Yuna menunduk untuk melihat cincin itu dan merasakan sesuatu yang ajaib. Cincin kecil itu melingkari jarinya, tetapi terasa seolah-olah sudah mengikat hatinya juga. Yuna mengelus-elus tekstur cincin itu, lalu mendongak dan berkata sambil tertawa pelan, “Aku suka.”Setelah selesai memilih cincin, mereka pun berdiri dan hendak keluar dari ruang VIP. Brandon sudah memberikan kartunya kepada pramuniaga. Namun, Brandon harus menerima telepon dulu sebentar. Jadi, Yuna keluar terlebih dahulu. Di dalam toko masih ada orang lainnya yang sedang memilih perhiasan.“Ma, aku rasa model ini bagus juga. Nggak harus yang giok, ‘kan? Berlian juga bagus.”“Kalian yang masih muda mana ngerti. Emas ada harganya, tapi harga giok nggak ternilai. Semahal apa pun berlian, mana bisa dibandingkan dengan giok?” Suara orang tua itu terdengar tidak begitu senang.Bukannya Yuna mau memperhatikan mereka, tetapi kata-katanya itu sangat menusuk telinga. Ini pada dasarnya adalah toko perhiasan yang hanya menjual berlia
“Emm.” Wanita tua itu mendengus, lalu melihat ke arah Yuna yang ada di belakang Brandon dan berkata, “Kenapa? Nggak mau perkenalkan orang itu pada Nenek?”“Nenek bisa kenalan dengannya di resepsi pernikahan kami nanti.” Setelah berhenti sejenak, Brandon melanjutkan, “Lagian, kemampuan Nenek juga sangat luar biasa. Tanpa kuperkenalkan, Nenek juga sudah tahu dia siapa, ‘kan?”“Kamu ....” Amara, nenek Brandon itu langsung kesal. Tatapannya juga menjadi galak.Meskipun tidak mendengar apa yang dikatakan mereka, Yuna menyadari bahwa tatapan wanita tua itu sudah berubah menjadi lebih tajam lagi setelah berbicara dengan Brandon. Yuna bisa merasakan bahwa wanita tua itu sangat tidak menyukai, bahkan membencinya.“Brandon, kok ngomongnya begitu sama Nenek. Nenek juga hanya mengkhawatirkanmu.” Clara yang berada di samping menasihati Brandon, lalu bertanya, “Lagian, memangnya kamu sudah mau menikah? Kapan? Apa waktunya sudah ditentukan? Kenapa nggak pernah dengar kamu ungkit sebelumnya?”Brandon
Setelah beberapa saat, Yuna menggenggam tangan Brandon, seolah-olah ingin memberinya kehangatan. Brandon menoleh ke arahnya, lalu menggeleng dan berkata, “Aku nggak apa-apa.”“Aku tahu kok. Aku cuma pengen genggam tanganmu,” kata Yuna dengan agak manja sambil tersenyum tipis.Brandon membalas genggaman tangannya dan merasa hatinya yang gelisah sudah menjadi jauh lebih tenang. Dia menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, lalu berkata setelah sesaat, “Jangan khawatir, aku nggak bakal biarkan mereka melukaimu.”“Mereka?” Yuna berpikir sejenak, lalu langsung mengerti siapa “mereka” yang dimaksud Brandon. Kemudian, dia mengangguk dan berkata, “Aku percaya sama kamu.”Yuna tidak begitu mengerti tentang situasi Keluarga Setiawan. Lebih tepatnya, bahkan dunia luar dan media juga tidak memiliki laporan yang rinci mengenai Keluarga Setiawan. Keluarga besar ini sangat tertutup sehingga tidak ada orang luar yang bisa menyelidiki mereka.Yuna hanya mengetahui bahwa Brandon adalah anak keempat. Nam
Sepertinya, Brandon memang sama sekali tidak menaruh anggota Keluarga Setiawan dalam hati. Jadi, berhubung Brandon sudah berkata begitu, Yuna juga tidak akan membantah. “Oke, kalau begitu, kita atur saja masalah ini berdua.”Brandon agak terkejut setelah melihat reaksi Yuna dan berkata, “Aku kira kamu bakal menasihatiku untuk nggak berselisih sama keluargaku, atau bilang biar bagaimanapun, mereka itu tetap keluargaku dan semacamnya.”Sebelumnya, Brandon sudah sering mendengar nasihat semacam itu dari banyak orang. Sejak kecil, selalu ada kerabat atau teman yang menceramahinya dengan mengatakan bahwa ikatan keluarga sangat kuat. Bagaimanapun juga, Brandon harus berdamai dengan keluarganya, menghormati, mengerti, dan memaafkan mereka.Oleh karena itu, Brandon sudah mempersiapkan diri untuk mendengar Yuna mengatakan sesuatu seperti menikah harus mendapat restu dari keluarga dan sebagainya. Tak disangka, Yuna malah tidak mengatakan sepatah kata pun nasihat seperti itu.“Buat apa aku menasi
“Pak Edward, besok Bapak masih ada rapat dengan para eksekutif, bagaimana kalau kita menunda acara perayaannya? Mungkin setelah selesai rapat ….”Asisten ini dipilih Edward dari anak-anak magang perusahaan. Dia mengajukan permintaan kepada Cecilia, dan asisten ini menjadi miliknya.Tentu saja Edward memiliki pemikirannya sendiri. Dia sengaja memilih beberapa orang dari anak-anak magang, lalu mempromosikan mereka menjadi karyawan tetap. Dengan begitu, anak-anak ini tergolong di bawah pelatihannya. Seandainya terjadi perombakan susunan direksi, “orang-orang kepercayaannya” pun bisa menggantikan posisi-posisi penting di perusahaan.“Tunggu apa lagi? Apa kamu takut kemenangan di tangan akan menghilang?” Edward menepuk-nepuk pundak asistennya, lalu bertanya, “Apa kamu tidak bisa melihat situasi saat ini? Kalau semuanya berkembang seperti sekarang, departemen proyek kita akan menjadi pilar perusahaan. Apa kamu tidak percaya?”“Sudahlah, jangan takut-takut lagi! Sebelumnya aku bisa memilihmu
Saat berbicara, Logan mengintip ekspresi Cecilia, dia pun langsung menghentikannya. “Sepertinya dia merasa kemenangan sudah di tangannya.”“Jangan tertawakan dia lagi! Apa kamu juga merasa kemenangan ada di tanganmu?” Cecilia melanjutkan, “Jangan bilang aku nggak ingatin kamu, nggak peduli gimana pun caranya, pokoknya kamu harus awasi semua awak media dan paparazi yang sudah kita hubungi. Jangan sampai terjadi hal yang nggak diinginkan pada saat penting! Kamu mesti lebih waspada, jangan sampai menimbulkan masalah baru lagi.”“Kamu tenang saja, aku bisa menanganinya,” ucap Logan dengan percaya diri.Sepertinya Logan sudah kenyang, dia menepuk-nepuk tangannya, meletakkan garpu kembali ke atas piring. “Si Bodoh itu mengira dengan mempromosikan beberapa anak magang, dia pun bisa membentuk timnya sendiri? Lucu sekali!”“Bagus juga dia bisa punya pemikiran seperti ini. Itu berarti dia mengerti karyawan lama di perusahaan nggak mungkin bisa dimonopoli olehnya. Jadi, cara yang paling jitu adal
Malam harinya, di Wonder Club.Klub ini adalah klub malam terbesar dan termewah dengan fasilitas terlengkap dan pelayanan terunggul … serta harga termahal.Hanya saja, masalah harga sudah bukanlah masalah bagi Edward.Setelah melakukan reservasi satu ruangan VIP, dia memanggil semua “orang kepercayaannya” kemari. Beraneka jenis minuman alkohol diletakkan di atas meja. Sepertinya mereka semua tidak akan diizinkan pulang sebelum mabuk.“Hari ini aku mengajak semuanya ke sini untuk bersantai-santai sekalian ingin memberi semangat kepada semuanya. Kelak masa depan kita pasti akan cerah. Semua produk buatan kita akan terkenal dan habis terjual!"Edward mengangkat gelas alkoholnya, lalu berkata, “Belakangan ini semuanya sudah bekerja keras. Aku bersulang untuk kalian semua!”“Terima kasih, Pak Edward!” balas semua orang dengan serempak, lalu meneguk anggur di gelas mereka.Saat ini, seseorang berkata, “Aku percaya tidak lama lagi, Pak Edward pasti akan naik jabatan menjadi CEO perusahaan kit
“Emm … baik.” Setelah mendengar ucapan Edward, asisten pun kembali menelepon.Bagi Edward, selebritas-selebritas seperti mereka bisa bersikap begitu arogan juga karena masalah uang. Jika uang yang diberikan bisa memuaskan hati mereka, para selebritas itu pasti akan tunduk juga.Para karyawan bermain sambil meneguk alkohol. Beberapa menit kemudian, asisten kembali memasuki ruangan. “Pak Edward, seharusnya memang bukan alasannya saja. Aku sudah menyampaikan semua yang Bapak katakan tadi, hanya saja dia kirim ini ….”Selesai berbicara, asisten menyodorkan ponselnya ke hadapan Edward.Edward melirik sekilas dan gelas di tangannya hampir saja jatuh. “Ehh … apa-apaan ini?!”“Katanya dia alergi, sedang dirawat di rumah sakit. Dia takut Bapak nggak percaya, jadi dia sengaja kirim foto setengah wajahnya untuk diperlihatkan kepada Bapak.”Meski hanya terlihat salah satu bagian pipi saja, dapat terlihat jelas bentol-bentol merah yang mengerikan di wajahnya. Pantas saja, Edward hampir menjatuhkan