Ketika Logan sedang berbicara, isi kepala Valerie sudah sibuk berputar memikirkan ada cara lain atau tidak. Logan memintanya untuk secepatnya memberikan karya baru. Perempuan itu memaksakan kepalanya untuk mengangguk meski saat ini dia masih belum memiliki ide apa pun.“Iya, aku usahakan semaksimal mungkin.”“Aku tahu kamu paling hebat!” puji Logan dengan bahagia.“Aku rencana untuk coba bicara lagi sama Yuna, aku mau memastikan kalau dia memang nggak ada bukti apa pun di tangannya,” lanjut Logan lagi.Yuna sedang duduk di sebuah kafe dengan tempat duduk yang berada tepat di samping jendela kaca besar. Perempuan itu tengah sibuk bermain ponsel dengan sebelah tangannya dan yang satunya lagi memotong kue dengan garpu kecil.Pintu terbuka dan terlihat Stella yang tergesa-gesa masuk sambil menyapukan pandangannya ke sekeliling. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan tempat keberadaan Yuna. Beberapa langkah saja sudah bisa membawa tubuh Stella berada di hadapan Yuna.“Cappucino dan
“Kak, apa rencana Kak Yuna? Sekarang mereka memfitnahmu dengan sangat keterlaluan, sepertinya semua teman-teman kuliah Kakak juga ikut membela mereka. Aku benar-benar nggak mengerti kenapa mereka seperti itu? Meski mereka bukan teman dekat Kakak, seharusnya mereka nggak boleh ngomong sembarangan juga.”“Nggak sepenuhnya sembarangan, sih, waktu dulu aku dan mereka juga nggak dekat. Hubungan pacaranku dengan Logan juga nggak banyak yang tahu,” jawab Yuna.Dia pribadi jauh lebih tenang menghadapi masalah ini. Bisa dikatakan sepertinya setelah mereka wisuda dan dia mendapatkan piagam pertamanya, Logan baru secara resmi menyatakan perasaan lelaki itu. Dari sana hubungan mereka baru resmi berpacaran.Selanjutnya dia mengalami “Kejadian” tersebut dan lelaki itu tetap pantang menyerah. Mungkin karena dia tersentuh atau mungkin memang luluh dan mungkin saja alasan lainnya, hubungan mereka berdua meningkat cukup pesat.Setelah itu Yuna dengan sukarela berada di belakang lelaki itu dan melakukan
Yuna berencana akan langsung kembali setelah bertemu dengan Stella, tapi telepon Edith menghentikannya. Dia tidak memiliki nomor ponsel perempuan itu sehingga Yuna terdiam sesaat ketika mendengar suara yang berasal dari seberang telepon.“Ujian tahap ke-2 dan ke-3 sudah selesai, kamu sudah siap?” tanya Edith padanya.“Kapan?” tanya Yuna setelah berpikir sesaat.“Bukannya kamu butuh cepat? Hari ini, sekarang juga, kamu bisa, nggak?” tanya Edith dengan suara menantang.Yuna tidak pernah takut menghadapi tantangan, semua tantangan yang datang ke hadapannya tidak akan berarti apa pun. Yang paling menakutkan adalah serangan dari belakang secara diam-diam.“Bisa, aku segera ke kantor dan tiba dalam 20 menit,” jawab Yuna sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.Dia bertanya kapan waktunya hanya karena khawatir dengan jadwal persidangan minggu depan. Tapi siapa sangka ternyata Edith begitu buru-buru. Ada baiknya juga karena lebih cepat lebih baik, Yuna tidak akan pern
Sebagai salah satu lokasi keberadaan laboratorium, lokasinya tentu berada jauh dari pusat kota. Alasan pertama adalah karena tanah yang digunakan tidak kecil, sehingga lebih mudah menemukannya di pinggiran kota dan harga jauh lebih bersahabat.Kedua, sebagai tempat untuk uji coba memang seharusnya jauh dari keramaian dan hiruk pikuk. Apalagi di tepi kota lebih banyak tumbuh-tumbuhan dan jauh lebih kaya akan bahan baku.Dulu saat masih berada di VL, laboratorium mereka juga berada di tepi kota. Tetapi karena keterbatasan biaya, Logan hanya bisa menyewa setengah dari pabrik tua. Setiap mereka membeli bahan baku, lelaki itu pasti akan mengoceh sesaat.Tetapi setelah produk baru berhasil diproduksi, Logan akan mulai membuat dia bermimpi akan masa depan yang indah. Meski lokasi yang dia tuju cukup jauh, dia bisa langsung tiba tanpa perlu transit kendaraan umum.Bangunan yang ada di depannya ini berbeda jauh dari apa yang dia bayangkan karena bukan berbentuk pabrik atau gudang, melainkan seb
Untuk kali ini Yuna tidak menangkap tatapan untuk menonton pertunjukan seru di kedua bola mata milik perempuan itu, melainkan tatapan memotivasi.Dia tersenyum tipis dan menjawab, “Kenapa harus takut?”Sebagai seorang peracik aroma, tidak mungkin dia tidak mengetahui kalau yang namanya aroma ada yang disebut sebagai aroma wangi dan busuk. Tidak semua bahan wewangian beraroma enak, ada beberapa yang berbau busuk bahkan bisa membuat siapa pun yang menghirupnya merasa mual dan jijik.Tapi peracik aroma tetap harus melakukan itu semua untuk menciptakan aroma baru dengan membuang aroma busuk dan mempertahankan aroma wanginya.Namun aroma busuk yang begitu tajam membuatnya menebak tempat tersebut merupakan laboratorium khusus menguji berbagai bau busuk. Yuna tahu Edith pasti akan mempersulit dirinya, tetapi dia tidak pernah terpikir akan dengan cara yang seperti ini.Bagi Yuna tidak ada artinya karena semua yang berhubungan dengan aroma akan membuatnya tertarik. Tidak akan menjadi masalah be
Yuna menghabiskan waktunya sepanjang hari di ruang laboratorium, bahkan dia tidak sempat untuk sekedar minum air. Dia merupakan orang yang sangat loyal terhadap pekerjaannya. Ketika dia mulai tenggelam dalam pekerjaannya, perempuan itu akan seperti berada di dunianya sendiri dan tidak bisa diganggu sama sekali.Tanpa sadar langit sudah gelap, hingga ada orang yang mengetuk pintu ruangan dan meminta dia untuk pulang baru Yuna mengetahuinya. Kesulitan dari tes kali ini sedikit lebih tinggi dari yang dia perkirakan. Dia sedikit salah memperkirakan waktu penyelesaiannya.Edith memberikannya waktu tiga hari untuk menyelesaikannya, tetapi dia memperkirakan waktunya sesuai dengan kebiasaannya dulu ketika berada di laboratorium yang lama. Yuna lupa kalau di sini dia tidak bisa tinggal di laboratorium sesuka hatinya.Jika sudah tiba waktunya, semua orang harus pergi dari laboratorium. Selain orang yang bertugas pada jam yang sudah ditentukan, tidak ada orang lain yang boleh berada di sana. Hal
Gerakan sederhana itu dapat berhasil ditangkap oleh Brandon. Dengan cepat dia menekan sebuah tombol yang menaikkan pembatas antara bangku depan dan belakang. Tanpa bicara banyak lagi, dia meraih kaki Yuna yang terluka dan meletakkannya di atas pahanya.Brandon mengatur penerangan di mobil menjadi sedikit lebih terang dan pemandangan kaki Yuna yang memerah dan sedikit membengkak jatuh di kedua matanya. Keningnya berkerut dan berkata, “Kenapa kamu mudah sekali terluka?”“Mana ada?” sahut Yuna dengan suara pelan.Kenapa seakan-akan dirinya sangat ceroboh sekali? Dia hanya keseleo saja, ini juga karena mobil lelaki itu.“Sarafnya nggak terluka, pulang nanti langsung olesin salep. Beberapa hari ini usahakan jangan jalan-jalan dulu,” kata Brandon sambil memijat kaki perempuan itu dengan lembut.“Kamu bisa lihat penyakit?” tanya Yuna penasaran.“Hanya luka sederhana saja, bukan yang sulit,” jawab Brandon sambil memandangi perempuan itu. Tiba-tiba kening lelaki itu tampak berkerut. Hidungnya m
Saat tiba di rumah, Yuna langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Yuna menuangkan cukup banyak sabun yang sudah ditambahkan dengan minyak esensial yang diracik olehnya.Perempuan itu mandi selama satu jam penuh hingga dia merasa tubuhnya sudah wangi dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah Yuna merasa semua badannya sudah wangi, dia baru menyudahinya dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian tidur.Brandon yang sudah selesai mandi di kamar mandi kosong lainnya langsung memberikan handuk yang sudah dia siapkan ketika melihat Yuna keluar. Lelaki itu bangkit dan melangkah mendekati Yuna.“Rambutnya nggak dikeringin?” tanya Brandon yang menyadari sepertinya perempuan di depannya ini tidak memiliki kebiasaan mengeringkan rambut setelah selesai mandi.Meski di dalam kamar mandinya sudah tersedia pengering rambut, perempuan itu selalu keluar dalam keadaan rambut yang masih basah dan meneteskan air.“Aku nggak suka kulit kepalaku terkena dengan angin dari hair dryer,” kata Yun