Di aula kediaman Keluarga Tanoto, jam 9 pagi.Momen saat ini terlihat sangat agung dan khidmat. Para senior Keluarga Tanoto duduk di kedua sisi, sedangkan Gordon duduk di kursi utama sambil sesekali terbatuk. Di sebelah tangannya terletak sebuah kotak kayu. Tanpa perlu dibuka, semua orang sudah tahu bahwa isinya adalah segel Keluarga Tanoto.Yuna sengaja mengenakan pakaian serba hitam. Dia terlihat sangat serius. Gordon menatapnya sekejap, dia masih sangat marah tentang masalah semalam. Hanya saja, dia sudah merasa agak tenang karena tidak melihat Brandon, lalu membatin, ‘Gadis ini benar-benar sulit dihadapi! Kalau anak perempuan sudah besar, sebaiknya lebih cepat diusir dari rumah!’Semua orang sudah sampai, selain Dylan dan Clinton. Waktu perlahan-lahan berlalu, suasana yang awalnya tenang perlahan-lahan mulai berisik.Ada orang yang sudah tidak sabar dan bertanya pada Gordon, “Kak Gordon, sudah lewat setengah jam, tapi Dylan dan Clinton masih belum datang. Sekarang ... apa kita har
Yuna mengerti siapa “orang luar” yang dimaksud Gordon. Gordon selalu merasa Brandon adalah orang luar.“Hari ini, yang mau kubahas adalah masalah besar tentang Keluarga Tanoto.” Meskipun suara Gordon tidak termasuk kuat, semua orang tetap bisa mendengar dengan jelas. “Keluarga Tanoto sudah berdiri selama ratusan tahun dan memiliki sejarah yang panjang di Suba. Selama ini, kita sudah bekerja keras dan mematuhi aturan keluarga yang ketat. Tak disangka, Gideon, kakakku itu malah tiba-tiba meninggal. Kepergiannya yang tiba-tiba membuat kita sangat sedih. Tapi, hal yang paling menyedihkan adalah ini bukanlah kecelakaan, melainkan pembunuhan yang direncanakan!”Setelah berbicara sampai di sini, Gordon pun menatap Yuna lagi, seolah-olah sudah memastikan bahwa Yuna adalah pembunuhnya.Berhubung Gordon sudah bersikap begitu terus terang, Yuna juga tidak menghindar lagi. Dia langsung berdiri dan berkata, “Kakek Gordon, ucapanmu salah.”“Oh?” Gordon mencibir, “Kalau begitu, coba katakan yang man
Yuna tersenyum sinis dan berkata, “Kenapa nggak ada hubungannya? Tadi, Kakek Gordon bilang rapat hari ini adalah rapat anggota Keluarga Tanoto yang nggak boleh dihadiri orang luar. Berhubung kamu sudah diusir dari keluarga ini, kamu sudah bukan lagi anggota keluarga ini. Jadi, tentu saja kamu nggak punya hak untuk berdiri di sini!”“Masih belum giliranmu untuk berkomentar apa aku berhak untuk berdiri di sini atau nggak!” jawab Dylan dengan ekspresi muram.“Kamu salah. Bukan hanya aku, tapi semua anggota Keluarga Tanoto yang hadir hari ini juga berhak mempertanyakan hal ini,” ujar Yuna dengan tegas.Dylan baru saja ingin membantah, tetapi Gordon sudah terlebih dahulu berdeham dan berkata, “Yuna, yang kamu bilang benar, tapi Dylan juga nggak salah. Aku memang sudah mendengar soal masalah ini, tapi masalah ini sudah berlalu begitu lama. Mana ada ayah dan anak yang bermusuhan selamanya.”“Lagian, siapa yang nggak tahu kalau Dylan itu putra kesayangan kakekmu. Biarpun dia sudah diusir, itu
Sebenarnya tanpa perlu membaca, Yuna sudah bisa menebak isi dokumen itu. Dari awal, semua ini adalah konspirasi. Setiap konspirasi pasti ada bukti yang mendukung. Namun, dia tetap bekerja sama dan membuka dokumen itu. Isinya adalah dua laporan pengujian. Laporan yang satu adalah laporan mengenai penyebab kematian Gideon. Di laporan itu tertulis dengan jelas kematian Gideon disebabkan oleh racun yang menyebabkan gagal jantung. Laporan satunya lagi berisi komposisi, kandungan, dan hal-hal lain mengenai dupa Yuna. Ada sebaris tulisan merah yang mengatakan bahwa dupa ini mengandung bahan yang bisa menyebabkan gagal jantung.Jika menggabungkan informasi dari kedua dokumen, semua orang akan langsung tahu bahwa Yuna adalah pembunuh Gideon.Setelah membaca dokumen itu, semua anggota Keluarga Tanoto pun menatap Yuna dengan penuh keterkejutan dan ketidakpercayaan. Mereka tentu saja pernah bertemu dengan cucu perempuan Gideon ini. Sejak kecil, kedua orang tuanya sudah meninggal. Jadi, Gideon me
“Apa kamu berani bilang kalau bukan kamu yang buat dupa ini?” tanya Dylan dengan penuh dominasi. Dia merasa “bukti” di tangannya itu sudah cukup. “Laporan ini sudah membuktikan kalau ada racun mematikan yang terkandung dalam dupa buatanmu. Buat apa kamu masih berdalih?”“Lucu sekali!” Yuna tersenyum sinis, lalu berkata, “Memangnya kalau ada racun di dupa, sudah bisa langsung dipastikan kalau aku yang menaruhnya? Terlepas dari apa benar-benar ada racun dalam dupa, atas dasar apa kamu langsung menuduhku?”Dylan seolah-olah sudah bisa menduga Yuna akan bertanya seperti itu. Dia pun menjawab dengan tenang, “Aku tahu kamu pasti nggak bakal mengaku. Tapi nggak usah cemas, aku punya buktinya. Kamu yang buat dupa itu dan sudah mengaku kalau kamu sendiri yang menyerahkannya pada Clinton. Kalau bukan kamu, berarti maksudmu Clinton yang melakukannya? Selain itu ....”Dylan menoleh dan memberi isyarat kepada seseorang untuk membawa datang sebuah kotak, lalu menatap semua orang dan melanjutkan, “Ko
Dylan tidak tahu apa yang ingin dilakukan Yuna atau apa yang ingin dikeluarkannya. Jadi, dia pun merasa agak tidak tenang. “Hei, trik apa lagi yang mau kamu mainkan di hadapan begitu banyak senior?”“Om, jangan cemas! Buat apa kamu takut?” jawab Yuna sambil tersenyum pada Dylan. Senyum Yuna itu langsung membuat Dylan bergidik.Tiba-tiba, ada sebuah proyeksi muncul di dinding putih aula. Semua orang baru menyadari bahwa Yuna sudah menyiapkan sebuah proyektor. Proyeksi yang muncul di dinding itu berupa foto. Orang lain mungkin masih harus mengamati siapa orang yang ada di foto itu. Namun, Dylan langsung bisa mengenali bahwa itu adalah gambar dirinya dengan Logan. Jaraknya lumayan jauh, tetapi gambarnya cukup jelas dan menunjukkan Logan sedang memberikan sebuah barang untuk Dylan. Kemudian, Dylan menerima barang itu dan menepuk pundak Logan.Setelah melihat gambar-gambar ini, Dylan sudah mulai berkeringat dingin. Dia tidak menyangka Yuna ternyata mengetahui tentang pertemuannya hari itu
“Benar!” jawab Dylan secara refleks. Setelah menyadari ucapannya terdengar aneh, dia buru-buru mengubah kata-katanya, “Bukan, maksudku bukan begitu. Dupa-dupa yang sudah ditambah dengan racun adalah buatanmu, mana mungkin orang lain memilikinya. Dia cuma kasih tahu aku soal ucapan tak sopan yang pernah kamu bilang soal kakekmu ....”“Bukannya tadi kamu baru bilang kalau dia kasih kamu bukti?” Setelah menyela perkataan Dylan, Yuna langsung bertanya lagi, “Kenapa begitu cepat langsung menarik kembali kata-katamu?”Dylan tidak bisa menjawab.“Sudahlah!” Setelah menarik napas dalam-dalam, Yuna berkata, “Sudah waktunya lelucon ini berakhir!”Yuna memejamkan matanya, lalu mendongak. Dia terlihat bagaikan sedang merenung. Kemudian, dia menghadap Dylan dan berkata, “Berhubung kamu asyik bilang kalau aku yang meracuni Kakek, aku bakal duluan buktikan kalau bukan aku yang melakukannya!”“Bagaimana kamu mau membuktikannya?” tanya Dylan tanpa sadar.Yuna tersenyum pada Dylan, lalu tiba-tiba berjal
“Aku nggak melakukan apa-apa, kok! Aku cuma merasa kamu sudah begitu emosi, masa nggak merasa pusing atau ... sedikit mual dan ingin muntah?” tanya Yuna masih dengan ekspresi tenang. Orang yang tidak tahu akan menyangka bahwa Yuna sedang mengkhawatirkan Dylan. Begitu mendengar pertanyaan Yuna, Dylan pun merasa bahwa kepalanya memang pusing dan dia juga agak mual. Dia berusaha membuat pikirannya tetap jernih, tetapi sama sekali tidak bisa mengendalikan perasaan pusing yang melandanya.Dylan pun langsung terkejut dan buru-buru melepaskan tangan Yuna. Kemudian, dia bertanya, “A ... apa yang kamu lakukan padaku?!”Semua orang melihat dengan jelas perubahan Dylan. Meskipun tidak tahu apa yang sudah dilakukan Yuna, hal ini cukup menakuti orang. Dalam sekejap, semua orang pun mundur dengan panik karena takut diri mereka akan terlibat.Terutama Gordon, dia yang menghindar paling jauh tanpa mengetahui apa yang sudah terjadi. Saat melihat Dylan yang terhuyung-huyung, dia juga merasa dirinya sed
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us