“Ada apa?” Meskipun ekspresi Brandon terlihat tenang, ekspresinya jelas menjadi jauh lebih lega setelah melihat Yuna baik-baik saja. Brandon pun bertanya, “Kamu baik-baik saja, ‘kan?”Yuna mengangguk dan menjawab, “Cuma nggak sengaja menjatuhkan barang.”“Barangnya nggak penting, yang penting kamu nggak apa-apa.” Brandon melirik cairan yang tumpah itu, lalu memberi perintah pada orang yang menunggu di luar, “Suruh orang membersihkannya dengan hati-hati.”Setelah terdiam sejenak, Brandon menatap Yuna dan bertanya, “Apa ada yang perlu dibawa pergi?”“Ini.” Yuna memegang dua botol kecil. Sepertinya dia sudah selesai mempersiapkannya.“Jadi, sudah bisa pulang?” tanya Brandon.Yuna pun mengangguk. Sebenarnya dia sudah sangat lelah. Bagaimanapun juga, dia sudah bekerja seharian. Melakukan percobaan selama setengah hari sangatlah melelahkan.Manajer cabang itu tidak menyangka kedatangan bos besar bukan untuk menginspeksi atau mendengar laporan kerja. Dia hanya perlu menggunakan laboratorium,
“Oh.” Setelah memutuskan telepon, senyum Yuna makin lebar. Namun, senyumannya itu terlihat ironi dan bercampur dengan sedikit kesedihan. Masalah ini akan segera diputuskan, kakeknya juga sudah harus dimakamkan. Semuanya pasti akan terbongkar, tetapi .... Apa pun hasilnya itu, semuanya adalah urusan Keluarga Tanoto dan disebabkan anggota Keluarga Tanoto. Namun, tidak mungkin Yuna tidak bersedih.Yuna merasa tangannya tiba-tiba terasa hangat. Saat menunduk, dia melihat ada sebuah tangan besar nan hangat yang menggenggam tangannya. Brandon berbisik, “Kita akan menyelesaikan masalahnya dengan cepat. Kakekmu pasti nggak berharap Keluarga Tanoto tercerai-berai.”“Emm.” Yuna bersandar pada Brandon dan memejamkan matanya. Dia perlu beristirahat sebentar. Setelah pulang, dia seharusnya masih harus menghadapi cobaan besar....Tidak lama kemudian, mobil mereka sudah sampai di kediaman Keluarga Tanoto. Seluruh ruang tamu masih terang-benderang, tetapi sama sekali tidak memberikan perasaan hangat
“Benar, aku memang tersangka, tapi aku nggak takut diselidiki.” Yuna tersenyum tipis, lalu menatap Gordon sambil berkata, “Lagian, kalau mau bilang soal tersangka, semua orang di rumah ini juga nggak bisa terlepas dari tanggung jawab. Siapa pun yang tinggal di rumah ini punya kesempatan buat celakai Kakek.”“Berhubung sekarang Kakek Gordon yang bertanggung jawab atas urusan keluarga dan bersedia menegakkan keadilan untuk Kakek, selidikilah dengan jelas! Jangan lupa, waktu tiga hari akan segera tiba. Besok, Kakek Gordon harus memberiku sebuah jawaban yang memuaskan!”Gordon sudah sepenuhnya dikejutkan oleh sikap Yuna. Dia tertegun sejenak sebelum bereaksi kembali. ‘Tunggu, jelas-jelas Yuna itu tersangka utama dan yang paling seharusnya dituduh. Kenapa malah jadi aku yang harus kasih penjelasan buat dia?’ pikir Gordon dalam hati.“Yuna, jangan berdalih lagi! Aku nggak mau membesar-besarkan masalah ini demi menjaga reputasi Keluarga Tanoto! Tapi, kamu malah berbuat sebaliknya. Apa sebenar
Saat melihat Yuna yang tidak bersuara, Brandon pun kebingungan dan bertanya, “Apa ucapanku membuatmu marah?”“Mana mungkin.” Yuna memeluk Brandon, lalu menempelkan wajahnya di dada Brandon dan berkata, “Makasih.”‘Makasih karena sudah muncul dalam hidupku. Makasih karena sudah memanjakanku dan menemaniku melewati semuanya. Makasih karena sudah selalu melindungiku tanpa ragu. Makasih karena selalu mendampingiku ...,’ batin Yuna.“Bodoh!” Brandon mengelus rambut Yuna, lalu juga memeluknya dan berkata, “Mereka nggak mau berita itu tersebar, pasti karena takut polisi ikut campur. Mereka nggak mau masalahnya menjadi rumit dan nggak bisa dikendalikan.”“Kalau polisi benar-benar ikut campur, berita mengenai putra yang mencelakai ayahnya pasti bakal mencoreng reputasi Keluarga Tanoto.” Yuna tersenyum masam dan melanjutkan, “Makanya Clinton juga memilih untuk bersabar dan nggak lapor polisi.”“Bagaimana denganmu?” Brandon menunduk dan bertanya, “Sejauh ini, dunia luar cuma tahu kalau kakekmu su
Beny sudah mengatakan mau pergi dinas dari bulan lalu. Baru saja dia kembali beberapa hari, sekarang dia sudah pergi lagi? Akhir-akhir ini, Beny sudah terlalu sering bepergian hingga Daniel juga tidak jelas di mana kakaknya itu. Tentu saja, perhatiannya juga terfokus pada putranya akhir-akhir ini. Dia ingin mendukung putranya dan juga ingin membawa masuk wanita di luar itu. Hanya saja, dia masih belum siap untuk melakukannya.“Benar!” Cecilia bertanya dengan terkejut, “Ayah nggak tahu?”“Akhir-akhir ini, dia asyik hilang tanpa kabar, aku mana tahu.” Setelah mendengus dingin, Daniel bertanya, “Oh iya, apa kamu tahu apa yang disibukkan Om Beny akhir-akhir ini? Apa ada proyek besar di perusahaan? Kok dia asyik pergi dinas?”Sejujurnya, Daniel juga tidak berbakat dalam berbisnis. Oleh karena itu, meskipun dia berniat untuk merebut kekuasaan atas perusahaan, kemampuannya masih kalah jauh dari Beny. Hanya saja, Yohanes, putra tunggal kakaknya itu juga tidak tertarik dengan bisnis. Saat mel
Cecilia tersenyum dan melepaskan tangan ayahnya. Kemudian, dia mengambil gelas kaca di meja dan menyesap sedikit air putih. ‘Hmm, segar,’ gumamnya dalam hati.“Oh iya, Ayah, aku sudah pikir soal proyek baru itu. Bukannya Edward nggak bisa jadi penanggung jawabnya sih. Nanti, aku bakal cari cara buat bilang ke beberapa om itu supaya Edward bisa menjabat. Tapi, penanggung jawab sebelumnya ....”Sebelum Cecilia selesai berbicara, Daniel sudah berkata dengan tidak sabar, “Aku tahu. Orang itu namanya ... Logan, ‘kan? Akhir-akhir ini aku sibuk sampai lupa tanya sama kamu. Kok kamu bisa pekerjakan orang kayak dia? Kamu bukannya nggak tahu soal reputasinya yang buruk. Apalagi perusahaannya dulu juga sudah bangkrut.”“Aku tahu. Justru karena sudah tahu jelas, makanya aku mempekerjakannya. Di dunia bisnis pasti ada pasang surutnya, apalagi dia juga berpengalaman, punya kemampuan, dan juga kebetulan familier sama bidang ini. Begini saja, gimana kalau kita biarkan dia jadi asisten Edward supaya bi
“Apa? Kamu membiarkannya menduduki posisiku?!” Logan yang baru pulang dari luar kota langsung terkejut setelah mendengar “kabar buruk” ini.“Buat apa kamu panik? Memangnya kamu peduli sama posisi manajer departemen subproyek? Atau visimu memang cuma begitu sempit dan yang kamu mau memang cuma begitu sedikit?” tanya Cecilia dengan dingin. Dia sudah bisa menebak reaksi Logan yang seperti ini.“Heh, aku baru menduduki posisi itu beberapa hari. Sekarang, bilang ganti langsung ganti. Gimana pandangan orang lain ke aku? Sekarang semua memang kedengaran bagus, tapi cuma posisi manajer departemen proyek saja nggak bisa diberikan padaku. Selain itu, mau aku jadi asisten pecundang itu juga? Dik, aku benar-benar curiga sama kemampuanmu,” sindir Logan sambil menarik dasinya.Setelah mendengar sindiran Logan, Cecilia tetap tidak marah. Dia bertanya dengan tenang, “Apa kamu nggak rasa ini kesempatan bagus buat menyingkirkannya?”“Apa maksudmu?” tanya Logan dengan kesal.“Kamu tahu nggak kenapa dia m
“Tidak perlu satu kompi, keluarga seni bela diri kuno yang punya kesiapan tempur sudah cukup,” jawab Logan.“Dylan juga membawa orang lain dari keluarga seni bela diri kuno? Siapa?” tanya Cecilia.Logan menggeleng. “Aku juga nggak terlalu jelas, tapi dia datang dengan persiapan. Aku sudah menyelidiki dengan jelas. Sekarang, Keluarga Tanoto juga cuma tinggal reputasi. Selain beberapa murid utama, orang lainnya juga nggak hebat-hebat banget. Clinton sibuk dengan urusan perusahaan setiap hari, kayaknya kemampuan bela dirinya juga sudah merosot. Mengenai yang satu lagi ....”Logan hanya mencibir dan tidak melanjutkan. Namun, Cecilia tahu siapa maksudnya dan juga ikut tersenyum. “Kenapa nggak lanjut bicara?”“Aku sudah bilang yang perlu dibilang. Sekarang, aku cuma mau tidur nyenyak dan menunggu kabar baik besok.” Logan menguap, lalu hendak menutup telepon.“Menurutmu ....” Ucapan Cecilia yang tiba-tiba membuat tindakan Logan terhenti. Kemudian, Cecilia melanjutkan, “Tiap orang punya kelema
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us