Yuna tersenyum sinis dan berkata, “Kenapa nggak ada hubungannya? Tadi, Kakek Gordon bilang rapat hari ini adalah rapat anggota Keluarga Tanoto yang nggak boleh dihadiri orang luar. Berhubung kamu sudah diusir dari keluarga ini, kamu sudah bukan lagi anggota keluarga ini. Jadi, tentu saja kamu nggak punya hak untuk berdiri di sini!”“Masih belum giliranmu untuk berkomentar apa aku berhak untuk berdiri di sini atau nggak!” jawab Dylan dengan ekspresi muram.“Kamu salah. Bukan hanya aku, tapi semua anggota Keluarga Tanoto yang hadir hari ini juga berhak mempertanyakan hal ini,” ujar Yuna dengan tegas.Dylan baru saja ingin membantah, tetapi Gordon sudah terlebih dahulu berdeham dan berkata, “Yuna, yang kamu bilang benar, tapi Dylan juga nggak salah. Aku memang sudah mendengar soal masalah ini, tapi masalah ini sudah berlalu begitu lama. Mana ada ayah dan anak yang bermusuhan selamanya.”“Lagian, siapa yang nggak tahu kalau Dylan itu putra kesayangan kakekmu. Biarpun dia sudah diusir, itu
Sebenarnya tanpa perlu membaca, Yuna sudah bisa menebak isi dokumen itu. Dari awal, semua ini adalah konspirasi. Setiap konspirasi pasti ada bukti yang mendukung. Namun, dia tetap bekerja sama dan membuka dokumen itu. Isinya adalah dua laporan pengujian. Laporan yang satu adalah laporan mengenai penyebab kematian Gideon. Di laporan itu tertulis dengan jelas kematian Gideon disebabkan oleh racun yang menyebabkan gagal jantung. Laporan satunya lagi berisi komposisi, kandungan, dan hal-hal lain mengenai dupa Yuna. Ada sebaris tulisan merah yang mengatakan bahwa dupa ini mengandung bahan yang bisa menyebabkan gagal jantung.Jika menggabungkan informasi dari kedua dokumen, semua orang akan langsung tahu bahwa Yuna adalah pembunuh Gideon.Setelah membaca dokumen itu, semua anggota Keluarga Tanoto pun menatap Yuna dengan penuh keterkejutan dan ketidakpercayaan. Mereka tentu saja pernah bertemu dengan cucu perempuan Gideon ini. Sejak kecil, kedua orang tuanya sudah meninggal. Jadi, Gideon me
“Apa kamu berani bilang kalau bukan kamu yang buat dupa ini?” tanya Dylan dengan penuh dominasi. Dia merasa “bukti” di tangannya itu sudah cukup. “Laporan ini sudah membuktikan kalau ada racun mematikan yang terkandung dalam dupa buatanmu. Buat apa kamu masih berdalih?”“Lucu sekali!” Yuna tersenyum sinis, lalu berkata, “Memangnya kalau ada racun di dupa, sudah bisa langsung dipastikan kalau aku yang menaruhnya? Terlepas dari apa benar-benar ada racun dalam dupa, atas dasar apa kamu langsung menuduhku?”Dylan seolah-olah sudah bisa menduga Yuna akan bertanya seperti itu. Dia pun menjawab dengan tenang, “Aku tahu kamu pasti nggak bakal mengaku. Tapi nggak usah cemas, aku punya buktinya. Kamu yang buat dupa itu dan sudah mengaku kalau kamu sendiri yang menyerahkannya pada Clinton. Kalau bukan kamu, berarti maksudmu Clinton yang melakukannya? Selain itu ....”Dylan menoleh dan memberi isyarat kepada seseorang untuk membawa datang sebuah kotak, lalu menatap semua orang dan melanjutkan, “Ko
Dylan tidak tahu apa yang ingin dilakukan Yuna atau apa yang ingin dikeluarkannya. Jadi, dia pun merasa agak tidak tenang. “Hei, trik apa lagi yang mau kamu mainkan di hadapan begitu banyak senior?”“Om, jangan cemas! Buat apa kamu takut?” jawab Yuna sambil tersenyum pada Dylan. Senyum Yuna itu langsung membuat Dylan bergidik.Tiba-tiba, ada sebuah proyeksi muncul di dinding putih aula. Semua orang baru menyadari bahwa Yuna sudah menyiapkan sebuah proyektor. Proyeksi yang muncul di dinding itu berupa foto. Orang lain mungkin masih harus mengamati siapa orang yang ada di foto itu. Namun, Dylan langsung bisa mengenali bahwa itu adalah gambar dirinya dengan Logan. Jaraknya lumayan jauh, tetapi gambarnya cukup jelas dan menunjukkan Logan sedang memberikan sebuah barang untuk Dylan. Kemudian, Dylan menerima barang itu dan menepuk pundak Logan.Setelah melihat gambar-gambar ini, Dylan sudah mulai berkeringat dingin. Dia tidak menyangka Yuna ternyata mengetahui tentang pertemuannya hari itu
“Benar!” jawab Dylan secara refleks. Setelah menyadari ucapannya terdengar aneh, dia buru-buru mengubah kata-katanya, “Bukan, maksudku bukan begitu. Dupa-dupa yang sudah ditambah dengan racun adalah buatanmu, mana mungkin orang lain memilikinya. Dia cuma kasih tahu aku soal ucapan tak sopan yang pernah kamu bilang soal kakekmu ....”“Bukannya tadi kamu baru bilang kalau dia kasih kamu bukti?” Setelah menyela perkataan Dylan, Yuna langsung bertanya lagi, “Kenapa begitu cepat langsung menarik kembali kata-katamu?”Dylan tidak bisa menjawab.“Sudahlah!” Setelah menarik napas dalam-dalam, Yuna berkata, “Sudah waktunya lelucon ini berakhir!”Yuna memejamkan matanya, lalu mendongak. Dia terlihat bagaikan sedang merenung. Kemudian, dia menghadap Dylan dan berkata, “Berhubung kamu asyik bilang kalau aku yang meracuni Kakek, aku bakal duluan buktikan kalau bukan aku yang melakukannya!”“Bagaimana kamu mau membuktikannya?” tanya Dylan tanpa sadar.Yuna tersenyum pada Dylan, lalu tiba-tiba berjal
“Aku nggak melakukan apa-apa, kok! Aku cuma merasa kamu sudah begitu emosi, masa nggak merasa pusing atau ... sedikit mual dan ingin muntah?” tanya Yuna masih dengan ekspresi tenang. Orang yang tidak tahu akan menyangka bahwa Yuna sedang mengkhawatirkan Dylan. Begitu mendengar pertanyaan Yuna, Dylan pun merasa bahwa kepalanya memang pusing dan dia juga agak mual. Dia berusaha membuat pikirannya tetap jernih, tetapi sama sekali tidak bisa mengendalikan perasaan pusing yang melandanya.Dylan pun langsung terkejut dan buru-buru melepaskan tangan Yuna. Kemudian, dia bertanya, “A ... apa yang kamu lakukan padaku?!”Semua orang melihat dengan jelas perubahan Dylan. Meskipun tidak tahu apa yang sudah dilakukan Yuna, hal ini cukup menakuti orang. Dalam sekejap, semua orang pun mundur dengan panik karena takut diri mereka akan terlibat.Terutama Gordon, dia yang menghindar paling jauh tanpa mengetahui apa yang sudah terjadi. Saat melihat Dylan yang terhuyung-huyung, dia juga merasa dirinya sed
Ucapan Gordon itu menyiratkan Yuna untuk menyalahkan Clinton apabila tidak ingin disalahkan.Dari awal, mereka sudah menyatakan bahwa orang yang pernah berhubungan dengan dupa itu hanyalah Yuna dan Clinton. Saat ini, Clinton masih belum datang. Jadi, mereka ingin menyeretnya masuk ke dalam masalah ini juga. Hanya saja, kenapa Clinton masih belum datang sampai sekarang?Yuna mengerutkan keningnya, lalu tersenyum sinis dan berkata, “Siapa komplotan yang dimaksud Kakek Gordon? Apa kalian sudah memikirkan siapa orang itu?”“Kamu ....”“Maaf, aku datang terlambat.” Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang tidak asing dari luar. Yuna mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke arah suara itu. Dia pun melihat Clinton berjalan masuk.Clinton membawa dua orang, yang satu adalah asisten pribadinya, yang satunya lagi adalah direktur besar perusahaan. Yuna mengenal kedua orang itu.Saat melihat kedua orang yang dibawa Clinton, Gordon pun mengerutkan keningnya dan berkata, “Clinton, hari ini adalah ra
“Clinton!” Dylan berteriak, “Jangan kira karena sudah memegang segel keluarga selama dua tahun, kamu sudah boleh bersikap nggak hormat sama seniormu! Sebelum penyebab kematian Ayah diselidiki dengan jelas, masih belum bisa dipastikan siapa sebenarnya pemimpin Keluarga Tanoto!”Clinton mengangguk, lalu menjawab, “Benar! Kita memang harus menyelidiki dengan jelas penyebab kematian Kakek! Jadi ....” Clinton mengangguk pada asistennya. Kemudian, asistennya mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang. Samar-samar, terdengar dia mengatakan, “Baik, aku sudah mengerti!”Selanjutnya, dia berkata pada Clinton, “Sudah mau sampai, kira-kira tiga menit lagi.”“Apa yang kamu lakukan?” Dylan menatap Clinton dan berkata, “Nggak peduli siapa pun yang datang, masalah hari ini adalah masalah internal Keluarga Tanoto! Masalah ini harus diselesaikan Keluarga Tanoto sendiri! Sekarang, laporan pengujian sudah keluar. Kalau kamu masih mau menyangkalnya ....”“Kamu salah!” Clinton meninggikan suaranya untuk m