Saat Brandon membawa Yuna untuk memilih cincin pernikahan, semuanya terlihat seperti sudah diatur sebelumnya. Begitu masuk ke toko, mereka langsung dibawa ke ruang VIP. Kemudian, dua pramuniaga langsung membawa masuk dua nampan yang berisi lebih dari sepuluh macam cincin berlian.“Tuan, Nyonya, silakan dipilih.”Yuna melirik Brandon sekilas, lalu melihat cincin yang ada di hadapannya. Di bawah cahaya lampu, berlian-berlian itu sangat berkilau.“Ayo pilih.” Brandon berkata, “Aku cuma suruh mereka menyisihkan cincin model terbaru dan terunik. Aku nggak buat keputusan apa pun untukmu kok.”Yuna melirik semua cincin di atas nampan. Bisa dibilang selain perbedaan besar dan kecil batu berlian, semua model cincin itu lebih kurang hampir sama.“Jari Nyonya Yuna ramping dan panjang, kulitnya juga sangat putih. Kalau pakai cincin berlian warna merah muda pasti sangat bagus.” Seorang pramuniaga berjongkok di hadapan mereka, lalu berinisiatif untuk memberi rekomendasi. “Cincin berlian merah muda i
Tidak pernah ada orang yang mengatakan hal seperti ini sebelumnya. Jadi, kedua pramuniaga itu juga tidak tahu harus menjawab apa.Saat melihat ekspresi mereka yang agak kecewa, Yuna tahu mereka ingin melakukan penjualan besar. Dia pun berkata sambil tersenyum, “Untuk cincin berlian, yang model ini saja. Apa ada cincin pasangan untuk aku dan Tuan Brandon?”“Ada, ada!” Kedua pramuniaga itu buru-buru tersadar dan pergi mengambilnya.“Apa kamu benar-benar nggak mau beli yang lebih besar?” Saat Yuna berbicara tadi, Brandon tidak mengatakan apa-apa dan menghormati keputusannya. Setelah kedua pramuniaga itu pergi, Brandon menaruh rambut Yuna ke belakang telinganya dengan lembut dan berkata, “Apa yang dibilang mereka benar. Berlian yang semakin besar, nilai koleksinya juga semakin tinggi. Memangnya kamu nggak mau tambah beli beberapa cincin lagi?”Yuna menjulingkan matanya pada Brandon. Dia tahu Brandon hanya bercanda, tetapi tidak bisa menahan diri untuk tidak mencibir, “Buat apa aku simpan b
Yuna menunduk untuk melihat cincin itu dan merasakan sesuatu yang ajaib. Cincin kecil itu melingkari jarinya, tetapi terasa seolah-olah sudah mengikat hatinya juga. Yuna mengelus-elus tekstur cincin itu, lalu mendongak dan berkata sambil tertawa pelan, “Aku suka.”Setelah selesai memilih cincin, mereka pun berdiri dan hendak keluar dari ruang VIP. Brandon sudah memberikan kartunya kepada pramuniaga. Namun, Brandon harus menerima telepon dulu sebentar. Jadi, Yuna keluar terlebih dahulu. Di dalam toko masih ada orang lainnya yang sedang memilih perhiasan.“Ma, aku rasa model ini bagus juga. Nggak harus yang giok, ‘kan? Berlian juga bagus.”“Kalian yang masih muda mana ngerti. Emas ada harganya, tapi harga giok nggak ternilai. Semahal apa pun berlian, mana bisa dibandingkan dengan giok?” Suara orang tua itu terdengar tidak begitu senang.Bukannya Yuna mau memperhatikan mereka, tetapi kata-katanya itu sangat menusuk telinga. Ini pada dasarnya adalah toko perhiasan yang hanya menjual berlia
“Emm.” Wanita tua itu mendengus, lalu melihat ke arah Yuna yang ada di belakang Brandon dan berkata, “Kenapa? Nggak mau perkenalkan orang itu pada Nenek?”“Nenek bisa kenalan dengannya di resepsi pernikahan kami nanti.” Setelah berhenti sejenak, Brandon melanjutkan, “Lagian, kemampuan Nenek juga sangat luar biasa. Tanpa kuperkenalkan, Nenek juga sudah tahu dia siapa, ‘kan?”“Kamu ....” Amara, nenek Brandon itu langsung kesal. Tatapannya juga menjadi galak.Meskipun tidak mendengar apa yang dikatakan mereka, Yuna menyadari bahwa tatapan wanita tua itu sudah berubah menjadi lebih tajam lagi setelah berbicara dengan Brandon. Yuna bisa merasakan bahwa wanita tua itu sangat tidak menyukai, bahkan membencinya.“Brandon, kok ngomongnya begitu sama Nenek. Nenek juga hanya mengkhawatirkanmu.” Clara yang berada di samping menasihati Brandon, lalu bertanya, “Lagian, memangnya kamu sudah mau menikah? Kapan? Apa waktunya sudah ditentukan? Kenapa nggak pernah dengar kamu ungkit sebelumnya?”Brandon
Setelah beberapa saat, Yuna menggenggam tangan Brandon, seolah-olah ingin memberinya kehangatan. Brandon menoleh ke arahnya, lalu menggeleng dan berkata, “Aku nggak apa-apa.”“Aku tahu kok. Aku cuma pengen genggam tanganmu,” kata Yuna dengan agak manja sambil tersenyum tipis.Brandon membalas genggaman tangannya dan merasa hatinya yang gelisah sudah menjadi jauh lebih tenang. Dia menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, lalu berkata setelah sesaat, “Jangan khawatir, aku nggak bakal biarkan mereka melukaimu.”“Mereka?” Yuna berpikir sejenak, lalu langsung mengerti siapa “mereka” yang dimaksud Brandon. Kemudian, dia mengangguk dan berkata, “Aku percaya sama kamu.”Yuna tidak begitu mengerti tentang situasi Keluarga Setiawan. Lebih tepatnya, bahkan dunia luar dan media juga tidak memiliki laporan yang rinci mengenai Keluarga Setiawan. Keluarga besar ini sangat tertutup sehingga tidak ada orang luar yang bisa menyelidiki mereka.Yuna hanya mengetahui bahwa Brandon adalah anak keempat. Nam
Sepertinya, Brandon memang sama sekali tidak menaruh anggota Keluarga Setiawan dalam hati. Jadi, berhubung Brandon sudah berkata begitu, Yuna juga tidak akan membantah. “Oke, kalau begitu, kita atur saja masalah ini berdua.”Brandon agak terkejut setelah melihat reaksi Yuna dan berkata, “Aku kira kamu bakal menasihatiku untuk nggak berselisih sama keluargaku, atau bilang biar bagaimanapun, mereka itu tetap keluargaku dan semacamnya.”Sebelumnya, Brandon sudah sering mendengar nasihat semacam itu dari banyak orang. Sejak kecil, selalu ada kerabat atau teman yang menceramahinya dengan mengatakan bahwa ikatan keluarga sangat kuat. Bagaimanapun juga, Brandon harus berdamai dengan keluarganya, menghormati, mengerti, dan memaafkan mereka.Oleh karena itu, Brandon sudah mempersiapkan diri untuk mendengar Yuna mengatakan sesuatu seperti menikah harus mendapat restu dari keluarga dan sebagainya. Tak disangka, Yuna malah tidak mengatakan sepatah kata pun nasihat seperti itu.“Buat apa aku menasi
“Pak Edward, besok Bapak masih ada rapat dengan para eksekutif, bagaimana kalau kita menunda acara perayaannya? Mungkin setelah selesai rapat ….”Asisten ini dipilih Edward dari anak-anak magang perusahaan. Dia mengajukan permintaan kepada Cecilia, dan asisten ini menjadi miliknya.Tentu saja Edward memiliki pemikirannya sendiri. Dia sengaja memilih beberapa orang dari anak-anak magang, lalu mempromosikan mereka menjadi karyawan tetap. Dengan begitu, anak-anak ini tergolong di bawah pelatihannya. Seandainya terjadi perombakan susunan direksi, “orang-orang kepercayaannya” pun bisa menggantikan posisi-posisi penting di perusahaan.“Tunggu apa lagi? Apa kamu takut kemenangan di tangan akan menghilang?” Edward menepuk-nepuk pundak asistennya, lalu bertanya, “Apa kamu tidak bisa melihat situasi saat ini? Kalau semuanya berkembang seperti sekarang, departemen proyek kita akan menjadi pilar perusahaan. Apa kamu tidak percaya?”“Sudahlah, jangan takut-takut lagi! Sebelumnya aku bisa memilihmu
Saat berbicara, Logan mengintip ekspresi Cecilia, dia pun langsung menghentikannya. “Sepertinya dia merasa kemenangan sudah di tangannya.”“Jangan tertawakan dia lagi! Apa kamu juga merasa kemenangan ada di tanganmu?” Cecilia melanjutkan, “Jangan bilang aku nggak ingatin kamu, nggak peduli gimana pun caranya, pokoknya kamu harus awasi semua awak media dan paparazi yang sudah kita hubungi. Jangan sampai terjadi hal yang nggak diinginkan pada saat penting! Kamu mesti lebih waspada, jangan sampai menimbulkan masalah baru lagi.”“Kamu tenang saja, aku bisa menanganinya,” ucap Logan dengan percaya diri.Sepertinya Logan sudah kenyang, dia menepuk-nepuk tangannya, meletakkan garpu kembali ke atas piring. “Si Bodoh itu mengira dengan mempromosikan beberapa anak magang, dia pun bisa membentuk timnya sendiri? Lucu sekali!”“Bagus juga dia bisa punya pemikiran seperti ini. Itu berarti dia mengerti karyawan lama di perusahaan nggak mungkin bisa dimonopoli olehnya. Jadi, cara yang paling jitu adal
Saat Rainie bilang begitu, ekspresi yang terlihat di wajah Fred langsung berubah menjadi serius.“Ikut aku!” katanya.Rainie terus berjalan mengikuti Fred, mereka masih berada di lantai yang sama, tetapi mereka masuk ke sebuah ruangan lain. Selagi Rainie menutup kembali pintu ruangan itu, Fred duduk dan bertanya padanya, “Obat yang tadi kamu bilang itu maksudnya obat yang bisa bikin badan jadi nggak kelihatan?”“Iya! Tadi aku baru dapat kabar, kemungkinan dalam dua hari ini aku bisa dapat resepnya. Bukanya aku nggak mau kerja di lab, tapi aku takut kelewatan informasi penting.”“HP-mu ada di sini,” kata Fred. “Kalau ada apa-apa, aku bakal kasih tahu kamu segera.”“Tapi …,” Rainie berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada bicara yang pelan, “Cuma aku yang bisa mengendalikan pikirannya. Dia cuma mendengar perintahku. Aku takut kalau bukan aku, nanti bakal berpengaruh ke hipnotisnya. Bisa saja dia jadi sadar dan aku gagal dapat resepnya.”“Rainie, kamu sudah berani mengancamku, ya?”Se
“….”Berbagai macam protes dapat mereka dengar di sana. Rianie juga mengernyit tidak menyangka dia akan dipanggil secara tiba-tiba begini. Namun, Fred mengangkat kedua tangannya meminta mereka semua untuk tetap tenang, lalu dia berbicara, “Karena eksperimen ini sangat rumit dan mudah terjadi kesalahan, jadi mulai sekarang kalian semua harus bersiap-siap yang baik. Alasan lainnya … aku pernah bilang aku paling nggak suka dikhianati, dan orang yang bermulut ember. Jadi untuk menjamin keberhasilan eksperimen ini, tolong kerja sama dari kalian semua. Tapi jangan khawatir, soal kebutuhan dasar seperti makan dan minum pasti sudah kusiapkan. Tapi dengan syarat, semua perangkat komunikasi akan kusita sebentar!”Begitu Fred selesai berbicara, langsung ada orang yang maju dan menyerahkan semua barang bawaannya. Ponsel Rainie juga tentunya disita. Sebenarnya, sebelum ini pun, semua yang masuk ke lab tidak diperkenankan untuk membawa perangkat komunikasi apa pun, jadi kebanyakan yang disita kali i
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam
“Apa maksudmu?” tanya Fred.“Ingat, sebesar apa pun otoritas yang kedutaan punya, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk sama hukum negara setempat. Hilangnya aku mungkin nggak begitu dipedulikan sama negara, tapi beda cerita dengan guruku. Guruku ini sangat dihormati banyak orang dan sudah banyak pejabat tinggi negara yang pernah dia tolong. Cuma menghilang satu atau dua hari saja mungkin belum ada yang sadar, tapi lama-lama pasti ada orang yang melapor ke polisi. Tinggal kita lihat saja bakal sebesar apa kehebohannya. Apa nanti kamu masih bisa menjalankan eksperimen kamu dengan tenang?”Kalimat terakhir memberikan dampak yang sangat serius terhadap Fred. Eksperimen itulah yang sangat dia pedulikan di antara banyak hal lainnya.“Kamu pikir aku takut sama pemerintah kalian yang nggak bisa kerja itu?”“Ha, kalau nggak takut, kenapa kamu harus sembunyi-sembunyi begini? Lagi pula mereka bukan pejabat yang nggak bisa kerja. Kalau kamu masih nggak mau membebaskan guruku, tunggu saja. Nanti
“Oh, jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar intinya cuma itu,” ujar Yuna sembari bersandar ke belakang dan kedua tangan bersila di depan adanya. “Bukannya kamu selalu bilang kamu yang paling hebat? Kenapa cuma catatan eksperimen saja kamu nggak bisa?”“Nggak usah congkak, itu juga bukan hasil jerih payahmu sendiri saja, tapi seluruh ilmuwan yang ada di lab kita dulu,” ucap Rainie menepis. “Waktu itu kamu yang bawa pergi catatannya dan database lab juga sudah rusak. Daripada kamu mati tanpa mewariskan apa-apa, mending kasih aku saja, biar aku yang memanfaatkannya!”Rainie sangat menginginkan catatan itu, tetapi di tahu catatan itu masih dipegang oleh Yuna, dan Yuna jelas tidak akan semudah itu memberikannya kepada orang lain, apalagi Rainie. Catatan eksperimen itu akan sangat berguna sebagai fondasi bagi eksperimen lain di masa depan. Rainie mana rela membiarkan Yuna menyimpan itu untuk dirinya sendiri saja. Sekarang mau tidak mau Rainie mengancamnya dengan membawa-bawa nama Brandon