Yuna sekilas memang terlihat lembut dan tidak berbahaya. Namun di balik kapas yang lembut itu, menyimpan jarum yang sangat tajam, setiap kata-kata Yuna selalu membuat Edith tidak dapat berbuat apa-apa.Pada awalnya, Edith memang berniat untuk mempersulit Yuna masuk ke dalam departemennya. Namun berhubung perempuan itu terus memaksanya untuk memberi tahu berapa ujian yang harus dilewati, Edith pun tidak bisa terus melakukan hal tersebut.“Tiga ujian!” ujar Edith sambil menggigit gigi gerahamnya dengan sangat kencang. “Nggak ada pengecualian. Semua orang yang masuk ke dalam departemen proyek, pasti harus melewati tiga jenis tes, kamu juga harus termasuk!”Yuna menegakkan badannya, menganggukkan kepala dan berkata dengan yakin, “Oke! Semua orang melewatinya, tentu saja aku juga harus melewatinya!”“Hanya saja aku nggak tahu, apa yang di tes dalam ujian kedua ini, atau mungkin, ujian yang tadi hanya sekadar latihan? Jadi kita baru akan memulai tes yang pertama?”Pertanyaan Yuna ini sekilas
“Pekerjaan?” ujar Edith sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Masih belum lulus dari ujianku, maka bukan termasuk dari anggotaku, tentu saja aku nggak akan memberikan kamu pekerjaan apa pun.”Edith berhenti sesaat, kemudian melanjutkan kembali ucapannya, “Tentu saja, kalau kamu sangat ingin melakukan sesuatu, kamu bisa bersih-bersih.”“Namun, itu kalau kamu nggak keberatan.” Edith buru-buru menambahkan kalimatnya.“Aku nggak keberatan!” ucap Yuna terus terang. “Sebagai seorang pembuat parfum, aku tahu dengan jelas statusku. Apa yang seharusnya aku lakukan, apa yang nggak boleh aku lakukan. Seperti pekerjaan bersih-bersih ini, nggak akan menurunkan statusku, tapi ini bukanlah pekerjaan yang seharusnya aku lakukan.”“Berhubung Ibu Edith memerlukan waktu tiga hari untuk menentukan ujiannya, dan untuk sementara Ibu juga nggak bisa memberikan aku pekerjaan, maka aku akan menunggu kabar dari Ibu,” ucap Yuna sambil tersenyum tipis. “Oh iya, ngomong-ngomong kalau dalam tiga hari nanti Ibu E
Mungkin karena dia tidak menyangka ternyata perempuan itu tidak terlihat ragu sama sekali dan langsung memutuskan untuk memilih sesuatu yang tidak mungkin. Setelah terdiam sesaat, dia langsung menambahkan, "Bu Yuna, mungkin Ibu nggak mendengarkan dengan jelas atau mungkin saja nggak tahu dengan pasti risiko yang akan terjadi nantinya.”“Kalau gugatan Ibu kalah, maka nggak akan selesai dengan sebuah permintaan maaf saja. Mungkin kami akan meminta uang kompensasi yang harus Ibu bayarkan. Bahkan bisa saja Ibu memiliki risiko untuk dipenjara. Aku sarankan sebaiknya Ibu pikirkan kembali, Pak Logan hanya meminta sebuah permintaan maaf saja ….”“Bilang sama Logan untuk jangan bermimpi lagi, dia akan terlihat sangat menyedihkan!” ujar Yuna memotong ucapan pengacara.“Selain itu, kamu juga sudah bilang KALAU gugatannya kalah. Sedangkan di kamusku nggak ada kemungkinan ini. Sampai ketemu di persidangan!” tambah Yuna lagi. Setelah itu dia memutuskan sambungan telepon.Sungguh konyol sekali!Kena
iPad tersebut terlihat berisi beberapa berita yang bisa dilihat oleh Yuna berisi tentang gosip-gosip. Sedetik kemudian perempuan itu menyemburkan tawanya dan berkata, “Ternyata CEO seperti kamu juga melihat gosip seperti ini.”Brandon hanya meliriknya sekilas tanpa berkata apa pun. Tatapan lelaki itu membuat Yuna merasa ada yang salah. Dia melirik ke arah layar iPad dan mencoba membaca tulisan di sana lebih saksama lagi. Ternyata berita itu merupakan berita tentang dirinya.Isi berita tersebut mengenai dirinya ketika berada di bangku kuliah. Lebih tepatnya adalah tentang dirinya dari kuliah hingga masuk ke dunia kerja. Di antara semua berita tersebut, berita mengenai dia dan Logan serta Valerie yang paling lengkap.Judul dari berita tersebut adalah “Perempuan yang terlihat polos ternyata licik”.Yuna dibuat tercengang dengan berita tersebut. Dibilang marah, dia lebih merasa terkejut karena tidak menyangka Logan akan melakukan hal ini. Lelaki itu memfitnahnya dengan cara yang paling ket
Yuna sibuk mengibaskan tangannya dan berkata, “Nggak perlu, New Life hanya salah satu anak perusahaan kecil dari Uniasia. Atasanku juga satu level di atasku saja, jaraknya jauh sekali dengan CEO besar seperti kamu ini. Perbedaannya seperti langit dan bumi! Kalau kamu tiba-tiba ketemu dengan dia, dia pasti bakalan terkejut setengah mati!”“Pfftt ….” Yuna tertawa tertahan dengan ucapannya sendiri.Brandon meremas pelan dagu perempuan itu dan berkata, “Pintar sekali kamu memujiku, patut dipertimbangkan untuk kasih hadiah.”“Hadiah apa?” tanya Yuna dengan penuh penasaran.“Kamu mau apa?” balas Brandon mencoba mendekati perempuan itu. Bibirnya nyaris menempel di daun telinga Yuna.Mendadak seluruh tubuh Yuna merinding dan bulu kuduknya berdiri. Perempuan itu terlonjak kaget dan berkata, “Eum … aku harus pikirkan ini baik-baik dulu! Makan dulu, yuk! Aku sudah lapar!”Brandon hanya diam ketika melihat Yuna kabur masuk ke dapur. Tatapan jenakanya perlahan-lahan berpindah ke arah iPad dan sorot
Yuna kembali ke ruang tamu setelah mencuci tangannya. Dia duduk di sofa sambil minum segelas air. Kedua bola matanya berhenti di iPad yang tergeletak di meja. Perempuan itu berpikir sejenak kemudian menggeser layar iPad tersebut dengan perlahan.Dia menunduk dan membaca halaman berita dengan saksama dan fokus. Yuna tadi tidak memperhatikannya dengan jelas karena ada Brandon, dia hanya tahu garis besarnya yang berisi cerita tentang hubungan mereka bertiga ketika masa kuliah saja. Semua yang terjadi ditumpahkan dalam bentuk tulisan dengan cerita yang tidak benar faktanya.Tetapi yang paling membuat Yuna merasa tidak habis pikir dan konyol adalah, yang diberitakan di dalam sana bukan merupakan cerita yang keluar dari mulut Valerie atau Logan. Mereka meminjam nama pihak ketiga yang merupakan teman kuliah mereka atau teman sepermainan mereka.Awalnya Yuna masih merasa sedikit marah, tapi lambat laun amarahnya lenyap dan tergantikan dengan perasaan ingin menertawakan berita tersebut. Nama ya
Brandon menghentikan gerakan tangannya yang menyendok dan melihat Yuna sambil bertanya, “Kamu merasa aku hanya bisa duduk di depan meja makan seperti anak kecil yang nggak bisa apa-apa dan menunggu pelayan menyiapkan semuanya? Bahkan mereka perlu menyuapiku dan mengurusku?”Yuna menyemburkan makanan di mulutnya ketika membayangkan pemandangan tersebut. Meski Brandon mengatakannya dengan sangat berlebihan, tetapi sepertinya yang ada di bayangan Yuna memang seperti yang lelaki itu deskripsikan.“Setidaknya kamu seharusnya nggak perlu turun tangan sendiri di dapur,” kata Yuna. Mendadak dia merasa penasaran dengan kehidupan lelaki itu yang sepertinya berbeda sekali dengan apa yang dia bayangkan.“Kalau aku bersedia, aku tentu saja nggak perlu masak sendiri,” jawab lelaki itu. Dengan kedudukannya dan latar belakang yang dia miliki, tentu saja Brandon tidak perlu turun tangan sendiri untuk urusan dapur.“Berarti kamu nggak bersedia?” tanya Yuna penasaran. Jangan-jangan lelaki itu ada kesenan
Setelah selesai makan, Yuna baru akan bangkit untuk beres-beres tetapi langsung dicegat oleh lelaki itu.“Sudah aku bilang diam saja, kamu nggak perlu ikutan,” ujar Brandon dengan alis menyatu dan ekspresi tidak setuju.“Lain kali dapur itu bakalan jadi tempat terlarang! Kamu nggak boleh ke sana!”Yuna terlihat pasrah dan berkata, “Dulu aku sering masak sendiri kok-”“Itu dulu, selanjutnya sudah nggak boleh!” kata lelaki itu memotong ucapan Yuna. Dengan cepat dia membereskan peralatan masak dan masuk ke dapur.Beberapa saat kemudian terdengar suara air keran mengalir dari arah dapur. Yuna melangkah mendekat dan bersandar pada kusen pintu sambil memandangi lelaki itu. Brandon menarik lengan bajunya ke atas hingga memamerkan lengannya. Kulitnya sangat putih tetapi bukan putih pucat dan terlihat sangat kuat.Membayangkan lengan itu yang pernah memeluk pinggangnya dengan erat membuat tubuh Yuna sedikit gemetar.“Kamu berencana memberikan penjelasan?” tanya Brandon yang tengah mencuci pirin
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta