“Aku tanya apa pelakunya itu kamu atau bukan!” Yuna mengulurkan tangannya untuk mencengkeram kerah baju Dylan, lalu menariknya berdiri dari lantai. Dia memelototi Dylan dengan marah.Clinton yang berada di samping pun terkejut karena tidak menyangka Yuna memiliki kekuatan sebesar itu. Baru saja dia hendak berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia mencari ke sekeliling dan melihat ponselnya sudah terjatuh di halaman saat bertarung tadi. Dia pun berjalan ke sana dan memungut ponselnya. Selain layar yang sedikit retak, ponselnya masih berfungsi dengan baik. Dia pun menekan tombol jawab dan berkata, “Halo?”Clinton tidak tahu siapa yang meneleponnya. Setelah mendengar kata-kata orang itu, ekspresinya langsung berubah drastis. Dia juga melirik ke arah Yuna.Dylan merasa sedikit sesak karena cengkeraman Yuna di kerah bajunya. Dia berkata dengan terengah-engah, “Aku nggak nyangka rencana yang sudah lama kurencanakan ini ternyata bakal gagal gara-gara kamu. Kalau tahu begitu, seharusnya du
Setelah itu, Yuna pun kembali ke hotel. Dalam beberapa hari terakhir, sudah ada begitu banyak hal yang terjadi di Keluarga Tanoto. Dia merasa kediaman Keluarga Tanoto penuh dengan kenangan masa kecilnya. Selain itu, dia juga masih bisa melihat bayangan Gideon di mana-mana. Tinggal di sana hanya akan membuatnya sedih.Sebelumnya, Yuna mengira bahwa ada jarak di antara dirinya dengan Gideon dan hubungan mereka tidak begitu dekat. Setelah Gideon meninggal, dia baru menyadari betapa dirinya merindukan kakeknya itu.Orang tua Yuna sudah meninggal sejak dia masih kecil. Jadi, dia tumbuh besar di bawah asuhan Gideon. Keluhannya terhadap Gideon juga timbul hanya karena dia merasa Gideon terlalu keras terhadap dirinya. Setelah dewasa, dia baru mengerti bahwa semua yang dilakukan Gideon adalah untuk kebaikannya sendiri.Tanpa seni bela diri yang dikuasai Yuna, mungkin dia sudah terluka beberapa kali. Namun, Gideon sudah tidak bisa kembali. Dia tidak berhenti mengatakan mau membalaskan dendam kak
Saat melihat lengannya yang putih dan kurus, Yuna sendiri juga merasa bahwa dia terlihat tidak bertenaga. Jadi, energi yang meledak dari tubuhnya tadi juga mengejutkannya.Saat itu, situasinya sangat mendesak. Orang lainnya belum tentu menyadari apa yang sudah terjadi. Hanya Yuna sendiri yang paling jelas saat bertarung dengan Black tadi, posisinya sebenarnya sangat tidak menguntungkan.Meskipun sudah berlatih seni bela diri sejak kecil, dia hanya berlatih cara untuk melindungi diri dan juga dipaksa untuk belajar. Jadi, dia sendiri juga sebenarnya kurang jelas mengenai seberapa besar kekuatan yang dimilikinya.Sampai sekarang, Yuna hanya pernah bertarung dengan Clinton dan murid-murid lainnya. Pertarungan mereka juga hanya sampai siapa yang bisa terlebih dahulu menyentuh lawannya. Jadi, dia juga tidak merasa dirinya sangat hebat. Selama kuliah, dia juga tidak begitu banyak berlatih.Terakhir kali Yuna bertindak adalah saat dia diculik di Prancis. Pada saat itu, dia sendiri juga terkeju
“Kalau aku begitu menakutkan, apa kamu nggak takut harus berhadapan denganku tiap hari?” tanya Brandon dengan ekspresi yang sengaja dibuat galak sambil menarik pinggang Yuna mendekat.Saat melihat ekspresi Brandon, Yuna malah tertawa makin keras. Kegundahan dan kesedihannya terasa seperti sudah lumayan terangkat. “Takut apa? Takut kamu memakanku?”“Memangnya kamu nggak takut?” Brandon meremas dagu Yuna sambil mendengus.“Nggak!” Yuna menggeleng, lalu mengecup bibir Brandon dan berbisik, “Lagian, kamu sudah pernah melakukannya, ‘kan?”Brandon pun terdiam. Jelas-jelas Yuna yang menggodanya, tetapi Yuna juga yang malah tersipu. Brandon benar-benar ingin langsung menelannya sekarang juga.Setelah menenangkan diri sejenak, Brandon hanya mencium dahi Yuna, lalu berkata, “Membunuh orang itu gampang. Kadang, hidup jauh lebih menyiksa daripada mati.”Setelah mendengar ucapan Brandon, Yuna pun terdiam. Benar juga, Dylan sangat ambisius. Jika mereka mengurung dan tidak mengizinkan Dylan untuk men
“Akhir-akhir ini, aku sudah dengar beberapa hal mengenai masalah proyek baru itu. Performamu lumayan juga.” Terdengar suara Daniel dari dalam ruang baca. Nadanya terdengar lega dan puas. “Nggak sia-sia aku sudah berusaha keras untuk membawamu pulang.”Di luar ruang baca, Cecilia menghentikan langkahnya dan tanpa sadar menahan napas agar tidak menarik perhatian orang di dalam ruang baca.“Ayah, aku sudah bilang kalau aku nggak bakal mengecewakanmu!” jawab Edward dengan bangga. Dia berkata dengan yakin, “Gimanapun juga, aku ini lulusan administrasi bisnis dan juga mahasiswa berprestasi. Tunggu saja! Aku pasti bisa capai prestasi dan membuat para eksekutif perusahaan terkesan.”Saat mendengar ucapan Edward, Cecilia hampir tertawa. Terlepas dari bualannya tentang mahasiswa berprestasi, bahkan gelarnya juga didapatkan dari uang yang dikeluarkan ayahnya untuk mengirimnya ke luar negeri. Bahkan jika dia benar-benar adalah mahasiswa berprestasi, praktik langsung dan menghadapi kerumitan pasar
“Ibu, kapan kamu pulangnya?” tanya Cecilia setelah masuk dan menutup pintu kamar.“Baru saja,” jawab Tania dengan santai. Dia berjalan ke rak alkohol, lalu mengeluarkan sebotol anggur merah dan mengambil dua buah gelas. Setelah itu, dia baru duduk di kursi bar dan mengisyaratkan putrinya untuk duduk di seberangnya. Kemudian, dia membuka botol anggur merah dan mengisi kedua gelas itu.Cecilia pun duduk, lalu mengambil salah satu gelas yang sudah diisi dengan anggur merah. Dia tidak terburu-buru menyesapnya, melainkan menggoyang gelas dengan pelan dan menyaksikan cairan merah itu bergerak melalui gelas yang transparan.“Ibu, kamu sudah banyak menderita selama ini,” ucap Cecilia.“Yang menderita bukan cuma aku.” Berlawanan dengan Cecilia, Tania langsung menghabiskan anggur merah dalam gelasnya. Dia mencengkeram gelas itu, lalu menatapnya sambil merenung. “Maafkan Ibu yang nggak punya kemampuan.”“Ibu, jangan bilang kayak gitu!” Cecilia menepuk-nepuk bahu Tania, lalu berkata dengan santai,
“Ibu, jangan marah lagi. Wanita itu cuma bisa sombong untuk sesaat. Jangan harap dia bisa mendapatkan statusmu seumur hidupnya!” ucap Cecilia dengan tatapan yang tajam.Tania pun terkejut dan bertanya, “Cecilia, apa yang mau kamu lakukan? Jangan menyentuhnya, kamu juga tahu kalau ayahmu ....”Dengan kemampuan Tania, dia tentu saja bisa menghadapi wanita itu. Hanya saja, jika dia menyentuh wanita itu, suaminya pasti tahu bahwa dia yang melakukannya. Dengan begitu, semua kemurahan hati dan kesabaran yang dia tunjukkan di hadapan Daniel selama ini akan sia-sia. Dia tidak ingin kehilangan sesuatu yang besar demi hal sepele. Seperti yang dikatakan Cecilia, asalkan bisa bersabar, masih belum tentu siapa yang akhirnya akan mendapatkan kendali atas Grup Kusumo.“Ibu, jangan khawatir. Aku tentu saja nggak bakal melakukan apa-apa. Tapi, nggak bakal ada yang tahu apa yang direncanakan Tuhan.” Cecilia tertawa ringan, lalu baru menyesap anggur merahnya. Setelah itu, dia tiba-tiba teringat sesuatu d
Pagi-pagi buta sebelum Logan bangun, pintunya sudah diketuk.Saat ini, dia masih belum sepenuhnya sadar, rambutnya juga lumayan berantakan. Dia terlihat seperti orang yang tidak cukup tidur. Setelah membuka pintu, dia membuat kopi sambil menguap dan berkata, “Ada masalah apa yang begitu mendesak? Memangnya nggak bisa dibicarakan di perusahaan sampai harus datang ke rumahku?”Setelah menggeser barang di sekitar kakinya, Cecilia memandang rumah Logan dengan ekspresi tidak setuju dan berkata, “Memangnya kamu nggak bisa beresin rumah, ya? Suruh orang datang buat bersihin rumah juga boleh! Lihat saja tempatmu ini!”“Mau suruh siapa? Lagian, aku juga tinggal sendiri. Nggak perlu jaga atau dijaga orang lain!” Selesai berbicara, Logan berjalan ke sofa, lalu berbaring di sana dan menaruh kakinya di atas meja kopi. Kemudian, dia menyesap kopinya dan berkata, “Anggap saja rumah sendiri.”Setelah melihat ke sekeliling, Cecilia pun duduk di sebuah bangku tinggi di samping. Kemudian, dia menatap Log