“Hati orang nggak cuma dingin, ada juga yang hangat. Yuna yang aku kenal bukan orang yang pesimis.”“Dari awal kamu sudah tahu kalau ini cuma permainan untuk merebut kekuasaan, tapi kamu masih mau menemani aku di sini. Maaf, ya,” kata Yuna dengan nada penuh penyesalan.Tiba-tiba Brandon membungkukkan tubuhnya dan menggigit bibir Yuna dengan keras. Kali ini bukan ciuman yang lembut, melainkan gigitan kuat yang sontak membuat Yuna kesakitan.Setelah melepaskan gigitannya, Brandon menatap mata Yuna dan berkata dengan serius, “Ingat gigitanku ini. Kalau lain kali kamu masih ngomong begitu, aku bakal gigit lebih keras lagi.”“Tapi kita berdua jadi nggak bisa ke mana-mana gara-gara aku. Dan aku yakin mereka nggak bakal ngasih jawaban yang aku harapkan.”Saat berada di ruang duka tadi, Yuna sudah menyadari bahwa tuduhan yang ditujukan kepadanya itu sebenarnya tak lebih dari siasat Dylan untuk merebut kekuasaan dari tangan Clinton. Yuna juga menyadari kalau Clinton sudah tahu semua itu, tapi d
Yuna kaget ketika melihat ternyata pintu Clinton tidak tertutup rapat, seakan Clinton memang sedang menunggu kedatangannya. Namun meski pintu tidak tertutup, Yuna tetap mengetuk pintunya dan melirik ke dalam.“Masuk,” sahut Clinton.Di dalam kamar itu hanya ada satu lampu meja yang menyala, sehingga pencahayaan jadi sedikit gelap. Clinton sedang duduk di bangkut yang terletak dekat jendela. Di depannya ada segelas kopi yang aromanya begitu menggoda, tapi tampaknya Clinton masih belum menyentuh gelasnya.“Clinton,” sapa Yuna.“Duduklah.”Raut wajah Clinto masih tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tapi Yuna dapat merasakan tatapan matanya sudah jauh lebih baik dibandingkan saat berada di ruang duka tadi.“Clinton, kamu ….”Yuna sempat terdiam sebentar ketika ingin bertanya, dia tidak tahu harus dari mana memulai percakapan dengannya.“Bukannya sudah kubilang kamu nggak usah pulang? Tapi kamu masih saja ngotot mau pulang,” kata Clinton dengan mengeluh, tapi Yuna masih bisa merasakan adany
Yuna memberikan aroma terapi itu langsung kepada Clinton, dan dia yakin tidak ada kesalahan sejauh ini.“Sehabis kamu ambil aroma terapinya, kamu sendiri yang tetesin untuk Kakek? Atau orang lain?”Clinton menatap lekat kedua mata Yuna seolah bisa menebak pikirannya. Tak lama Clinton pun mulai menggerakkan bibirnya mengucapkan nama seseorang yang juga sangat dekat dengan Gideon.“Pak Roji.”Tidak ada yang perlu dijelaskan terlalu banyak soal Pak Roji ini. Dia sudah bertahun-tahun bekerja sebagai pelayan pribadi Gideon yang sangat setia. Di satu rumah ini, tidak ada seorang pun yang meragukan kesetiaan Roji kepada Gideon.Namun dalam kasus ini, semua kecurigaan dan tuduhan jatuh kepada mereka bertiga karena Yuna dan Clinton juga tidak bisa membuktikan kalau mereka tidak bersalah. Oleh karena itu, ketiga orang ini pun menjadi sasaran empuk bagi Dylan dan juga Gordon. Ya, untuk sekarang memang belum ada bukti kuat yang menyatakan bahwa pembunuhnya adalah salah satu dari ketiga orang ini,
Jawaban yang Clinton berikan sudah tidak penting lagi, karena sikap yang dia tunjukkan sudah sangat jelas.Saat Yuna kembali ke kamarnya, dia mendapati Brandon sudah tidak ada di kamar dan pergi entah ke mana. Namun seperti yang pernah Brandon bilang, lingkungan rumah keluarga Tanoto cukup aman sehingga Yuna pun tidak perlu merasa khawatir. Dikarenakan masih ada satu hal penting yang harus segera Yuna kerjakan, dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi Stella.“Stel, di dalam lemari penyimpanan masih ada satu botol aroma terapi yang dulu pernah aku buat. Tolong ambil botol itu dan bawa ke lembaga resmi untuk dites kandungannya.”“Oh, kenapa?”Stella sungguh senang akhirnya bisa mendengar suara Yuna lagi setelah lama tidak bertemu, tapi sebelum Stella sempat mengobrol, dia sudah mendengar Yuna memberikan perintah untuk dikerjakan.“Aku ada perlu, pokoknya sekarang kamu bantu aku kerjain dulu, ya. Oh ya, kamu jangan bilang ke siapa-siapa soal ini, cukup kamu sendiri saja yang kerjain.
“Mungkin kabarnya masih belum menyebar saja,” kata Yuna, “Stel, aku mau kamu kasih tahu ini ke yang lain, ya.”“Eh … kenapa? Keluarga Tanoto pasti nggak mau kabar tentang kematian kakek kamu diketahui sama banyak orang, ‘kan?”Biasanya hal semacam ini akan diumumkan oleh anggota keluarga sendiri, dan seseorang yang begitu dikenal seperti Gideon pasti akan masuk berita. Namun masalahnya, Stella tidak ada hubungan sama sekali dengan keluarga Tanoto, bukankah malah jadi aneh kalau dia yang menyebarkan informasinya?“Ada masalah di keluargaku, jadi … tolong, ya.”Seketika itu Brandon membuka pintu dan masuk ke kamar bersama dengan Frans. Menyadari Yuna sedang berbicara di telepon, Brandon langsung diam dan berbisik kepada Frans, “Kamu keluar dulu.”“Siap, Pak Brandon,” sahut Frans.Walau sudah berbicara dengan suara sekecil mungkin, Stella masih bisa mendengar suara mereka berbicara, “Kak Yuna, kayaknya … tadi aku dengar suaranya Frans.”“Iya, dia juga ada di sini. Kenapa? Kamu mau ngobrol
“Aku tahu nomornya. Frans, kamu turun saja dulu.”Frans mengangguk dan langsung pergi dan menutup pintu kamar.“Jangan-jangan kamu cemburu gara-gara aku minta nomornya dia? Aku nanyain untuk orang lain!”“Aku tahu!” seru Brandon seraya mencubit hidung Yuna, lalu dia duduk di dekat Yuna dan bertanya, “Gimana tadi obrolan kamu sama Clinton?”“Mungkin masih ada sesuatu yang dia pikirin, jadi tadi dia nggak terlalu banyak ngomong. Tapi aku rasa, dia sudah tahu semua ini. Aku cuma masih nggak ngerti kenapa dia menuruti saja kemauan Dylan dan Kakek Gordon.”“Maksud kamu, dia sudah menyerahkan wewenang dia atas keluarga ini?”“Aku rasa mungkin dia takut nanti bakal terjadi kekacauan. Tapi kalau dilihat situasinya sekarang, sebenarnya sudah cukup kacau juga, sih.”Yuna masih tidak habis pikir kematian kakeknya ternyata bisa menimbulkan kekacauan yang begitu besar. Semua tetua di keluarga Tanoto pada datang dan menyaksikan keributan yang barusan terjadi di ruang duka.“Kalau kulihat situasinya
“Nggak, nggak ada kata ‘atau’. Mereka pasti bakal menuduh Clinton.”Yang dari awal mereka incar adalah kekuasaan yang selama ini berada di tangan Clinton. Sebenarnya ini semua tidak ada kaitannya dengan Yuna, tapi jika mereka tidak melemparkan kesalahan kepada aroma terapi yang Yuna buat, mereka akan kesulitan untuk mencari kesalahan Clinton.“Makanya itu aku lebih ingin secepatnya cari tahu siapa yang mengutak-atik aroma terapinya,” kata Yuna, “Clinton tadi bilang, selain aku dan dia, cuma ada Pak Roji yang pernah nyentuh aroma terapinya. Tapi Pak Roji sudah bertahun-tahun kerja di sini, dan dia setia banget sama kakekku. Aku rasa nggak mungkin dia pelakunya. Aku benar-benar kehabisan ide kapan dan gimana caranya si pelaku mengutak-atik aroma terapinya.”“Keluarga Tanoto kan gede banget, dan kalian juga punya banyak murid didik. Gimana caranya kamu menjamin nggak ada orang lain yang nyentuh,” balas Brandon.“Nggak mungkin! Memang Kakek punya banyak murid, tapi kamu sudah lihat sendiri
“Kamu sudah dengar soal apa yang terjadi di keluarga Tanoto?”“Maksud kamu tentang kematiannya Gideon?” tanya Logan sambil perlahan merapikan kaleng-kalengnya seolah tidak begitu peduli dengan apa yang ingin Cecilia sampaikan.“Nggak cuma itu saja. Sebelumnya kamu pernah dengar orang yang namanya Dylan? Dari hubungan kamu sama Yuna di masa lalu, berapa banyak yang kamu tahu tentang keluarga mereka?”“Kalau bukan Mama yang kasih tahu aku, aku bahkan nggak tahu Yuna itu anggota keluarga Tanoto. Kamu pikir seberapa jauh yang aku tahu tentang mereka?”“Hah?! Kamu ini sebagai cowok payah banget.”“Itu semua sudah berlalu, nggak perlu dibahas lagi! Kamu cari aku pastinya bukan cuma untuk membahas itu doang, ‘kan?”“Kalau kamu nggak tahu banyak tentang mereka, apa lagi yang perlu aku ….”“Memangnya aku ada bilang aku nggak tahu apa-apa tentang mereka?”“Jadi? Kamu ….”“Dulu aku memang nggak tahu apa-apa, tapi nggak berarti sekarang masih sama. Si Dylan itu anak bungsunya Gideon. Umurnya ngg