Setelah mengambil kotak P3K, Yuna mengambil obat, lalu mengoles bagian merah dengan penuh hati-hati.Sebenarnya luka ini bukanlah apa-apa bagi Brandon. Hanya saja, ketika jari tangan Yuna yang diolesi obat salep dingin itu menempel di kulitnya, jujur saja … rasanya sungguh nyaman.Rasa sejuk seketika merembes ke dalam tubuh Brandon. Awalnya Brandon ingin menolak untuk diobati, tapi siapa sangka dia akan begitu menikmatinya. Hanya saja, seiring dengan dioleskan salep yang rasanya sejuk itu, hawa panas seketika membaluti tubuh Brandon.Hawa panas itu mulai menyebar dari bagian perutnya dan membuat tenggorokan Brandon terasa kering.Yuna hanya memfokuskan perhatiannya ke bagian merah di perut Brandon. Tadi dia memang merasa sangat syok, tapi selain syok, dia juga merasa sangat terharu.Tak disangka, Brandon akan membantu Yuna untuk mengadang siraman air panas itu. Padahal orang itu adalah nenek dan juga tantenya. Meski hubungan mereka tidak baik, mereka tetap adalah keluarga. Namun demi
Melihat Yuna yang seperti ini, mana mungkin Brandon bisa merasa tenang. “Nggak, meski kamu nggak kenapa-napa, kamu juga mesti ke rumah sakit. Setelah dokter mengatakan kamu baik-baik saja, kita baru pulang ke rumah.”Sikap keras kepala Brandon sangat mengerikan. Siapa pun tidak bisa mengubah pikirannya.Ditambah lagi, Yuna sedang tidak enak badan dan tidak bertenaga, dia juga tidak bisa meronta ketika melihat Brandon menggendongnya keluar rumah.Brandon menggendong Yuna ke dalam mobil, lalu mengendarai mobil ke rumah sakit.Yuna duduk di samping bangku pengemudi. Dia bahkan tidak memiliki tenaga dan malas untuk berbicara. Jadi, dia memilih untuk tidur saja.Beberapa saat kemudian, Yuna mencoba untuk melebarkan matanya. Melihat Brandon sedang mengendarai mobil, Yuna pun menggerakkan bibir keringnya. “Aku benar-benar nggak kenapa-napa, aku cuma ingin tidur saja. Nggak usah bawa aku ke rumah sakit. Uhuk uhuk ….”“Sudah, jangan bicara lagi!” balas Brandon dengan serius. Ekspresi galaknya t
Brandon pasti lagi berbohong! Mana mungkin Yuna akan tidur dengan begitu nyenyak? Dia bahkan tidak menyadari ada yang menggendongnya keluar dari mobil hingga masuk ke rumah sakit.“Biasanya aku jarang sakit. Sekali sakit malah langsung separah ini!”Yuna menggerakkan tubuhnya merasa tubuhnya sangat lemas. Dia menyadari tangannya sedang dipasang jarum infus. “Ini obat penurun demam?” Yuna mengangkat kepala melihat botol infus.“Bukan, itu isinya vitamin. Sekarang kamu nggak boleh asal konsumsi obat.” Brandon menuangkan segelas air, lalu menyerahkannya kepada Yuna. Dia bahkan sangat perhatian memasukkan sedotan ke dalam gelas supaya Yuna bisa minum dengan praktis.Kening Yuna seketika berkerut. Dia tidak mengerti maksud ucapan Brandon. “Apa maksudmu nggak boleh asal konsumsi obat? Apa aku alergi obat?”Sejak kecil, Yuna jarang sakit, apalagi dirawat di rumah sakit. Hanya saja, setahu Yuna, dia tidak memiliki riwayat alergi. Jangan-jangan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Yuna ada aler
“Benar! Dokter sudah melakukan pemeriksaan. Kamu sudah hamil hampir 2 bulan. Kamu sendiri nggak sadar?”Kata dokter, orang yang pertama kali mengandung mungkin tidak begitu merasakannya. Ditambah lagi, kurangnya pengetahuan dan pengalaman mengenai kehamilan, wajar kalau Yuna tidak menyadarinya.Biasanya ketika pasien menyadarinya, mereka pun sudah mengandung beberapa bulan.Saat ditanya oleh Brandon, Yuna mengerutkan keningnya untuk berpikir. Sepertinya dia memang sudah tidak datang bulan selama 1 sampai 2 bulan. Hanya saja, berhubung Yuna sangat sibuk dalam beberapa waktu lalu, ditambah lagi datang bulannya memang tidak teratur, jadi Yuna juga tidak mempermasalahkannya.“Aku kira belakangan ini aku banyak tekanan. Aku nggak nyangka ….”“Kamu ceroboh sekali!” Brandon menyentil hidung Yuna dengan pelan. Jika bukan karena kondisi tidak memungkinkan, Brandon pasti sudah memukul bokong wanita ini.Yuna tidak tahu dirinya sedang hamil. Sakit pun tidak bersedia berobat ke rumah sakit. Dia ma
Kabar ini adalah sebuah hadiah yang tidak terduga bagi mereka berdua.Waktu itu, Yuna sempat khawatir jika Brandon tidak menyukai anak kecil. Jadi, mereka tidak memiliki anak untuk sementara waktu. Namun sekarang, Yuna tidak memiliki kekhawatiran seperti ini lagi.Masalah anak memang tergantung takdir dan tidak bisa dipaksakan. Dia akan datang secara tiba-tiba.“Sepertinya masalah resepsi harus dipercepat.” Yuna berbaring di tempat seolah-olah menyadari betapa pentingnya kondisi tubuhnya saat ini.Berhubung Yuna sudah mengandung, dia perlu istirahat dengan baik. Demi anak ini, dia juga mesti menjaga tubuhnya dengan baik.“Iya memang mesti dipercepat, tapi kamu nggak boleh turun tangan sendiri lagi. Kalau ada yang ingin kamu lakukan, kamu catat saja, lalu suruh bawahan yang kerjai. Kamu nggak boleh turun tangan sendiri lagi, kamu mengerti, ‘kan?” Sikap dominasi Brandon membuatnya terlihat semakin tampan lagi. Yuna tahu Brandon sedang memperhatikan kondisinya, dia pun mengangguk. “Siap!
Selesai berbicara, Steve langsung tertawa.Hanya saja, orang yang mendengar lelucon malah tidak tertawa. Si wanita mengedipkan matanya sambil menatap Steve dengan kebingungan. “Tapi aku nggak merasa dinding ini akan roboh dengan sekali senggol.”Steve kembali terdiam. Konon katanya, Keluarga Yukardi sudah bertahun-tahun mengasingkan diri di sebuah pulau. Jangan-jangan gara-gara terlalu lama tidak berhubungan dengan orang luar, otaknya jadi bermasalah?Steve hanya bisa menyindir dalam hati saja. Dia lalu mengiakan apa kata si wanita. “Iya, iya, benar apa katamu. Aku memang bodoh, aku sudah asal bicara.”Melihat sikap Steve, si wanita pun berkata dengan suara kecil, “Kamu juga nggak bodoh.”Suaranya memang tidak besar, hanya saja setiap patah kata terdengar jelas di telinga Steve. Dia seketika merasa sangat gembira. “Nona, bagaimana kesan pertamamu terhadapku?”Si wanita hanya menggigit bibirnya dan tidak berbicara. Entah dirinya sedang berpikir atau tidak ingin menjawab.Setelah menata
Setelah menyelesaikan satu lagu, Steve memalingkan kepalanya dan menyadari Monica masih tidak bersuara. Pada akhirnya, Steve tidak bisa bersabar lagi. Dia mendekati Monica, lalu bertanya, “Nona Monica, apa kamu nggak suka sama aku?”Monica mengedipkan matanya, lalu menggeleng.Melihat Monica tidak menolak, Steve kembali mendekatinya. “Kalau kamu nggak benci sama aku, itu berarti kamu puas sama aku? Jadi, apa pernikahan kita berdua bisa ditetapkan?”Keluarga Setiawan memang sudah membuat banyak persiapan untuk pernikahan ini, tapi sikap Keluarga Yukardi tidaklah pasti. Steve juga tidak bisa bersabar lagi. Sebab, dia tahu ada banyak saingannya yang ingin merebut nona muda ini.Sebenarnya dengan kemampuan Keluarga Setiawan, mereka juga tidak perlu sengaja menjalin hubungan dengan Keluarga Yukardi. Hanya saja, siapa suruh semua kekuasaan ada di tangan Brandon. Meskipun Steve adalah om dari Brandon, dia malah tidak memiliki apa-apa. Untungnya, Steve masih bisa mengandalkan nama keluarganya
Selesai berbicara, Monica membalikkan badan hendak berjalan keluar ruangan. Steve menyadari Monica sudah membuat keputusan, dia pun tidak menghalangi Monica lagi. Dia terpaksa mengikuti langkah Monica hingga ke area parkiran. “Monica!”Sambil memanggil namanya, Steve sambil menopang salah satu tangan di atas badan mobil. Dia menghalangi langkah Monica dan menatapnya dengan dalam. “Apa kamu nggak puas sama aku?”“Bu … bukan.” Monica menggeleng. Dia terlihat agak kepanikan.Melihat mata Monica, Steve melihat dirinya telah salah lihat.Semua orang tentu mengetahui betapa sadisnya Keluarga Yukardi. Meski mereka tidak pernah melihat dengan mata kepala sendiri, setidaknya mereka pernah mendengarnya. Pembunuh Ganda di bawah kepemimpinan Monica membuatnya terkenal akan ketangguhannya. Kenapa dia malah menunjukkan tatapan yang begitu lugu?Namun setelah dipikir-pikir, mungkin Monica hanya pintar di aspek seni bela diri, tapi dia tidak berpengalaman di aspek asmara.Wajar juga, mungkin Monica me