Valerie berdeham dan melegakan kerongkongannya sejenak kemudian berkata, “Maksudku, nggak ada yang salah dari komposisinya! Berarti semua ini bukan salahku!”Setelah itu dia menatap penanggung jawab pabrik dan berkata, “Setiap barang yang dikeluarkan dari laboratorium pasti dibuat dengan ketat sesuai komposisi resep. Kalau ada kendala, seharusnya dari dulu sudah muncul, kenapa harus terjadi sekarang? Jadi seharusnya masalahnya bukan muncul dari tim laboratorium, pastinya dari kalian! Coba kamu cari tahu apakah campurannya yang salah.”“Atau mungkin ada tahap yang keliru dari karyawan pabrik? Jangan bisanya melempar tanggung jawab saja!”“Bu Valerie, jangan berbicara seperti itu, siapa yang sedang melempar tanggung jawab? Kami hanya menemukan masalah dan langsung melaporkannya pada Pak Logan secepat mungkin. Kami juga ingin sekali mengetahui penyebab dari masalah ini.”“Sekarang kami juga sudah melakukan pengecekan dan seharusnya timbul dari minyak esensial. Kalau Ibu merasa nggak, Ibu
Saat perjalanan pulang, Logan meminta Valerie untuk mengumpulkan seluruh karyawan yang ada di laboratorium. Keesokan paginya, sudah banyak orang yang mulai berlalu lalang dan tampak sibuk. Padahal langit belum terang, tetapi tidak tahu apa yang sedang mereka kerjakan. Yang pasti raut tegang terlihat menghiasi wajah mereka satu per satu.Valerie langsung menghilangkan ekspresi malasnya ketika menyadari seberapa gawat situasi yang sedang mereka hadapi. Dia mulai menganalisis minyak esensial yang dibawa kembali dari pabrik. Perempuan itu mulai membandingkannya dengan setiap komposisi yang tertulis dan mulai memerhatikannya dengan saksama.Dia tidak mengerti kenapa hasilnya bisa berbeda begitu jauh. Valerie memang sudah dua tahun ini tidak begitu serius dalam melakukan pekerjaannya, tetapi ilmu dasarnya tetap masih ada. Dia berani jamin bahwa setiap komposisi dari minyak yang dia buat ini tidak ada masalah. Kalau begitu di mana letak masalahnya?Logan tidak memberi tahu karyawan yang ada d
Stella melihatnya kemudian melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya sambil berkata, “Masih pagi, kok, aku nggak telat!”“Perusahaan mengumumkan seluruh karyawan laboratorium untuk segera kumpul! Kamu ke mana saja?” geram Logan dengan wajah yang tampak memerah.“Aku tidur di rumah,” jawab Stella dengan jujur.“Pengumuman apa? Aku nggak ada lihat! Lagian di luar jam kerja aku nggak pernah lihat pengumuman tentang pekerjaan,” tambah perempuan itu lagi.“Kamu masih beralasan? Sekarang semua orang sedang berjuang untuk perusahaan, kamu lihat sikap kamu sendiri! Jangan pikir karena kamu senior aku nggak akan memberikan kamu sanksi! Aku rasa sepertinya karena dulu Yuna ….” Ucapan Logan terhenti seketika. Nama Yuna sudah menjadi kata terlarang di kantornya.“Sudahlah, kamu ke laboratorium dan lihat minyak esensial yang di dalam sana ada bedanya nggak sama yang dulu. Apakah ada perbedaan di salah satu komposisinya. Setelah semuanya selesai, aku nggak akan memperpanjang masalah
“Boleh juga!” jawab Logan.Lelaki itu menghubungi Yuna dengan menggunakan ponsel milik orang lain. Hanya dengan cara seperti itu baru bisa bicara dengan perempuan itu. Yuna sudah memblokir nomornya dan juga Valerie.Saat sambungan telepon terhubung, Yuna baru saja keluar dari laboratorium dengan semua data hasil yang tergenggam di tangannya. Semua data ditulis secara rinci dan juga rapi. Yuna hanya perlu menyerahkannya pada Edith, lagi-lagi dia menyelesaikannya lebih awal.Baginya, semua ini memang bukan sebuah kendala ataupun kesulitan karena bakatnya memang ada di bidang ini. Selama sekian tahun ini dia selalu menghabiskan waktunya di laboratorium dan sudah menjadi salah satu kebiasaannya.Karena pekerjaannya yang sedikit khusus, di laboratorium menyediakan kamar mandi khusus untuk mereka membersihkan diri. Setelah Yuna selesai mandi dan mengganti pakaiannya, dia mengeringkan rambutnya. Tiba-tiba gerakannya terhenti karena nada dering dari ponselnya.“Siapa?” tanya Yuna sambil sibuk
“Terima kasih,” ujar dia penuh sopan.Pekerjaannya memang selesai dengan hasil yang lumayan bagus dan dia merasa tidak perlu merendah diri. Yuna sendiri juga cukup percaya dengan kemampuannya sendiri. Melihat kepercayaan diri Yuna membuat ekspresi Edith yang angkuh akhirnya luluh dan seulas senyum terbit di sana.Perempuan itu menyandarkan tubuhnya di lemari kemudian memandangi Yuna sambil berkata, “Sejujurnya, aku selama ini selalu merasa kamu yang plagiat.”Yuna hanya mengangkat alisnya tanpa mencoba membela diri.Sebenarnya tanpa perlu Edith jujur padanya, Yuna sendiri sudah tahu kalau sedari awal perempuan itu tidak pernah percaya dengannya ditambah sinis terhadap dirinya. Tatapannya tertulis dengan jelas bahwa Yuna adalah seorang plagiat dan pencuri.Dulu dia tidak berusaha menjelaskan karena penjelasan tanpa bukti kuat tidak akan ada artinya. Hanya kemampuan dan waktu yang bisa membuktikan dirinya sendiri. Melihat Yuna yang diam dan tidak menjawabnya, Edith kembali melanjutkan uc
Yuna hanya tertawa kecil saja tanpa bicara apa pun, sedangkan Edith juga tidak bertanya lagi.“Sudahlah, main rahasia-rahasiaan! Karena kamu begitu misterius, aku nggak mau jadi supirmu lagi. Aku pergi dulu, hati-hati, ya!”Yuna mengangguk dan berpisah dengan Edith di depan pintu gedung. Edith berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobilnya. Ketika dia melintas di depan pintu gerbang, matanya sengaja melirik sekilas dan melihat Yuna masih berdiri di sana.Dia baru saja hendak bertanya, tetapi pemandangan Yuna yang berlari ke arah depan membuatnya mengurungkan niatnya. Karena penasaran, Edith melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan dan melihat perempuan itu berhenti di depan sebuah mobil hitam.Pintu mobil terbuka dan sosok itu masuk ke dalam. Setelah itu mobil berjalan dengan membawa sosok Yuna di dalamnya. Edith tidak bisa melihat orang yang ada di dalam mobil hitam tersebut dan tidak tahu bagaimana raut orang itu.“Ck! Dasar penasaranan sekali jadi orang!” umpat Edith sambil meng
Yuna tidak menebak bahwa Brandon akan mengecupnya. Kedua bola matanya melebar dan memandangi wajah yang ada di depannya ini. Boleh tidak lain kali dia kasih kode dulu?!Awalnya Brandon hanya iseng saja, tetapi dia tenggelam ketika menyentuh bibir perempuan itu. Kecupan panas tersebut berakhir setelah berlalu cukup lama. Yuna menjatuhkan kepalanya di bahu Brandon dengan napas tidak teratur hingga membuat lelaki itu terkekeh kecil.Tangan lelaki itu menepuk punggung Yuna agar napasnya bisa kembali teratur sambil berkata, “Kamu harus belajar bernapas.”Setiap mereka berciuman, Yuna selalu menahan napasnya hingga dia nyaris pingsan kehabisan oksigen. Tetapi hal ini juga menunjukkan bahwa Yuna memang tidak memiliki pengalaman dalam hal berciuman. Brandon cukup terkejut dan juga bahagia ketika mengetahui hal ini.Apakah akal sehatnya Logan sudah rusak? Dia memiliki harta berharga tetapi justru tidak mencoba menghargainya sama sekali. Tapi hal ini juga yang membuat dirinya tidak begitu benci
“Perlu aku temani?” tanya Brandon setelah melihat perempuan itu mematikan sambungan teleponnya.“Nggak perlu,” jawab Yuna sambil menggelengkan kepalanya.“Tenang saja, aku sendiri bisa menghadapi mereka. Tapi aku mau pinjam orangmu,” lanjut perempuan itu lagi.“Oh?”Tempat janjian Logan untuk bertemu dengan Yuna jatuh pada sebuah kafe yang cukup sepi. Logan dan Valerie datang lebih awal dan sibuk memandangi jalan di depan pintu masuk dengan lekat. Saat mereka melihat sosok Yuna berjalan masuk, Logan secara refleks hendak bangkit berdiri.Jika bukan karena ditahan oleh Valerie, kemungkinan lelaki itu sudah akan menyambut Yuna di depan pintu masuk. Tarikan Valerie membuat Logan tersadar dengan apa yang akan dia lakukan. Meski kali ini pertemuan mereka ada maksud lain, masih belum bisa dipastikan siapa pihak yang menang atau kalah.Di tangannya juga masih ada banyak sekali bukti, dia tidak perlu memohon-mohon pada Yuna. Sebaliknya, seharusnya dia yang mengancam perempuan itu. Pemikiran te