Amara memang kelihatan sangat galak, tapi sebenarnya dia sangat takut terhadap suaminya. Saat suaminya, Jason, masih hidup, Amara bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Semua keputusan berada di tangan Jason. Amara memang tidak menyukai menantu dan cucunya ini, tapi suaminya menyukai mereka dan bahkan membimbing cucunya untuk meneruskan bisnisnya. Setelah suaminya meninggal, Amara baru memiliki hak untuk berbicara. Dia merasa dirinya sangat hebat dan ingin mengurus segalanya.Namun pada saat ini, Brandon juga sudah dewasa. Dia tidak mendengar ucapan Amara. Jadi, Amara semakin tidak menyukai cucu yang satu ini. Setelah Brandon pindah keluar dari Kediaman Setiawan, dia pun tinggal di luar. Amara juga tidak mencegatnya, sebab dia juga tidak suka melihat cucunya.Hanya saja, sekarang Brandon akan menikah. Dia tidak mungkin tidak mengurus Brandon.Sebenarnya maksud kedatangan Amara adalah untuk memberi sedikit peringatan kepada wanita ini. Tak disangka, Brandon malah akan pulang untuk m
Yuna terlihat sangat panik dan terus mengomel. Saking paniknya, dia bahkan kesusahan untuk membuka kancing pakaian Brandon. Brandon pun tersenyum sambil menggenggam tangan Yuna. “Kalau airnya nggak begitu panas, kenapa kamu malah panik?”“Haish, kalau kamu ada waktu untuk bicara, bagusan kamu buka kancingmu sendiri. Luka tersiram air panas nggak boleh dianggap remeh!” Yuna sungguh marah. Kenapa Brandon tidak bisa menyayangi tubuhnya sendiri?“Menurutmu?” Brandon mengangkat-angkat alisnya sambil tersenyum. Jari tangan Brandon mulai menyentuh kancing pakaiannya, lalu membuka kancing pertama, kancing kedua ….Sebenarnya gerakan ini sangat biasa. Hanya saja, entah kenapa ketika melihat gerakan jari Brandon yang sedang membuka kancing pakaian, jantung Yuna tiba-tiba berdegup kencang dan tenggorokannya juga terasa kering. Dia spontan menelan air liurnya.“Pengen nggak ….” Menyadari perubahan ekspresi wajah Yuna, Brandon pun tersenyum hendak menggodanya. Satu detik kemudian, Yuna malah menari
Setelah mengambil kotak P3K, Yuna mengambil obat, lalu mengoles bagian merah dengan penuh hati-hati.Sebenarnya luka ini bukanlah apa-apa bagi Brandon. Hanya saja, ketika jari tangan Yuna yang diolesi obat salep dingin itu menempel di kulitnya, jujur saja … rasanya sungguh nyaman.Rasa sejuk seketika merembes ke dalam tubuh Brandon. Awalnya Brandon ingin menolak untuk diobati, tapi siapa sangka dia akan begitu menikmatinya. Hanya saja, seiring dengan dioleskan salep yang rasanya sejuk itu, hawa panas seketika membaluti tubuh Brandon.Hawa panas itu mulai menyebar dari bagian perutnya dan membuat tenggorokan Brandon terasa kering.Yuna hanya memfokuskan perhatiannya ke bagian merah di perut Brandon. Tadi dia memang merasa sangat syok, tapi selain syok, dia juga merasa sangat terharu.Tak disangka, Brandon akan membantu Yuna untuk mengadang siraman air panas itu. Padahal orang itu adalah nenek dan juga tantenya. Meski hubungan mereka tidak baik, mereka tetap adalah keluarga. Namun demi
Melihat Yuna yang seperti ini, mana mungkin Brandon bisa merasa tenang. “Nggak, meski kamu nggak kenapa-napa, kamu juga mesti ke rumah sakit. Setelah dokter mengatakan kamu baik-baik saja, kita baru pulang ke rumah.”Sikap keras kepala Brandon sangat mengerikan. Siapa pun tidak bisa mengubah pikirannya.Ditambah lagi, Yuna sedang tidak enak badan dan tidak bertenaga, dia juga tidak bisa meronta ketika melihat Brandon menggendongnya keluar rumah.Brandon menggendong Yuna ke dalam mobil, lalu mengendarai mobil ke rumah sakit.Yuna duduk di samping bangku pengemudi. Dia bahkan tidak memiliki tenaga dan malas untuk berbicara. Jadi, dia memilih untuk tidur saja.Beberapa saat kemudian, Yuna mencoba untuk melebarkan matanya. Melihat Brandon sedang mengendarai mobil, Yuna pun menggerakkan bibir keringnya. “Aku benar-benar nggak kenapa-napa, aku cuma ingin tidur saja. Nggak usah bawa aku ke rumah sakit. Uhuk uhuk ….”“Sudah, jangan bicara lagi!” balas Brandon dengan serius. Ekspresi galaknya t
Brandon pasti lagi berbohong! Mana mungkin Yuna akan tidur dengan begitu nyenyak? Dia bahkan tidak menyadari ada yang menggendongnya keluar dari mobil hingga masuk ke rumah sakit.“Biasanya aku jarang sakit. Sekali sakit malah langsung separah ini!”Yuna menggerakkan tubuhnya merasa tubuhnya sangat lemas. Dia menyadari tangannya sedang dipasang jarum infus. “Ini obat penurun demam?” Yuna mengangkat kepala melihat botol infus.“Bukan, itu isinya vitamin. Sekarang kamu nggak boleh asal konsumsi obat.” Brandon menuangkan segelas air, lalu menyerahkannya kepada Yuna. Dia bahkan sangat perhatian memasukkan sedotan ke dalam gelas supaya Yuna bisa minum dengan praktis.Kening Yuna seketika berkerut. Dia tidak mengerti maksud ucapan Brandon. “Apa maksudmu nggak boleh asal konsumsi obat? Apa aku alergi obat?”Sejak kecil, Yuna jarang sakit, apalagi dirawat di rumah sakit. Hanya saja, setahu Yuna, dia tidak memiliki riwayat alergi. Jangan-jangan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Yuna ada aler
“Benar! Dokter sudah melakukan pemeriksaan. Kamu sudah hamil hampir 2 bulan. Kamu sendiri nggak sadar?”Kata dokter, orang yang pertama kali mengandung mungkin tidak begitu merasakannya. Ditambah lagi, kurangnya pengetahuan dan pengalaman mengenai kehamilan, wajar kalau Yuna tidak menyadarinya.Biasanya ketika pasien menyadarinya, mereka pun sudah mengandung beberapa bulan.Saat ditanya oleh Brandon, Yuna mengerutkan keningnya untuk berpikir. Sepertinya dia memang sudah tidak datang bulan selama 1 sampai 2 bulan. Hanya saja, berhubung Yuna sangat sibuk dalam beberapa waktu lalu, ditambah lagi datang bulannya memang tidak teratur, jadi Yuna juga tidak mempermasalahkannya.“Aku kira belakangan ini aku banyak tekanan. Aku nggak nyangka ….”“Kamu ceroboh sekali!” Brandon menyentil hidung Yuna dengan pelan. Jika bukan karena kondisi tidak memungkinkan, Brandon pasti sudah memukul bokong wanita ini.Yuna tidak tahu dirinya sedang hamil. Sakit pun tidak bersedia berobat ke rumah sakit. Dia ma
Kabar ini adalah sebuah hadiah yang tidak terduga bagi mereka berdua.Waktu itu, Yuna sempat khawatir jika Brandon tidak menyukai anak kecil. Jadi, mereka tidak memiliki anak untuk sementara waktu. Namun sekarang, Yuna tidak memiliki kekhawatiran seperti ini lagi.Masalah anak memang tergantung takdir dan tidak bisa dipaksakan. Dia akan datang secara tiba-tiba.“Sepertinya masalah resepsi harus dipercepat.” Yuna berbaring di tempat seolah-olah menyadari betapa pentingnya kondisi tubuhnya saat ini.Berhubung Yuna sudah mengandung, dia perlu istirahat dengan baik. Demi anak ini, dia juga mesti menjaga tubuhnya dengan baik.“Iya memang mesti dipercepat, tapi kamu nggak boleh turun tangan sendiri lagi. Kalau ada yang ingin kamu lakukan, kamu catat saja, lalu suruh bawahan yang kerjai. Kamu nggak boleh turun tangan sendiri lagi, kamu mengerti, ‘kan?” Sikap dominasi Brandon membuatnya terlihat semakin tampan lagi. Yuna tahu Brandon sedang memperhatikan kondisinya, dia pun mengangguk. “Siap!
Selesai berbicara, Steve langsung tertawa.Hanya saja, orang yang mendengar lelucon malah tidak tertawa. Si wanita mengedipkan matanya sambil menatap Steve dengan kebingungan. “Tapi aku nggak merasa dinding ini akan roboh dengan sekali senggol.”Steve kembali terdiam. Konon katanya, Keluarga Yukardi sudah bertahun-tahun mengasingkan diri di sebuah pulau. Jangan-jangan gara-gara terlalu lama tidak berhubungan dengan orang luar, otaknya jadi bermasalah?Steve hanya bisa menyindir dalam hati saja. Dia lalu mengiakan apa kata si wanita. “Iya, iya, benar apa katamu. Aku memang bodoh, aku sudah asal bicara.”Melihat sikap Steve, si wanita pun berkata dengan suara kecil, “Kamu juga nggak bodoh.”Suaranya memang tidak besar, hanya saja setiap patah kata terdengar jelas di telinga Steve. Dia seketika merasa sangat gembira. “Nona, bagaimana kesan pertamamu terhadapku?”Si wanita hanya menggigit bibirnya dan tidak berbicara. Entah dirinya sedang berpikir atau tidak ingin menjawab.Setelah menata