“Kalau aku begitu menakutkan, apa kamu nggak takut harus berhadapan denganku tiap hari?” tanya Brandon dengan ekspresi yang sengaja dibuat galak sambil menarik pinggang Yuna mendekat.Saat melihat ekspresi Brandon, Yuna malah tertawa makin keras. Kegundahan dan kesedihannya terasa seperti sudah lumayan terangkat. “Takut apa? Takut kamu memakanku?”“Memangnya kamu nggak takut?” Brandon meremas dagu Yuna sambil mendengus.“Nggak!” Yuna menggeleng, lalu mengecup bibir Brandon dan berbisik, “Lagian, kamu sudah pernah melakukannya, ‘kan?”Brandon pun terdiam. Jelas-jelas Yuna yang menggodanya, tetapi Yuna juga yang malah tersipu. Brandon benar-benar ingin langsung menelannya sekarang juga.Setelah menenangkan diri sejenak, Brandon hanya mencium dahi Yuna, lalu berkata, “Membunuh orang itu gampang. Kadang, hidup jauh lebih menyiksa daripada mati.”Setelah mendengar ucapan Brandon, Yuna pun terdiam. Benar juga, Dylan sangat ambisius. Jika mereka mengurung dan tidak mengizinkan Dylan untuk men
“Akhir-akhir ini, aku sudah dengar beberapa hal mengenai masalah proyek baru itu. Performamu lumayan juga.” Terdengar suara Daniel dari dalam ruang baca. Nadanya terdengar lega dan puas. “Nggak sia-sia aku sudah berusaha keras untuk membawamu pulang.”Di luar ruang baca, Cecilia menghentikan langkahnya dan tanpa sadar menahan napas agar tidak menarik perhatian orang di dalam ruang baca.“Ayah, aku sudah bilang kalau aku nggak bakal mengecewakanmu!” jawab Edward dengan bangga. Dia berkata dengan yakin, “Gimanapun juga, aku ini lulusan administrasi bisnis dan juga mahasiswa berprestasi. Tunggu saja! Aku pasti bisa capai prestasi dan membuat para eksekutif perusahaan terkesan.”Saat mendengar ucapan Edward, Cecilia hampir tertawa. Terlepas dari bualannya tentang mahasiswa berprestasi, bahkan gelarnya juga didapatkan dari uang yang dikeluarkan ayahnya untuk mengirimnya ke luar negeri. Bahkan jika dia benar-benar adalah mahasiswa berprestasi, praktik langsung dan menghadapi kerumitan pasar
“Ibu, kapan kamu pulangnya?” tanya Cecilia setelah masuk dan menutup pintu kamar.“Baru saja,” jawab Tania dengan santai. Dia berjalan ke rak alkohol, lalu mengeluarkan sebotol anggur merah dan mengambil dua buah gelas. Setelah itu, dia baru duduk di kursi bar dan mengisyaratkan putrinya untuk duduk di seberangnya. Kemudian, dia membuka botol anggur merah dan mengisi kedua gelas itu.Cecilia pun duduk, lalu mengambil salah satu gelas yang sudah diisi dengan anggur merah. Dia tidak terburu-buru menyesapnya, melainkan menggoyang gelas dengan pelan dan menyaksikan cairan merah itu bergerak melalui gelas yang transparan.“Ibu, kamu sudah banyak menderita selama ini,” ucap Cecilia.“Yang menderita bukan cuma aku.” Berlawanan dengan Cecilia, Tania langsung menghabiskan anggur merah dalam gelasnya. Dia mencengkeram gelas itu, lalu menatapnya sambil merenung. “Maafkan Ibu yang nggak punya kemampuan.”“Ibu, jangan bilang kayak gitu!” Cecilia menepuk-nepuk bahu Tania, lalu berkata dengan santai,
“Ibu, jangan marah lagi. Wanita itu cuma bisa sombong untuk sesaat. Jangan harap dia bisa mendapatkan statusmu seumur hidupnya!” ucap Cecilia dengan tatapan yang tajam.Tania pun terkejut dan bertanya, “Cecilia, apa yang mau kamu lakukan? Jangan menyentuhnya, kamu juga tahu kalau ayahmu ....”Dengan kemampuan Tania, dia tentu saja bisa menghadapi wanita itu. Hanya saja, jika dia menyentuh wanita itu, suaminya pasti tahu bahwa dia yang melakukannya. Dengan begitu, semua kemurahan hati dan kesabaran yang dia tunjukkan di hadapan Daniel selama ini akan sia-sia. Dia tidak ingin kehilangan sesuatu yang besar demi hal sepele. Seperti yang dikatakan Cecilia, asalkan bisa bersabar, masih belum tentu siapa yang akhirnya akan mendapatkan kendali atas Grup Kusumo.“Ibu, jangan khawatir. Aku tentu saja nggak bakal melakukan apa-apa. Tapi, nggak bakal ada yang tahu apa yang direncanakan Tuhan.” Cecilia tertawa ringan, lalu baru menyesap anggur merahnya. Setelah itu, dia tiba-tiba teringat sesuatu d
Pagi-pagi buta sebelum Logan bangun, pintunya sudah diketuk.Saat ini, dia masih belum sepenuhnya sadar, rambutnya juga lumayan berantakan. Dia terlihat seperti orang yang tidak cukup tidur. Setelah membuka pintu, dia membuat kopi sambil menguap dan berkata, “Ada masalah apa yang begitu mendesak? Memangnya nggak bisa dibicarakan di perusahaan sampai harus datang ke rumahku?”Setelah menggeser barang di sekitar kakinya, Cecilia memandang rumah Logan dengan ekspresi tidak setuju dan berkata, “Memangnya kamu nggak bisa beresin rumah, ya? Suruh orang datang buat bersihin rumah juga boleh! Lihat saja tempatmu ini!”“Mau suruh siapa? Lagian, aku juga tinggal sendiri. Nggak perlu jaga atau dijaga orang lain!” Selesai berbicara, Logan berjalan ke sofa, lalu berbaring di sana dan menaruh kakinya di atas meja kopi. Kemudian, dia menyesap kopinya dan berkata, “Anggap saja rumah sendiri.”Setelah melihat ke sekeliling, Cecilia pun duduk di sebuah bangku tinggi di samping. Kemudian, dia menatap Log
Berbeda dengan Logan, Cecilia sama sekali tidak peduli mengenai keluarga seni bela diri kuno. Dia lebih peduli untuk tahu siapa yang bisa menjadi bantuan terbesarnya dalam perebutan kekuasaan di Keluarga Kusumo.“Belum tentu!” kata Logan sambil menggeleng.“Apa maksudmu?” tanya Cecilia.“Maksudku, Dylan nggak mungkin pasrah ataupun menyerah segampang itu,” jawab Logan. Saat melakukan penyelidikan, dia juga sudah mencari tahu tentang sifat Dylan.Setelah diusir dari keluarga selama bertahun-tahun, kebencian dalam hatinya pasti sangat mendalam. Dia bahkan pulang untuk membuat keributan yang begitu besar setelah ayahnya meninggal. Orang seperti ini tidak akan mungkin menyerah maupun pasrah dengan begitu mudah.Cecilia mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan agak tidak sabar, “Apa kamu begitu percaya sama Dylan dan bersedia bertaruh padanya? Menurutku, daripada mengharapkannya, lebih baik kamu cepat-cepat buat Clinton berpihak padamu. Kemungkinan berhasilnya lebih tinggi sedikit.” “Aku
Hasil forensik mempunyai otoritas yang tinggi. Jadi, penyebab kematian Gideon tidak perlu dicurigai lagi. Pemakamannya pun dilaksanakan dengan cepat.Setelah menyelesaikan semuanya, Yuna masih berencana untuk berbicara dengan Clinton mengenai masalah Dylan. Tak disangka, Yuna lagi-lagi menjadi topik hangat di internet. Kali ini, berita mengenai dirinya bukanlah berita bagus. Entah dari mana, tersebar sebuah rekaman suaranya. Walaupun hanya satu bagian, bisa terdengar dengan jelas dirinya yang mengatakan bahwa dia bisa menaruh racun ke wewangian apa pun dengan mudah. Dalam sekejap, seluruh internet langsung gempar. Yuna juga menempati urutan teratas daftar pencarian populer hingga pencarian di Instagram juga terhenti pada suatu titik. Dari hal ini, dapat dilihat seberapa besar pengaruh berita ini. Hal yang terpenting adalah berita ini sudah menjadi terlalu sensasional!Jika seorang peracik aroma bisa menaruh racun di wewangian yang dibuatnya dengan begitu bebas, siapa lagi yang berani
Brandon pun menerima telepon itu. Meskipun tidak membuka pengeras suara, jarak Brandon dan Yuna sangat dekat. Jadi, Yuna sedikit banyaknya bisa mendengar isi percakapan itu.Ini telepon dari perusahaan, sepertinya dari kantor pusat Uniasia. Orang itu mengatakan ada beberapa konter pusat perbelanjaan besar yang didatangi banyak pelanggan untuk pengembalian produk, baik yang sudah dipakai atau belum, maupun yang sudah dibeli entah berapa lama. Pihak pusat perbelanjaan agak kewalahan dan mengatakan bahwa mereka akan menghentikan semua penjualan apabila masalah ini tidak segera diselesaikan.“Apa hal seperti ini perlu ditanyakan padaku? Apa gunanya departemen humas?” tanya Brandon dengan dingin.Bukannya Brandon tidak punya pendapat, tetapi bisnis Uniasia sangat besar dan semua orang mempunyai tugas masing-masing. Contohnya masalah kali ini, ini adalah masalah humas, tentu saja departemen humas yang harus menanganinya. Jika semua masalah ditanyakan pada Brandon, dia juga tidak akan bisa me
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta