“Benar, aku memang tersangka, tapi aku nggak takut diselidiki.” Yuna tersenyum tipis, lalu menatap Gordon sambil berkata, “Lagian, kalau mau bilang soal tersangka, semua orang di rumah ini juga nggak bisa terlepas dari tanggung jawab. Siapa pun yang tinggal di rumah ini punya kesempatan buat celakai Kakek.”“Berhubung sekarang Kakek Gordon yang bertanggung jawab atas urusan keluarga dan bersedia menegakkan keadilan untuk Kakek, selidikilah dengan jelas! Jangan lupa, waktu tiga hari akan segera tiba. Besok, Kakek Gordon harus memberiku sebuah jawaban yang memuaskan!”Gordon sudah sepenuhnya dikejutkan oleh sikap Yuna. Dia tertegun sejenak sebelum bereaksi kembali. ‘Tunggu, jelas-jelas Yuna itu tersangka utama dan yang paling seharusnya dituduh. Kenapa malah jadi aku yang harus kasih penjelasan buat dia?’ pikir Gordon dalam hati.“Yuna, jangan berdalih lagi! Aku nggak mau membesar-besarkan masalah ini demi menjaga reputasi Keluarga Tanoto! Tapi, kamu malah berbuat sebaliknya. Apa sebenar
Saat melihat Yuna yang tidak bersuara, Brandon pun kebingungan dan bertanya, “Apa ucapanku membuatmu marah?”“Mana mungkin.” Yuna memeluk Brandon, lalu menempelkan wajahnya di dada Brandon dan berkata, “Makasih.”‘Makasih karena sudah muncul dalam hidupku. Makasih karena sudah memanjakanku dan menemaniku melewati semuanya. Makasih karena sudah selalu melindungiku tanpa ragu. Makasih karena selalu mendampingiku ...,’ batin Yuna.“Bodoh!” Brandon mengelus rambut Yuna, lalu juga memeluknya dan berkata, “Mereka nggak mau berita itu tersebar, pasti karena takut polisi ikut campur. Mereka nggak mau masalahnya menjadi rumit dan nggak bisa dikendalikan.”“Kalau polisi benar-benar ikut campur, berita mengenai putra yang mencelakai ayahnya pasti bakal mencoreng reputasi Keluarga Tanoto.” Yuna tersenyum masam dan melanjutkan, “Makanya Clinton juga memilih untuk bersabar dan nggak lapor polisi.”“Bagaimana denganmu?” Brandon menunduk dan bertanya, “Sejauh ini, dunia luar cuma tahu kalau kakekmu su
Beny sudah mengatakan mau pergi dinas dari bulan lalu. Baru saja dia kembali beberapa hari, sekarang dia sudah pergi lagi? Akhir-akhir ini, Beny sudah terlalu sering bepergian hingga Daniel juga tidak jelas di mana kakaknya itu. Tentu saja, perhatiannya juga terfokus pada putranya akhir-akhir ini. Dia ingin mendukung putranya dan juga ingin membawa masuk wanita di luar itu. Hanya saja, dia masih belum siap untuk melakukannya.“Benar!” Cecilia bertanya dengan terkejut, “Ayah nggak tahu?”“Akhir-akhir ini, dia asyik hilang tanpa kabar, aku mana tahu.” Setelah mendengus dingin, Daniel bertanya, “Oh iya, apa kamu tahu apa yang disibukkan Om Beny akhir-akhir ini? Apa ada proyek besar di perusahaan? Kok dia asyik pergi dinas?”Sejujurnya, Daniel juga tidak berbakat dalam berbisnis. Oleh karena itu, meskipun dia berniat untuk merebut kekuasaan atas perusahaan, kemampuannya masih kalah jauh dari Beny. Hanya saja, Yohanes, putra tunggal kakaknya itu juga tidak tertarik dengan bisnis. Saat mel
Cecilia tersenyum dan melepaskan tangan ayahnya. Kemudian, dia mengambil gelas kaca di meja dan menyesap sedikit air putih. ‘Hmm, segar,’ gumamnya dalam hati.“Oh iya, Ayah, aku sudah pikir soal proyek baru itu. Bukannya Edward nggak bisa jadi penanggung jawabnya sih. Nanti, aku bakal cari cara buat bilang ke beberapa om itu supaya Edward bisa menjabat. Tapi, penanggung jawab sebelumnya ....”Sebelum Cecilia selesai berbicara, Daniel sudah berkata dengan tidak sabar, “Aku tahu. Orang itu namanya ... Logan, ‘kan? Akhir-akhir ini aku sibuk sampai lupa tanya sama kamu. Kok kamu bisa pekerjakan orang kayak dia? Kamu bukannya nggak tahu soal reputasinya yang buruk. Apalagi perusahaannya dulu juga sudah bangkrut.”“Aku tahu. Justru karena sudah tahu jelas, makanya aku mempekerjakannya. Di dunia bisnis pasti ada pasang surutnya, apalagi dia juga berpengalaman, punya kemampuan, dan juga kebetulan familier sama bidang ini. Begini saja, gimana kalau kita biarkan dia jadi asisten Edward supaya bi
“Apa? Kamu membiarkannya menduduki posisiku?!” Logan yang baru pulang dari luar kota langsung terkejut setelah mendengar “kabar buruk” ini.“Buat apa kamu panik? Memangnya kamu peduli sama posisi manajer departemen subproyek? Atau visimu memang cuma begitu sempit dan yang kamu mau memang cuma begitu sedikit?” tanya Cecilia dengan dingin. Dia sudah bisa menebak reaksi Logan yang seperti ini.“Heh, aku baru menduduki posisi itu beberapa hari. Sekarang, bilang ganti langsung ganti. Gimana pandangan orang lain ke aku? Sekarang semua memang kedengaran bagus, tapi cuma posisi manajer departemen proyek saja nggak bisa diberikan padaku. Selain itu, mau aku jadi asisten pecundang itu juga? Dik, aku benar-benar curiga sama kemampuanmu,” sindir Logan sambil menarik dasinya.Setelah mendengar sindiran Logan, Cecilia tetap tidak marah. Dia bertanya dengan tenang, “Apa kamu nggak rasa ini kesempatan bagus buat menyingkirkannya?”“Apa maksudmu?” tanya Logan dengan kesal.“Kamu tahu nggak kenapa dia m
“Tidak perlu satu kompi, keluarga seni bela diri kuno yang punya kesiapan tempur sudah cukup,” jawab Logan.“Dylan juga membawa orang lain dari keluarga seni bela diri kuno? Siapa?” tanya Cecilia.Logan menggeleng. “Aku juga nggak terlalu jelas, tapi dia datang dengan persiapan. Aku sudah menyelidiki dengan jelas. Sekarang, Keluarga Tanoto juga cuma tinggal reputasi. Selain beberapa murid utama, orang lainnya juga nggak hebat-hebat banget. Clinton sibuk dengan urusan perusahaan setiap hari, kayaknya kemampuan bela dirinya juga sudah merosot. Mengenai yang satu lagi ....”Logan hanya mencibir dan tidak melanjutkan. Namun, Cecilia tahu siapa maksudnya dan juga ikut tersenyum. “Kenapa nggak lanjut bicara?”“Aku sudah bilang yang perlu dibilang. Sekarang, aku cuma mau tidur nyenyak dan menunggu kabar baik besok.” Logan menguap, lalu hendak menutup telepon.“Menurutmu ....” Ucapan Cecilia yang tiba-tiba membuat tindakan Logan terhenti. Kemudian, Cecilia melanjutkan, “Tiap orang punya kelema
Di aula kediaman Keluarga Tanoto, jam 9 pagi.Momen saat ini terlihat sangat agung dan khidmat. Para senior Keluarga Tanoto duduk di kedua sisi, sedangkan Gordon duduk di kursi utama sambil sesekali terbatuk. Di sebelah tangannya terletak sebuah kotak kayu. Tanpa perlu dibuka, semua orang sudah tahu bahwa isinya adalah segel Keluarga Tanoto.Yuna sengaja mengenakan pakaian serba hitam. Dia terlihat sangat serius. Gordon menatapnya sekejap, dia masih sangat marah tentang masalah semalam. Hanya saja, dia sudah merasa agak tenang karena tidak melihat Brandon, lalu membatin, ‘Gadis ini benar-benar sulit dihadapi! Kalau anak perempuan sudah besar, sebaiknya lebih cepat diusir dari rumah!’Semua orang sudah sampai, selain Dylan dan Clinton. Waktu perlahan-lahan berlalu, suasana yang awalnya tenang perlahan-lahan mulai berisik.Ada orang yang sudah tidak sabar dan bertanya pada Gordon, “Kak Gordon, sudah lewat setengah jam, tapi Dylan dan Clinton masih belum datang. Sekarang ... apa kita har
Yuna mengerti siapa “orang luar” yang dimaksud Gordon. Gordon selalu merasa Brandon adalah orang luar.“Hari ini, yang mau kubahas adalah masalah besar tentang Keluarga Tanoto.” Meskipun suara Gordon tidak termasuk kuat, semua orang tetap bisa mendengar dengan jelas. “Keluarga Tanoto sudah berdiri selama ratusan tahun dan memiliki sejarah yang panjang di Suba. Selama ini, kita sudah bekerja keras dan mematuhi aturan keluarga yang ketat. Tak disangka, Gideon, kakakku itu malah tiba-tiba meninggal. Kepergiannya yang tiba-tiba membuat kita sangat sedih. Tapi, hal yang paling menyedihkan adalah ini bukanlah kecelakaan, melainkan pembunuhan yang direncanakan!”Setelah berbicara sampai di sini, Gordon pun menatap Yuna lagi, seolah-olah sudah memastikan bahwa Yuna adalah pembunuhnya.Berhubung Gordon sudah bersikap begitu terus terang, Yuna juga tidak menghindar lagi. Dia langsung berdiri dan berkata, “Kakek Gordon, ucapanmu salah.”“Oh?” Gordon mencibir, “Kalau begitu, coba katakan yang man
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta