Pagi-paginya Brandon sudah pergi ke perusahaan karena ada rapat penting. Jadwal hari ini juga sangatlah padat. Sebaliknya, Yuna malah sangat santai dalam belakangan waktu ini. Dia tidak menerima kerjaan lain dulu lantaran ingin fokus dalam mempersiapkan pernikahannya.Sebenarnya Yuna tidak peduli dengan hal berbau formalitas ini. Hanya saja, berhubung resepsi akan digelar, dia tentu akan menggelarnya dengan baik. Belakangan ini Brandon agak sibuk, jadi semua permasalahan ini ditangani oleh Yuna.Mengenai masalah gaun pernikahan, aula resepsi atau kebutuhan rumah tangga, semuanya juga bukan masalah besar bagi Yuna. Hanya saja ada satu hal yang diragukan Yuna, yaitu mengenai masalah undangan. Hingga saat ini, Brandon masih belum membawanya untuk mengunjungi anggota keluarganya. Yuna bahkan tidak pernah menginjak Kediaman Setiawan. Jadi, Yuna pun bingung apakah dirinya seharusnya mengundang mereka dan mesti mengundang berapa banyak orang.Mungkin karena terlalu santai. Jadi, Yuna malah j
Yuna juga merasa kesal dalam menghadapi hubungan yang rumit ini. Hanya saja, Yuna mesti menghadapinya jika dia ingin bersama dengan Brandon. Bisa jadi, kelak kondisi seperti ini akan semakin banyak lagi. Apa Yuna harus menelepon Brandon setiap kali mereka mencarinya?Brandon memang sangat memanjakan Yuna. Justru karena itu, Yuna baru harus berdiri saling bahu-membahu. Dia harus menghadapinya sendiri. Jangan selalu membuat Brandon khawatir.Tak lama selesai makan obat, Yuna merasa kondisinya sudah membaik, setidaknya lebih bertenaga daripada sebelumnya.“Nyonya, apa kamu sudah baikan? Apa perlu kuantar ke rumah sakit?” tanya pembantu dengan khawatir.Yuna menggeleng. “Apa ada makanan di rumah?”“Tadi aku masak bubur. Buburnya masih hangat. Nyonya mau makan?”“Boleh, aku akan segera ke bawah,” ucap Yuna, “Oh ya, setelah kamu ambilkan bubur, kamu biarkan mereka masuk.”“Ahh … oke,” balas pembantu.Yuna menopang meja, lalu berdiri. Dia merasa kedua kakinya masih tidak bertenaga. Dia becerm
Amara sudah memutuskan untuk memberi pelajaran kepada cucu menantu kurang ajarnya. Namun begitu memasuki rumah, dia malah tidak menemukan siapa-siapa. Amara spontan mengerutkan keningnya. “Di mana wanita itu?”Dari ucapan Amara, sepertinya dia tidak menganggap Yuna sebagai nyonya rumah saja.Pembantu terbata-bata. Baru saja dia ingin mengatakan nyonya sedang tidak enak badan, malah terdengar suara langkah kaki dari atas tangga. Ketika mendengarnya, Amara dan Clara spontan mengangkat kepalanya. Tampak Yuna memegang pegangan tangga, lalu berjalan menuruni tangga dengan perlahan.Belakangan ini Yuna tidak pergi ke studio. Jadi, dia juga tidak berdandan, apalagi dia sedang sakit. Yuna pun membiarkan rambutnya tergerai panjang.Rambut Yuna sudah semakin panjang saja, bahkan sudah melewati bahunya. Ketika dia berjalan menuruni tangga, rambutnya pun menutupi sebagian wajahnya. Ditambah lagi, Yuna sedang demam dan merasa tidak enak badan. Gerakan menuruni tangganya juga semakin lambat lagi.N
Masalah kematian orang tua Yuna adalah luka di hatinya. Sekarang Amara malah sengaja membongkar luka lamanya. Yuna pun mengerutkan keningnya. “Aku cuma tahu sopan santun digunakan kepada orang yang sopan. Kalian berdua tiba-tiba ke sini. Aku nggak tahu identitas kalian dan aku juga nggak tahu bagaimana memanggil kalian.”“Sekarang kamu sudah tahu, ‘kan?” ucap Clara dengan segera, “Kenapa masih belum panggil?”“Dari mana aku tahu kalau perkenalan diri kalian itu asli atau bukan?”“Kamu ….” Clara merasa Yuna sengaja memancing emosi mereka. Dia ingin sekali menampar Yuna. Hanya saja, Amara tiba-tiba mengangkat tangannya, lalu berkata, “Sudahlah, apa gunanya beradu mulut sama dia?”“Kamu tahu sendiri apa aku itu neneknya Brandon atau bukan. Aku juga tahu kamu itu orang seperti apa. Hari ini aku bisa ke sini juga bukan untuk basa-basi sama kamu. Aku cuma mau bilang, kalau kamu ingin menjadi bagian dari Keluarga Setiawan, kamu harus melewati ujianku. Tidak ada gunanya kamu diterima oleh Bran
Ucapan ini sungguh sadis. Bahkan, Clara juga merasa kaget. Ibunya memang sangat jago dalam menusuk hati orang.Benar apa kata ibu, demi apa wanita-wanita ini menikah dengan keluarga kaya, tentu saja demi kekayaan dan kekuasaan. Hanya saja, sekarang ibunya malah memberi tahu Yuna bahwa dia tidak akan mendapatkan apa pun. Bahkan, setelah dia melahirkan anak, dia juga tidak akan mendapatkan apa-apa. Jika suatu hari nanti mereka bercerai, dia juga akan pergi dengan tangan kosong.Setelah dipikir-pikir, jika waktu itu ibu mertuanya berbicara seperti itu padanya, Clara pasti tidak sanggup menerimanya.Sesuai dugaan mereka, Yuna terdiam. Amara pun semakin gembira lagi. Dia merasa Yuna pasti terkejut dengan ancamannya. Hanya saja, apa maksud tatapan Yuna? Kenapa rasanya agak aneh?Belum sempat Amara memikirkan jawabannya, malah terdengar suara Yuna. “Nek, kamu kasihan sekali.”Amara terdiam dan begitu pula dengan Clara.Apa wanita ini sudah gila? Atau dia ingin menggunakan cara ini untuk memen
Yuna sungguh syok. Dia tidak menyangka mereka akan turun tangan. Bagaimanapun juga, mereka berasal dari keluarga terpandang. Yuna spontan melangkah mundur. Hanya saja, seketika Yuna merasa ada embusan angin kuat. Dia bagai ditutupi oleh dinding yang sangat tebal saja dan dia tidak terkena siraman air panas itu.“Asta …,” jerit Clara dengan terkejut. Saking terkejutnya, kedua matanya terbelalak ketika melihat orang di hadapannya.Clara sungguh tidak menyangka Brandon akan pulang dengan tepat waktu! Brandon bukan hanya pulang saja, dia bahkan sudah membantu Yuna mengadang siraman air panas.“Brandon!” panggil Amara. Dia menatap Brandon dengan marah dan juga tidak berdaya.“Apa Tante sudah puas?” tanya Brandon dengan ekspresi dingin.Brandon memang ada rapat di perusahaan. Hanya saja, dia sangat memahami sifat keluarganya.Semalam Clara tidak berhasil bertemu dengan Yuna. Dia pasti tidak akan menyerah dengan segampang ini. Brandon juga tidak bisa menebak apa yang bisa dilakukannya. Jadi,
Amara memang kelihatan sangat galak, tapi sebenarnya dia sangat takut terhadap suaminya. Saat suaminya, Jason, masih hidup, Amara bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Semua keputusan berada di tangan Jason. Amara memang tidak menyukai menantu dan cucunya ini, tapi suaminya menyukai mereka dan bahkan membimbing cucunya untuk meneruskan bisnisnya. Setelah suaminya meninggal, Amara baru memiliki hak untuk berbicara. Dia merasa dirinya sangat hebat dan ingin mengurus segalanya.Namun pada saat ini, Brandon juga sudah dewasa. Dia tidak mendengar ucapan Amara. Jadi, Amara semakin tidak menyukai cucu yang satu ini. Setelah Brandon pindah keluar dari Kediaman Setiawan, dia pun tinggal di luar. Amara juga tidak mencegatnya, sebab dia juga tidak suka melihat cucunya.Hanya saja, sekarang Brandon akan menikah. Dia tidak mungkin tidak mengurus Brandon.Sebenarnya maksud kedatangan Amara adalah untuk memberi sedikit peringatan kepada wanita ini. Tak disangka, Brandon malah akan pulang untuk m
Yuna terlihat sangat panik dan terus mengomel. Saking paniknya, dia bahkan kesusahan untuk membuka kancing pakaian Brandon. Brandon pun tersenyum sambil menggenggam tangan Yuna. “Kalau airnya nggak begitu panas, kenapa kamu malah panik?”“Haish, kalau kamu ada waktu untuk bicara, bagusan kamu buka kancingmu sendiri. Luka tersiram air panas nggak boleh dianggap remeh!” Yuna sungguh marah. Kenapa Brandon tidak bisa menyayangi tubuhnya sendiri?“Menurutmu?” Brandon mengangkat-angkat alisnya sambil tersenyum. Jari tangan Brandon mulai menyentuh kancing pakaiannya, lalu membuka kancing pertama, kancing kedua ….Sebenarnya gerakan ini sangat biasa. Hanya saja, entah kenapa ketika melihat gerakan jari Brandon yang sedang membuka kancing pakaian, jantung Yuna tiba-tiba berdegup kencang dan tenggorokannya juga terasa kering. Dia spontan menelan air liurnya.“Pengen nggak ….” Menyadari perubahan ekspresi wajah Yuna, Brandon pun tersenyum hendak menggodanya. Satu detik kemudian, Yuna malah menari
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat