sejenak, baru melanjutkan, “Biasa saja.”Awalnya Hanny ingin mengatakan suka, tapi setelah dipikir-pikir gelang ini dihadiahkan untuk kakaknya dan bukan untuk dirinya. Jadi, Hanny tidak berhak untuk menyukainya.“Berarti kamu nggak suka?” Menyadari ada yang aneh dari jawaban Monica, Steve pun langsung memahaminya. Ternyata dia tidak menyukai hadiah pemberian Steve.Hanya saja, Monica malah memakai gelang itu meski dia tidak menyukainya. Itu berarti ada Steve di dalam hati Monica. Ternyata benar apa kata ibu, Steve mesti memberinya hadiah yang lebih mewah lagi.“Jadi, apa yang kamu sukai? Aku aka
Dulu Monica juga sering menyuruh Hanny duduk di dalam ruang kerja untuk menyamar sebagai dirinya. Itu pun dia hanya perlu membalas dengan singkat saja. Jika Hanny tidak tahu harus berkata apa, paling-paling dia hanya akan menunjukkan ekspresi datar dan terdiam saja. Dengan begitu, semua karyawan juga akan langsung meninggalkan ruangannya. Namun sekarang Hanny malah disuruh untuk menyamar menjadi calon istri Steve. Dia bahkan disuruh mengatakan ucapan aneh ini kepada Steve. Hanny sungguh tidak sanggup lagi.Steve terus menatapnya. Saat Hanny merasa samarannya sudah hampir terbongkar, malah terdengar suara Steve, “Boleh! Aku merasa ucapanmu sangat masuk akal!”Hah? Hanny langsung mengangkat kepalanya dan menatap Steve dengan terkejut.“Sesama suami istri memang harus saling jujur. Jadi, aku setuju dengan ucapanmu!”Berhubung Monica ingin mengetahui harta pribadi Steve, Steve juga akan memberitahunya.Namun, pikiran Hanny malah melenceng. Dia tidak mengerti mengenai masalah saham dan per
“Bukan, bukan, nggak usah.” Hanny melambaikan tangannya. Dia berpikir sejenak, lalu berkata pada Steve, “Aku nggak suka cincin berlian.”Steve terkejut. “Oh iya, kamu kan praktisi seni bela diri ….” Setelah tertegun sejenak, Steve menatap pelayan, lalu berkata, “Memang nggak terlalu cocok.”“Gimana kalau kalung? Ada kalung berlian juga.”Senyuman di wajah pelayan semakin lebar lagi. “Toko kami baru saja masuk beberapa kalung berlian. Aku lihat kalung-kalung itu sangat cocok denganmu. Bagaimana kalau kamu mencobanya?”“Sebenarnya … aku nggak suka berlian,” balas Hanny dengan suara kecil.Berlian hanyalah sebuah batu. Sebenarnya Hanny lebih menyukai gelang mutiara ini. Hanya saja, gelang ini diberikan untuk kakaknya, bukan untuk Hanny. Seketika dia kembali merasa tidak nyaman.“Jadi, apa yang kamu sukai?” tanya Steve dengan sabar.“Aku ….” Hanny tidak tahu apa yang dia sukai. Sebab, dia tidak berhak untuk mengatakan suka.Kedua mata Hanny mengamati sekeliling dan tatapannya seketika berh
Tatapan lembut Steve membuat telinga Hanny terasa semakin panas. Hanny mengangkat tangannya untuk menutupi telinganya sambil berkata, “Baiklah, aku akan tindik!”Steve sungguh gembira. “Monica, kamu memang penurut!”Hanny terdiam membisu.Pelayan toko membawa Hanny ke sebuah bilik kecil. Di dalamnya terdapat alat tindik profesional. Sebenarnya proses menindik juga sangat cepat. Rasanya juga tidak sesakit yang dibayangkan. Hanya saja, Hanny tetap merasa sakit ketika cuping telinganya ditusuk.Melihat Hanny yang terus mengerutkan keningnya, Steve sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana ceritanya seorang praktisi seni bela diri andal yang bisa mengalahkan banyak orang itu malah takut untuk menindik telinga. Dia spontan merasa sangat puas.Awalnya Steve juga tidak peduli Monica hendak memiliki anting-anting model jepit atau model tusuk. Hanya saja, ketika hendak membayar tagihan, Steve tiba-tiba kepikiran kalau dia berhasil menghasut Monica untuk menindik telinga, bukankah Monica melaku
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat