Kedua orang itu jelas tidak menyadari keberadaan Yuna dan Brandon. Setelah menyelesaikan transaksi, mereka pun meninggalkan tempat ini. Yuna masih berdiri sambil merenung untuk beberapa saat. Kedua tangannya dikepal erat-erat. Melihatnya yang seperti itu, Brandon pun memeluknya dan berkata, “Mereka pasti akan merasakan akibat perbuatan mereka ini!”Saat mereka turun dari platform observasi, Frans sudah kembali ke mobil. Setelah semua orang sudah duduk dalam mobil, Frans baru berkata, “Pak Brandon, semuanya sudah diatur dengan baik.”“Emm.” Brandon mengangguk.Yuna juga tidak bertanya pada Brandon apa yang sudah dilakukan Frans. Dia sudah tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Jika mereka ingin turun tangan dari dupa, itu berarti mereka ingin membuatnya tidak bisa menyangkal. Baik dari kualitas, formula maupun yang lainnya, dupa itu pasti sudah dibuat hingga tidak dapat dibedakan. Namun, yang palsu tetaplah palsu. Pasti ada kekurangan pada dupa itu.“Apa ada bahan dan alat untuk meracik
Telepon itu tersambung dengan sangat cepat, seolah-olah Logan memang sudah menantikannya. “Ada apa, Pak Dylan? Apa Bapak puas sama hadiah pertemuan yang kuberikan?”“Puas! Puas sekali! Haha!” Setelah tertawa, Dylan berkata, “Tapi aku sangat penasaran. Dari mana kamu dapatkan semua ini?”“Di zaman sekarang, kita semua sama-sama pebisnis. Jadi, nggak ada yang namanya rahasia mutlak. Asalkan cermat dikit, lebih banyak menyelidiki, dan mengamati, hal ini nggak sulit ditemukan kok. Sebenarnya, kepulangan Bapak sudah terlalu terburu-buru. Kalau persiapannya dilakukan dari lebih awal, hal ini nggak sulit diselidiki kok.”Logan dengan cerdik mengelak tentang bagaimana dia menyelidikinya, tetapi juga tidak lupa menyanjung Dylan. Ucapan ini membuat Dylan sangat senang. Dia pun tersenyum lebar dan menjawab, “Bagus! Bagus! Aku sudah memutuskan untuk berteman denganmu. Habis aku menyelesaikan masalah ini, aku pasti bakal membantumu kelak.”Logan sudah bisa menebak kata-kata yang akan diucapkan Dyl
“Ada apa?” Meskipun ekspresi Brandon terlihat tenang, ekspresinya jelas menjadi jauh lebih lega setelah melihat Yuna baik-baik saja. Brandon pun bertanya, “Kamu baik-baik saja, ‘kan?”Yuna mengangguk dan menjawab, “Cuma nggak sengaja menjatuhkan barang.”“Barangnya nggak penting, yang penting kamu nggak apa-apa.” Brandon melirik cairan yang tumpah itu, lalu memberi perintah pada orang yang menunggu di luar, “Suruh orang membersihkannya dengan hati-hati.”Setelah terdiam sejenak, Brandon menatap Yuna dan bertanya, “Apa ada yang perlu dibawa pergi?”“Ini.” Yuna memegang dua botol kecil. Sepertinya dia sudah selesai mempersiapkannya.“Jadi, sudah bisa pulang?” tanya Brandon.Yuna pun mengangguk. Sebenarnya dia sudah sangat lelah. Bagaimanapun juga, dia sudah bekerja seharian. Melakukan percobaan selama setengah hari sangatlah melelahkan.Manajer cabang itu tidak menyangka kedatangan bos besar bukan untuk menginspeksi atau mendengar laporan kerja. Dia hanya perlu menggunakan laboratorium,
“Oh.” Setelah memutuskan telepon, senyum Yuna makin lebar. Namun, senyumannya itu terlihat ironi dan bercampur dengan sedikit kesedihan. Masalah ini akan segera diputuskan, kakeknya juga sudah harus dimakamkan. Semuanya pasti akan terbongkar, tetapi .... Apa pun hasilnya itu, semuanya adalah urusan Keluarga Tanoto dan disebabkan anggota Keluarga Tanoto. Namun, tidak mungkin Yuna tidak bersedih.Yuna merasa tangannya tiba-tiba terasa hangat. Saat menunduk, dia melihat ada sebuah tangan besar nan hangat yang menggenggam tangannya. Brandon berbisik, “Kita akan menyelesaikan masalahnya dengan cepat. Kakekmu pasti nggak berharap Keluarga Tanoto tercerai-berai.”“Emm.” Yuna bersandar pada Brandon dan memejamkan matanya. Dia perlu beristirahat sebentar. Setelah pulang, dia seharusnya masih harus menghadapi cobaan besar....Tidak lama kemudian, mobil mereka sudah sampai di kediaman Keluarga Tanoto. Seluruh ruang tamu masih terang-benderang, tetapi sama sekali tidak memberikan perasaan hangat
“Benar, aku memang tersangka, tapi aku nggak takut diselidiki.” Yuna tersenyum tipis, lalu menatap Gordon sambil berkata, “Lagian, kalau mau bilang soal tersangka, semua orang di rumah ini juga nggak bisa terlepas dari tanggung jawab. Siapa pun yang tinggal di rumah ini punya kesempatan buat celakai Kakek.”“Berhubung sekarang Kakek Gordon yang bertanggung jawab atas urusan keluarga dan bersedia menegakkan keadilan untuk Kakek, selidikilah dengan jelas! Jangan lupa, waktu tiga hari akan segera tiba. Besok, Kakek Gordon harus memberiku sebuah jawaban yang memuaskan!”Gordon sudah sepenuhnya dikejutkan oleh sikap Yuna. Dia tertegun sejenak sebelum bereaksi kembali. ‘Tunggu, jelas-jelas Yuna itu tersangka utama dan yang paling seharusnya dituduh. Kenapa malah jadi aku yang harus kasih penjelasan buat dia?’ pikir Gordon dalam hati.“Yuna, jangan berdalih lagi! Aku nggak mau membesar-besarkan masalah ini demi menjaga reputasi Keluarga Tanoto! Tapi, kamu malah berbuat sebaliknya. Apa sebenar
Saat melihat Yuna yang tidak bersuara, Brandon pun kebingungan dan bertanya, “Apa ucapanku membuatmu marah?”“Mana mungkin.” Yuna memeluk Brandon, lalu menempelkan wajahnya di dada Brandon dan berkata, “Makasih.”‘Makasih karena sudah muncul dalam hidupku. Makasih karena sudah memanjakanku dan menemaniku melewati semuanya. Makasih karena sudah selalu melindungiku tanpa ragu. Makasih karena selalu mendampingiku ...,’ batin Yuna.“Bodoh!” Brandon mengelus rambut Yuna, lalu juga memeluknya dan berkata, “Mereka nggak mau berita itu tersebar, pasti karena takut polisi ikut campur. Mereka nggak mau masalahnya menjadi rumit dan nggak bisa dikendalikan.”“Kalau polisi benar-benar ikut campur, berita mengenai putra yang mencelakai ayahnya pasti bakal mencoreng reputasi Keluarga Tanoto.” Yuna tersenyum masam dan melanjutkan, “Makanya Clinton juga memilih untuk bersabar dan nggak lapor polisi.”“Bagaimana denganmu?” Brandon menunduk dan bertanya, “Sejauh ini, dunia luar cuma tahu kalau kakekmu su
Beny sudah mengatakan mau pergi dinas dari bulan lalu. Baru saja dia kembali beberapa hari, sekarang dia sudah pergi lagi? Akhir-akhir ini, Beny sudah terlalu sering bepergian hingga Daniel juga tidak jelas di mana kakaknya itu. Tentu saja, perhatiannya juga terfokus pada putranya akhir-akhir ini. Dia ingin mendukung putranya dan juga ingin membawa masuk wanita di luar itu. Hanya saja, dia masih belum siap untuk melakukannya.“Benar!” Cecilia bertanya dengan terkejut, “Ayah nggak tahu?”“Akhir-akhir ini, dia asyik hilang tanpa kabar, aku mana tahu.” Setelah mendengus dingin, Daniel bertanya, “Oh iya, apa kamu tahu apa yang disibukkan Om Beny akhir-akhir ini? Apa ada proyek besar di perusahaan? Kok dia asyik pergi dinas?”Sejujurnya, Daniel juga tidak berbakat dalam berbisnis. Oleh karena itu, meskipun dia berniat untuk merebut kekuasaan atas perusahaan, kemampuannya masih kalah jauh dari Beny. Hanya saja, Yohanes, putra tunggal kakaknya itu juga tidak tertarik dengan bisnis. Saat mel
Cecilia tersenyum dan melepaskan tangan ayahnya. Kemudian, dia mengambil gelas kaca di meja dan menyesap sedikit air putih. ‘Hmm, segar,’ gumamnya dalam hati.“Oh iya, Ayah, aku sudah pikir soal proyek baru itu. Bukannya Edward nggak bisa jadi penanggung jawabnya sih. Nanti, aku bakal cari cara buat bilang ke beberapa om itu supaya Edward bisa menjabat. Tapi, penanggung jawab sebelumnya ....”Sebelum Cecilia selesai berbicara, Daniel sudah berkata dengan tidak sabar, “Aku tahu. Orang itu namanya ... Logan, ‘kan? Akhir-akhir ini aku sibuk sampai lupa tanya sama kamu. Kok kamu bisa pekerjakan orang kayak dia? Kamu bukannya nggak tahu soal reputasinya yang buruk. Apalagi perusahaannya dulu juga sudah bangkrut.”“Aku tahu. Justru karena sudah tahu jelas, makanya aku mempekerjakannya. Di dunia bisnis pasti ada pasang surutnya, apalagi dia juga berpengalaman, punya kemampuan, dan juga kebetulan familier sama bidang ini. Begini saja, gimana kalau kita biarkan dia jadi asisten Edward supaya bi
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S