“Dua botol ini adalah sampel dari New Life dan VL. Kamu boleh coba hirup sendiri apa ada bedanya atau nggak,” ujar Yuna kepada Logan sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi supaya semua orang bisa melihatnya. “Terus kenapa kalau beda?” balas Logan, “Bahkan panitia juga sudah bilang kalau aroma dan bahannya mirip banget, memangnya apa yang bisa kamu buktiin dari ini?” “Aku bisa buktiin kenapa New Life yang menang, bukan VL. Bukannya tadi kamu bersikukuh bilang kalau aku yang nyuri produk kalian? Kalau memang begitu, pasti kedua botol ini ada bedanya, dan yang asli pasti lebih bagus secara kualitas. Karena kamu merasa ini nggak adil, ini kesempatan yang baik buat ngebuktiin tepat di hadapan para wartawan dan rekan satu industri kita.” Yuna terus menahan senyum tipisnya, dan suara dia berbicara juga terdengar sangat lemah lembut. Banyak orang yang bias terhadap Yuna karena kesalahan yang dia lakukan dulu, tapi sekarang, orang-orang tidak bisa mengeluarkan kritik apa-apa ketika dihad
Tak disangka, dia akan mengakuinya. Semua orang tercengang, termasuk Logan.“Kalau Pak Logan bersikeras mengatakan bahwa dari awal sampai akhir, First Love adalah produk yang dikembangkan oleh Bu Valerie, kalau Bu Valerie memang begitu paham dengan produk ini, bagaimana kalau Bu Valerie mengeceknya. Apa yang aku ubah dari formulanya? Aroma apa yang aku ubah?”“Aku …,” Wajah Valerie memucat. Dia hampir tidak pernah memasuki laboratorium dalam dua tahun terakhir ini. Kalaupun dia masih belum melupakan ilmu-ilmu dalam meracik parfum, setiap jenis parfum menggunakan formula dan bahan baku yang berbeda, bahkan berat bahan yang digunakan juga berbeda.Ketika parfum ini sedang dikembangkan, dia sedang bersenang-senang dengan Logan setiap harinya. Asalkan dia bisa mendapatkan hari pria itu, penghargaan dan piala mana lagi yang tidak bisa dia dapat? Apa dia harus memusingkan hal semacam itu setiap harinya?Dia tanpa sadar meremas sudut pakaian Logan, merapatkan bibirnya dan tidak mengatakan ap
Yuna diam-diam melirik Brandon, tetapi kemudian mendapati pria itu sedang memandanginya. Entah sejak kapan mata pria itu sudah tertuju ke arahnya.Wajahnya langsung memanas karena ketahuan melirik.“Kamu ada rencana apa lagi malam ini?”Jarak mereka begitu dekat, membuat Yuna merasa jantungnya seperti mau copot.Namun, sifat keras kepalanya tidak mau kalah dan membuatnya tidak ingin menghindari pandangan itu. Dia menatap mata hitam pria itu, mencoba sebaik mungkin untuk mempertahankan ekspresi tenang di wajahnya seraya berkata, “Kalau aku nggak salah ingat, malam ini adalah malam pernikahan kita. Menurutmu aku bisa punya rencana apa?”Dia berpura-pura santai, tetapi kedua tangannya menekan lututnya dengan terlalu keras, sehingga memperlihatkan betapa gelisahnya hatinya.Brandon menaikkan alis, sudut bibirnya sedikit melengkung naik, “Baguslah kalau begitu!”Pria itu menegakkan posisi duduknya, tetapi Yuna masih tidak bisa menghela napas lega meskipun rasa canggungnya sudah berkurang.T
Yuna sedikit gugup. Tangannya berada di kedua sisi tubuhnya dan tanpa sadar meremas seprai tempat tidur.Dia pernah melihat situasi ini di televisi atau novel. Dia gelisah.Brandon sangat peka, menyadari kegugupannya, menatap matanya yang tertutup rapat dan berkata, “Kalau kamu belum siap, kita bisa menunggu.”Yuna yang sedikit gemetaran tiba-tiba membuka matanya. Dia melihat ketulusan dan rasa hormat di mata pria itu.Perasaan disayangi ini menghangatkan hatinya. Dia menggelengkan kepalanya dan melepaskan genggaman tangannya dari seprai, lalu mengangkat tangannya dan melingkarkannya di leher pria itu, “Aku bisa melakukannya! Kamu lanjutkan saja ....”Dia membeku.Perasaan familier ini membuatnya langsung teringat akan hal itu. Tapi, tidak mungkin kebetulan seperti itu, kan!Sudah terlambat.Yuna meringkuk, meraih bantal di sampingnya untuk menutupi wajahnya. Dia rasanya ingin sekali menghilang dari dunia ini!Brandon juga langsung bereaksi ketika melihatnya seperti itu.Bara api di tu
Yuna menghampiri Brandon dengan patuh. Pria itu menoleh ke arah meja di sebelahnya dan mengangkat dagunya, “Minum itu dan pergilah tidur.”Dia pun mengikuti arah pandang pria itu dan melihat ada segelas air gula merah. Dia sangat kaget. Bisa-bisanya pria ini bisa menyiapkan dan memikirkan semua ini dalam waktu singkat. Dia mengulum bibirnya, mengambil gelas itu dengan patuh dan meneguknya sampai habis. Perutnya jadi hangat dan nyaman. Kemudian, dia duduk di tempat tidur dan langsung ingin tidur karena merasa sangat nyaman.Brandon menyetel lampu agar lebih redup, lalu menatapnya dan berkata, “Kenapa?”“Kamu nggak tidur?” tanya Yuna dengan ngantuk, tidak bisa menahan diri dan menguap.“Sebentar lagi,” jawab Brandon, “Kamu tidur dulu saja.”Setelah menyesuaikan posisi bantal dan menyelimuti Yuna, dia kembali duduk dan menyetel suhu pendingin ruangan. Kemudian, dia menyesap kopinya lagi.Yuna memperhatikan gerak-gerik pria itu sambil menahan rasa kantuknya. Cahaya lampu yang kuning menyi
Sarapan di hotel sangat beraneka ragam. Mereka berdua menikmati sarapan dengan santai, ditemani dengan sinar matahari yang masuk dari luar jendela. Suasananya sangat damai.“Aku ke kantor nanti, bakal lewat New Life, jadi aku sekaligus antar kamu,” ujar Brandon dengan ringan sambil mengoleskan mentega pada roti panggangnya.Yuna menyesap susunya dan menggelengkan kepalanya, “Nggak perlu, aku sore baru pergi ke New Life. Lagi pula, kita kan sudah sepakat, nggak mengumumkan ke publik dulu tentang ....”Brandon mendongak, dan kata "hubungan" tidak jadi keluar dari mulutnya.Brandon menyerahkan roti panggang yang sudah diolesi mentega pada Yuna, lalu berkata, “Jangan khawatir, aku tentu akan menepati apa yang sudah aku janjikan. Di New Life, hanya penanggung jawab tertinggi yang tahu kalau kamu direkrut oleh kantor pusat. Itu juga Frans yang mengurusnya, jadi mereka nggak tahu kalau ....”Kelopak matanya sedikit terangkat. Binar di matanya menyapu ke arah Yuna dengan santai, tapi tatapan i
“Kalau kamu nggak melarikan diri, kenapa kamu nggak pulang semalaman? Kamu tahu nggak aku itu sudah menunggumu semalaman?” Logan berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Aku yakin ada kesalahpahaman dengan apa yang terjadi kemarin. Aku nggak menyalahkan kamu. Kamu pulang. Kita bicarakan baik-baik, oke?”Setelah merenung sejenak, Yuna tersenyum dan berkata, “Oke. Sampai jumpa di kantor nanti.”Setelah menutup telepon, Yuna berjalan kembali ke meja makan. Brandon menatapnya dan bertanya, “Sudah mau pergi?”“Nggak buru-buru, kok.” Dia tersenyum, lalu kembali duduk dan memajukan kursinya ke depan.Suasana hatinya sedang baik, jadi nafsu makannya pun jadi bagus. Dia melanjutkan makannya dengan santai, “Lagi pula, bukan aku yang butuh. Untuk apa buru-buru.”Sudah berapa kali dia menunggu Logan selama ini? Akhirnya, giliran pria itu yang menunggunya sekarang.“Masalah kemarin itu, dia nggak akan tinggal diam.”Pria itu arogan dan sangat perhitungan, ditambah lagi dia sangat dipermalukan kemarin.
“Memang apa yang bisa mereka katakan padaku?”Yuna melepaskan diri dari tangan Logan dan berjalan mendekati Valerie, “Aku jadi ingin tahu. Menurutmu, apa yang akan mereka katakan padaku?”Valerie mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Yuna, “Gimana aku bisa tahu? Mereka yang mengatakannya padamu.”“Mereka ingin merekrutmu, jadi paling-paling mereka akan menjelek-jelekkan saingan mereka dan membuat diri mereka kelihatan baik. Yun ....”Valerie berhenti sejenak, sepertinya teringat akan sesuatu, “Apa jangan-jangan mereka menawarkan uang yang banyak padamu?”“Uang yang banyak? Uang seberapa banyak yang dianggap banyak?”Yuna mengejapkan matanya, seolah dia sama sekali tidak mengerti.Valerie merasa jijik melihatnya.“Dasar wanita bodoh, negosiasi harga saja tidak bisa. Sebenarnya bagaimana dia bisa terlibat dengan orang-orang dari New Life, sih?” pikir Valerie.Apa yang terjadi semalam itu, pasti ada seseorang yang membantu wanita ini merencanakannya dari belakang. Pasti ada orang ya