Leo menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Aku juga kurang ngerti, tetapi dari ucapan Bu Yuna dan sikapnya, dia terlihat sudah yakin. Tetapi dari bukti yang ada sekarang, seharusnya perusahaan kita pasti menang. Jadi Pak Logan jangan terlalu khawatir.”Logan khawatir, bagaimana mungkin lelaki itu tidak khawatir!Pengacara itu tidak khawatir karena dia hanya melihat bukti yang ada saja. Tapi dalam hati Logan sendiri tahu pasti kalau semua produk yang dihasilkan oleh perusahaannya merupakan jasa dari Yuna. Tetapi siapa yang menyuruh perempuan itu begitu keras kepala dan kejam? Yuna tidak menyisakan sedikit pun jalan untuknya dan membuat dia tersudutkan dan tidak bisa keluar.Yuna jelas-jelas telah tahu bahwa dia tidak memiliki kesempatan untuk menang, tetapi kenapa dia tidak mau mengalah? Apakah karena New Life yang memberikan dia keberanian? Atau memang perempuan itu masih memiliki kartu As di tangannya?Logan merasa aneh tetapi dia sendiri tidak menemukan jawaban yang cocok.“Ok, aku t
“Silakan saja!” sahut Valerie dengan acuh tak acuh.“Lagian semua datanya juga sudah aku salin. Kita ada bukti dan ada tim pengacara yang profesional. Untuk apa masih takut dengan dia?”Valerie mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Kamu lihat tanganku bengkak karena menyalin semuanya, sakit sekali! Kalau bukan karena dia, aku nggak mungkin menderita seperti ini! Logan, kali ini dia nggak boleh lolos, dia harus mendapatkan pelajaran! Dia nggak boleh bersikap seperti itu padamu!”Logan mendorong tubuh perempuan itu yang mencoba mendekatinya karena dia sedang tidak berminat dan juga tidak bisa bersikap tenang seperti Valerie.“Entah mengapa aku merasa dia sedang melakukan sesuatu yang besar. Dia jelas tahu kalau semua bukti ada di tanganku, tapi kenapa tetap ngotot mau lewat jalur hukum?”Valerie terdiam sesaat kemudian menggeleng dan berkata, “Nggak mungkin, kamu yang terlalu banyak berpikir hingga merasa khawatir. Memangnya dia bisa apa? Semua dokumen ada di tangan kita, karyawan di
Ketika Logan sedang berbicara, isi kepala Valerie sudah sibuk berputar memikirkan ada cara lain atau tidak. Logan memintanya untuk secepatnya memberikan karya baru. Perempuan itu memaksakan kepalanya untuk mengangguk meski saat ini dia masih belum memiliki ide apa pun.“Iya, aku usahakan semaksimal mungkin.”“Aku tahu kamu paling hebat!” puji Logan dengan bahagia.“Aku rencana untuk coba bicara lagi sama Yuna, aku mau memastikan kalau dia memang nggak ada bukti apa pun di tangannya,” lanjut Logan lagi.Yuna sedang duduk di sebuah kafe dengan tempat duduk yang berada tepat di samping jendela kaca besar. Perempuan itu tengah sibuk bermain ponsel dengan sebelah tangannya dan yang satunya lagi memotong kue dengan garpu kecil.Pintu terbuka dan terlihat Stella yang tergesa-gesa masuk sambil menyapukan pandangannya ke sekeliling. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan tempat keberadaan Yuna. Beberapa langkah saja sudah bisa membawa tubuh Stella berada di hadapan Yuna.“Cappucino dan
“Kak, apa rencana Kak Yuna? Sekarang mereka memfitnahmu dengan sangat keterlaluan, sepertinya semua teman-teman kuliah Kakak juga ikut membela mereka. Aku benar-benar nggak mengerti kenapa mereka seperti itu? Meski mereka bukan teman dekat Kakak, seharusnya mereka nggak boleh ngomong sembarangan juga.”“Nggak sepenuhnya sembarangan, sih, waktu dulu aku dan mereka juga nggak dekat. Hubungan pacaranku dengan Logan juga nggak banyak yang tahu,” jawab Yuna.Dia pribadi jauh lebih tenang menghadapi masalah ini. Bisa dikatakan sepertinya setelah mereka wisuda dan dia mendapatkan piagam pertamanya, Logan baru secara resmi menyatakan perasaan lelaki itu. Dari sana hubungan mereka baru resmi berpacaran.Selanjutnya dia mengalami “Kejadian” tersebut dan lelaki itu tetap pantang menyerah. Mungkin karena dia tersentuh atau mungkin memang luluh dan mungkin saja alasan lainnya, hubungan mereka berdua meningkat cukup pesat.Setelah itu Yuna dengan sukarela berada di belakang lelaki itu dan melakukan
Yuna berencana akan langsung kembali setelah bertemu dengan Stella, tapi telepon Edith menghentikannya. Dia tidak memiliki nomor ponsel perempuan itu sehingga Yuna terdiam sesaat ketika mendengar suara yang berasal dari seberang telepon.“Ujian tahap ke-2 dan ke-3 sudah selesai, kamu sudah siap?” tanya Edith padanya.“Kapan?” tanya Yuna setelah berpikir sesaat.“Bukannya kamu butuh cepat? Hari ini, sekarang juga, kamu bisa, nggak?” tanya Edith dengan suara menantang.Yuna tidak pernah takut menghadapi tantangan, semua tantangan yang datang ke hadapannya tidak akan berarti apa pun. Yang paling menakutkan adalah serangan dari belakang secara diam-diam.“Bisa, aku segera ke kantor dan tiba dalam 20 menit,” jawab Yuna sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.Dia bertanya kapan waktunya hanya karena khawatir dengan jadwal persidangan minggu depan. Tapi siapa sangka ternyata Edith begitu buru-buru. Ada baiknya juga karena lebih cepat lebih baik, Yuna tidak akan pern
Sebagai salah satu lokasi keberadaan laboratorium, lokasinya tentu berada jauh dari pusat kota. Alasan pertama adalah karena tanah yang digunakan tidak kecil, sehingga lebih mudah menemukannya di pinggiran kota dan harga jauh lebih bersahabat.Kedua, sebagai tempat untuk uji coba memang seharusnya jauh dari keramaian dan hiruk pikuk. Apalagi di tepi kota lebih banyak tumbuh-tumbuhan dan jauh lebih kaya akan bahan baku.Dulu saat masih berada di VL, laboratorium mereka juga berada di tepi kota. Tetapi karena keterbatasan biaya, Logan hanya bisa menyewa setengah dari pabrik tua. Setiap mereka membeli bahan baku, lelaki itu pasti akan mengoceh sesaat.Tetapi setelah produk baru berhasil diproduksi, Logan akan mulai membuat dia bermimpi akan masa depan yang indah. Meski lokasi yang dia tuju cukup jauh, dia bisa langsung tiba tanpa perlu transit kendaraan umum.Bangunan yang ada di depannya ini berbeda jauh dari apa yang dia bayangkan karena bukan berbentuk pabrik atau gudang, melainkan seb
Untuk kali ini Yuna tidak menangkap tatapan untuk menonton pertunjukan seru di kedua bola mata milik perempuan itu, melainkan tatapan memotivasi.Dia tersenyum tipis dan menjawab, “Kenapa harus takut?”Sebagai seorang peracik aroma, tidak mungkin dia tidak mengetahui kalau yang namanya aroma ada yang disebut sebagai aroma wangi dan busuk. Tidak semua bahan wewangian beraroma enak, ada beberapa yang berbau busuk bahkan bisa membuat siapa pun yang menghirupnya merasa mual dan jijik.Tapi peracik aroma tetap harus melakukan itu semua untuk menciptakan aroma baru dengan membuang aroma busuk dan mempertahankan aroma wanginya.Namun aroma busuk yang begitu tajam membuatnya menebak tempat tersebut merupakan laboratorium khusus menguji berbagai bau busuk. Yuna tahu Edith pasti akan mempersulit dirinya, tetapi dia tidak pernah terpikir akan dengan cara yang seperti ini.Bagi Yuna tidak ada artinya karena semua yang berhubungan dengan aroma akan membuatnya tertarik. Tidak akan menjadi masalah be
Yuna menghabiskan waktunya sepanjang hari di ruang laboratorium, bahkan dia tidak sempat untuk sekedar minum air. Dia merupakan orang yang sangat loyal terhadap pekerjaannya. Ketika dia mulai tenggelam dalam pekerjaannya, perempuan itu akan seperti berada di dunianya sendiri dan tidak bisa diganggu sama sekali.Tanpa sadar langit sudah gelap, hingga ada orang yang mengetuk pintu ruangan dan meminta dia untuk pulang baru Yuna mengetahuinya. Kesulitan dari tes kali ini sedikit lebih tinggi dari yang dia perkirakan. Dia sedikit salah memperkirakan waktu penyelesaiannya.Edith memberikannya waktu tiga hari untuk menyelesaikannya, tetapi dia memperkirakan waktunya sesuai dengan kebiasaannya dulu ketika berada di laboratorium yang lama. Yuna lupa kalau di sini dia tidak bisa tinggal di laboratorium sesuka hatinya.Jika sudah tiba waktunya, semua orang harus pergi dari laboratorium. Selain orang yang bertugas pada jam yang sudah ditentukan, tidak ada orang lain yang boleh berada di sana. Hal
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti