Tidak pernah ada orang yang mengatakan hal seperti ini sebelumnya. Jadi, kedua pramuniaga itu juga tidak tahu harus menjawab apa.Saat melihat ekspresi mereka yang agak kecewa, Yuna tahu mereka ingin melakukan penjualan besar. Dia pun berkata sambil tersenyum, “Untuk cincin berlian, yang model ini saja. Apa ada cincin pasangan untuk aku dan Tuan Brandon?”“Ada, ada!” Kedua pramuniaga itu buru-buru tersadar dan pergi mengambilnya.“Apa kamu benar-benar nggak mau beli yang lebih besar?” Saat Yuna berbicara tadi, Brandon tidak mengatakan apa-apa dan menghormati keputusannya. Setelah kedua pramuniaga itu pergi, Brandon menaruh rambut Yuna ke belakang telinganya dengan lembut dan berkata, “Apa yang dibilang mereka benar. Berlian yang semakin besar, nilai koleksinya juga semakin tinggi. Memangnya kamu nggak mau tambah beli beberapa cincin lagi?”Yuna menjulingkan matanya pada Brandon. Dia tahu Brandon hanya bercanda, tetapi tidak bisa menahan diri untuk tidak mencibir, “Buat apa aku simpan b
Yuna menunduk untuk melihat cincin itu dan merasakan sesuatu yang ajaib. Cincin kecil itu melingkari jarinya, tetapi terasa seolah-olah sudah mengikat hatinya juga. Yuna mengelus-elus tekstur cincin itu, lalu mendongak dan berkata sambil tertawa pelan, “Aku suka.”Setelah selesai memilih cincin, mereka pun berdiri dan hendak keluar dari ruang VIP. Brandon sudah memberikan kartunya kepada pramuniaga. Namun, Brandon harus menerima telepon dulu sebentar. Jadi, Yuna keluar terlebih dahulu. Di dalam toko masih ada orang lainnya yang sedang memilih perhiasan.“Ma, aku rasa model ini bagus juga. Nggak harus yang giok, ‘kan? Berlian juga bagus.”“Kalian yang masih muda mana ngerti. Emas ada harganya, tapi harga giok nggak ternilai. Semahal apa pun berlian, mana bisa dibandingkan dengan giok?” Suara orang tua itu terdengar tidak begitu senang.Bukannya Yuna mau memperhatikan mereka, tetapi kata-katanya itu sangat menusuk telinga. Ini pada dasarnya adalah toko perhiasan yang hanya menjual berlia
“Emm.” Wanita tua itu mendengus, lalu melihat ke arah Yuna yang ada di belakang Brandon dan berkata, “Kenapa? Nggak mau perkenalkan orang itu pada Nenek?”“Nenek bisa kenalan dengannya di resepsi pernikahan kami nanti.” Setelah berhenti sejenak, Brandon melanjutkan, “Lagian, kemampuan Nenek juga sangat luar biasa. Tanpa kuperkenalkan, Nenek juga sudah tahu dia siapa, ‘kan?”“Kamu ....” Amara, nenek Brandon itu langsung kesal. Tatapannya juga menjadi galak.Meskipun tidak mendengar apa yang dikatakan mereka, Yuna menyadari bahwa tatapan wanita tua itu sudah berubah menjadi lebih tajam lagi setelah berbicara dengan Brandon. Yuna bisa merasakan bahwa wanita tua itu sangat tidak menyukai, bahkan membencinya.“Brandon, kok ngomongnya begitu sama Nenek. Nenek juga hanya mengkhawatirkanmu.” Clara yang berada di samping menasihati Brandon, lalu bertanya, “Lagian, memangnya kamu sudah mau menikah? Kapan? Apa waktunya sudah ditentukan? Kenapa nggak pernah dengar kamu ungkit sebelumnya?”Brandon
Setelah beberapa saat, Yuna menggenggam tangan Brandon, seolah-olah ingin memberinya kehangatan. Brandon menoleh ke arahnya, lalu menggeleng dan berkata, “Aku nggak apa-apa.”“Aku tahu kok. Aku cuma pengen genggam tanganmu,” kata Yuna dengan agak manja sambil tersenyum tipis.Brandon membalas genggaman tangannya dan merasa hatinya yang gelisah sudah menjadi jauh lebih tenang. Dia menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, lalu berkata setelah sesaat, “Jangan khawatir, aku nggak bakal biarkan mereka melukaimu.”“Mereka?” Yuna berpikir sejenak, lalu langsung mengerti siapa “mereka” yang dimaksud Brandon. Kemudian, dia mengangguk dan berkata, “Aku percaya sama kamu.”Yuna tidak begitu mengerti tentang situasi Keluarga Setiawan. Lebih tepatnya, bahkan dunia luar dan media juga tidak memiliki laporan yang rinci mengenai Keluarga Setiawan. Keluarga besar ini sangat tertutup sehingga tidak ada orang luar yang bisa menyelidiki mereka.Yuna hanya mengetahui bahwa Brandon adalah anak keempat. Nam
Sepertinya, Brandon memang sama sekali tidak menaruh anggota Keluarga Setiawan dalam hati. Jadi, berhubung Brandon sudah berkata begitu, Yuna juga tidak akan membantah. “Oke, kalau begitu, kita atur saja masalah ini berdua.”Brandon agak terkejut setelah melihat reaksi Yuna dan berkata, “Aku kira kamu bakal menasihatiku untuk nggak berselisih sama keluargaku, atau bilang biar bagaimanapun, mereka itu tetap keluargaku dan semacamnya.”Sebelumnya, Brandon sudah sering mendengar nasihat semacam itu dari banyak orang. Sejak kecil, selalu ada kerabat atau teman yang menceramahinya dengan mengatakan bahwa ikatan keluarga sangat kuat. Bagaimanapun juga, Brandon harus berdamai dengan keluarganya, menghormati, mengerti, dan memaafkan mereka.Oleh karena itu, Brandon sudah mempersiapkan diri untuk mendengar Yuna mengatakan sesuatu seperti menikah harus mendapat restu dari keluarga dan sebagainya. Tak disangka, Yuna malah tidak mengatakan sepatah kata pun nasihat seperti itu.“Buat apa aku menasi
“Pak Edward, besok Bapak masih ada rapat dengan para eksekutif, bagaimana kalau kita menunda acara perayaannya? Mungkin setelah selesai rapat ….”Asisten ini dipilih Edward dari anak-anak magang perusahaan. Dia mengajukan permintaan kepada Cecilia, dan asisten ini menjadi miliknya.Tentu saja Edward memiliki pemikirannya sendiri. Dia sengaja memilih beberapa orang dari anak-anak magang, lalu mempromosikan mereka menjadi karyawan tetap. Dengan begitu, anak-anak ini tergolong di bawah pelatihannya. Seandainya terjadi perombakan susunan direksi, “orang-orang kepercayaannya” pun bisa menggantikan posisi-posisi penting di perusahaan.“Tunggu apa lagi? Apa kamu takut kemenangan di tangan akan menghilang?” Edward menepuk-nepuk pundak asistennya, lalu bertanya, “Apa kamu tidak bisa melihat situasi saat ini? Kalau semuanya berkembang seperti sekarang, departemen proyek kita akan menjadi pilar perusahaan. Apa kamu tidak percaya?”“Sudahlah, jangan takut-takut lagi! Sebelumnya aku bisa memilihmu
Saat berbicara, Logan mengintip ekspresi Cecilia, dia pun langsung menghentikannya. “Sepertinya dia merasa kemenangan sudah di tangannya.”“Jangan tertawakan dia lagi! Apa kamu juga merasa kemenangan ada di tanganmu?” Cecilia melanjutkan, “Jangan bilang aku nggak ingatin kamu, nggak peduli gimana pun caranya, pokoknya kamu harus awasi semua awak media dan paparazi yang sudah kita hubungi. Jangan sampai terjadi hal yang nggak diinginkan pada saat penting! Kamu mesti lebih waspada, jangan sampai menimbulkan masalah baru lagi.”“Kamu tenang saja, aku bisa menanganinya,” ucap Logan dengan percaya diri.Sepertinya Logan sudah kenyang, dia menepuk-nepuk tangannya, meletakkan garpu kembali ke atas piring. “Si Bodoh itu mengira dengan mempromosikan beberapa anak magang, dia pun bisa membentuk timnya sendiri? Lucu sekali!”“Bagus juga dia bisa punya pemikiran seperti ini. Itu berarti dia mengerti karyawan lama di perusahaan nggak mungkin bisa dimonopoli olehnya. Jadi, cara yang paling jitu adal
Malam harinya, di Wonder Club.Klub ini adalah klub malam terbesar dan termewah dengan fasilitas terlengkap dan pelayanan terunggul … serta harga termahal.Hanya saja, masalah harga sudah bukanlah masalah bagi Edward.Setelah melakukan reservasi satu ruangan VIP, dia memanggil semua “orang kepercayaannya” kemari. Beraneka jenis minuman alkohol diletakkan di atas meja. Sepertinya mereka semua tidak akan diizinkan pulang sebelum mabuk.“Hari ini aku mengajak semuanya ke sini untuk bersantai-santai sekalian ingin memberi semangat kepada semuanya. Kelak masa depan kita pasti akan cerah. Semua produk buatan kita akan terkenal dan habis terjual!"Edward mengangkat gelas alkoholnya, lalu berkata, “Belakangan ini semuanya sudah bekerja keras. Aku bersulang untuk kalian semua!”“Terima kasih, Pak Edward!” balas semua orang dengan serempak, lalu meneguk anggur di gelas mereka.Saat ini, seseorang berkata, “Aku percaya tidak lama lagi, Pak Edward pasti akan naik jabatan menjadi CEO perusahaan kit
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S