Yuna sibuk mengibaskan tangannya dan berkata, “Nggak perlu, New Life hanya salah satu anak perusahaan kecil dari Uniasia. Atasanku juga satu level di atasku saja, jaraknya jauh sekali dengan CEO besar seperti kamu ini. Perbedaannya seperti langit dan bumi! Kalau kamu tiba-tiba ketemu dengan dia, dia pasti bakalan terkejut setengah mati!”“Pfftt ….” Yuna tertawa tertahan dengan ucapannya sendiri.Brandon meremas pelan dagu perempuan itu dan berkata, “Pintar sekali kamu memujiku, patut dipertimbangkan untuk kasih hadiah.”“Hadiah apa?” tanya Yuna dengan penuh penasaran.“Kamu mau apa?” balas Brandon mencoba mendekati perempuan itu. Bibirnya nyaris menempel di daun telinga Yuna.Mendadak seluruh tubuh Yuna merinding dan bulu kuduknya berdiri. Perempuan itu terlonjak kaget dan berkata, “Eum … aku harus pikirkan ini baik-baik dulu! Makan dulu, yuk! Aku sudah lapar!”Brandon hanya diam ketika melihat Yuna kabur masuk ke dapur. Tatapan jenakanya perlahan-lahan berpindah ke arah iPad dan sorot
Yuna kembali ke ruang tamu setelah mencuci tangannya. Dia duduk di sofa sambil minum segelas air. Kedua bola matanya berhenti di iPad yang tergeletak di meja. Perempuan itu berpikir sejenak kemudian menggeser layar iPad tersebut dengan perlahan.Dia menunduk dan membaca halaman berita dengan saksama dan fokus. Yuna tadi tidak memperhatikannya dengan jelas karena ada Brandon, dia hanya tahu garis besarnya yang berisi cerita tentang hubungan mereka bertiga ketika masa kuliah saja. Semua yang terjadi ditumpahkan dalam bentuk tulisan dengan cerita yang tidak benar faktanya.Tetapi yang paling membuat Yuna merasa tidak habis pikir dan konyol adalah, yang diberitakan di dalam sana bukan merupakan cerita yang keluar dari mulut Valerie atau Logan. Mereka meminjam nama pihak ketiga yang merupakan teman kuliah mereka atau teman sepermainan mereka.Awalnya Yuna masih merasa sedikit marah, tapi lambat laun amarahnya lenyap dan tergantikan dengan perasaan ingin menertawakan berita tersebut. Nama ya
Brandon menghentikan gerakan tangannya yang menyendok dan melihat Yuna sambil bertanya, “Kamu merasa aku hanya bisa duduk di depan meja makan seperti anak kecil yang nggak bisa apa-apa dan menunggu pelayan menyiapkan semuanya? Bahkan mereka perlu menyuapiku dan mengurusku?”Yuna menyemburkan makanan di mulutnya ketika membayangkan pemandangan tersebut. Meski Brandon mengatakannya dengan sangat berlebihan, tetapi sepertinya yang ada di bayangan Yuna memang seperti yang lelaki itu deskripsikan.“Setidaknya kamu seharusnya nggak perlu turun tangan sendiri di dapur,” kata Yuna. Mendadak dia merasa penasaran dengan kehidupan lelaki itu yang sepertinya berbeda sekali dengan apa yang dia bayangkan.“Kalau aku bersedia, aku tentu saja nggak perlu masak sendiri,” jawab lelaki itu. Dengan kedudukannya dan latar belakang yang dia miliki, tentu saja Brandon tidak perlu turun tangan sendiri untuk urusan dapur.“Berarti kamu nggak bersedia?” tanya Yuna penasaran. Jangan-jangan lelaki itu ada kesenan
Setelah selesai makan, Yuna baru akan bangkit untuk beres-beres tetapi langsung dicegat oleh lelaki itu.“Sudah aku bilang diam saja, kamu nggak perlu ikutan,” ujar Brandon dengan alis menyatu dan ekspresi tidak setuju.“Lain kali dapur itu bakalan jadi tempat terlarang! Kamu nggak boleh ke sana!”Yuna terlihat pasrah dan berkata, “Dulu aku sering masak sendiri kok-”“Itu dulu, selanjutnya sudah nggak boleh!” kata lelaki itu memotong ucapan Yuna. Dengan cepat dia membereskan peralatan masak dan masuk ke dapur.Beberapa saat kemudian terdengar suara air keran mengalir dari arah dapur. Yuna melangkah mendekat dan bersandar pada kusen pintu sambil memandangi lelaki itu. Brandon menarik lengan bajunya ke atas hingga memamerkan lengannya. Kulitnya sangat putih tetapi bukan putih pucat dan terlihat sangat kuat.Membayangkan lengan itu yang pernah memeluk pinggangnya dengan erat membuat tubuh Yuna sedikit gemetar.“Kamu berencana memberikan penjelasan?” tanya Brandon yang tengah mencuci pirin
Leo menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Aku juga kurang ngerti, tetapi dari ucapan Bu Yuna dan sikapnya, dia terlihat sudah yakin. Tetapi dari bukti yang ada sekarang, seharusnya perusahaan kita pasti menang. Jadi Pak Logan jangan terlalu khawatir.”Logan khawatir, bagaimana mungkin lelaki itu tidak khawatir!Pengacara itu tidak khawatir karena dia hanya melihat bukti yang ada saja. Tapi dalam hati Logan sendiri tahu pasti kalau semua produk yang dihasilkan oleh perusahaannya merupakan jasa dari Yuna. Tetapi siapa yang menyuruh perempuan itu begitu keras kepala dan kejam? Yuna tidak menyisakan sedikit pun jalan untuknya dan membuat dia tersudutkan dan tidak bisa keluar.Yuna jelas-jelas telah tahu bahwa dia tidak memiliki kesempatan untuk menang, tetapi kenapa dia tidak mau mengalah? Apakah karena New Life yang memberikan dia keberanian? Atau memang perempuan itu masih memiliki kartu As di tangannya?Logan merasa aneh tetapi dia sendiri tidak menemukan jawaban yang cocok.“Ok, aku t
“Silakan saja!” sahut Valerie dengan acuh tak acuh.“Lagian semua datanya juga sudah aku salin. Kita ada bukti dan ada tim pengacara yang profesional. Untuk apa masih takut dengan dia?”Valerie mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Kamu lihat tanganku bengkak karena menyalin semuanya, sakit sekali! Kalau bukan karena dia, aku nggak mungkin menderita seperti ini! Logan, kali ini dia nggak boleh lolos, dia harus mendapatkan pelajaran! Dia nggak boleh bersikap seperti itu padamu!”Logan mendorong tubuh perempuan itu yang mencoba mendekatinya karena dia sedang tidak berminat dan juga tidak bisa bersikap tenang seperti Valerie.“Entah mengapa aku merasa dia sedang melakukan sesuatu yang besar. Dia jelas tahu kalau semua bukti ada di tanganku, tapi kenapa tetap ngotot mau lewat jalur hukum?”Valerie terdiam sesaat kemudian menggeleng dan berkata, “Nggak mungkin, kamu yang terlalu banyak berpikir hingga merasa khawatir. Memangnya dia bisa apa? Semua dokumen ada di tangan kita, karyawan di
Ketika Logan sedang berbicara, isi kepala Valerie sudah sibuk berputar memikirkan ada cara lain atau tidak. Logan memintanya untuk secepatnya memberikan karya baru. Perempuan itu memaksakan kepalanya untuk mengangguk meski saat ini dia masih belum memiliki ide apa pun.“Iya, aku usahakan semaksimal mungkin.”“Aku tahu kamu paling hebat!” puji Logan dengan bahagia.“Aku rencana untuk coba bicara lagi sama Yuna, aku mau memastikan kalau dia memang nggak ada bukti apa pun di tangannya,” lanjut Logan lagi.Yuna sedang duduk di sebuah kafe dengan tempat duduk yang berada tepat di samping jendela kaca besar. Perempuan itu tengah sibuk bermain ponsel dengan sebelah tangannya dan yang satunya lagi memotong kue dengan garpu kecil.Pintu terbuka dan terlihat Stella yang tergesa-gesa masuk sambil menyapukan pandangannya ke sekeliling. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan tempat keberadaan Yuna. Beberapa langkah saja sudah bisa membawa tubuh Stella berada di hadapan Yuna.“Cappucino dan
“Kak, apa rencana Kak Yuna? Sekarang mereka memfitnahmu dengan sangat keterlaluan, sepertinya semua teman-teman kuliah Kakak juga ikut membela mereka. Aku benar-benar nggak mengerti kenapa mereka seperti itu? Meski mereka bukan teman dekat Kakak, seharusnya mereka nggak boleh ngomong sembarangan juga.”“Nggak sepenuhnya sembarangan, sih, waktu dulu aku dan mereka juga nggak dekat. Hubungan pacaranku dengan Logan juga nggak banyak yang tahu,” jawab Yuna.Dia pribadi jauh lebih tenang menghadapi masalah ini. Bisa dikatakan sepertinya setelah mereka wisuda dan dia mendapatkan piagam pertamanya, Logan baru secara resmi menyatakan perasaan lelaki itu. Dari sana hubungan mereka baru resmi berpacaran.Selanjutnya dia mengalami “Kejadian” tersebut dan lelaki itu tetap pantang menyerah. Mungkin karena dia tersentuh atau mungkin memang luluh dan mungkin saja alasan lainnya, hubungan mereka berdua meningkat cukup pesat.Setelah itu Yuna dengan sukarela berada di belakang lelaki itu dan melakukan
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta