“Ka ... kamu?!!!”Meski jawabannya sudah jelas, Edith masih merasa sulit untuk percaya, “Kamu?!!!”“Kenapa? Aku nggak bisa?” Yuna merasa lucu ketika melihat reaksi Edith. Seandainya dia tahu reaksi Edith akan selucu ini, Yuna mungkin akan mempertimbangkan untuk memberi tahu dia lebih awal.“Bukannya nggak boleh. Bukan ... ini ....” Perubahan alur ini terlalu tiba-tiba sehingga Edith merasa tidak sanggup menerimanya, “Ternyata kamu?! Tapi kenapa rumor di luar ....”“Hari itu Kak Yuna dan Pak Brandon pergi jenguk aku di rumah sakit. Tapi perhatian aku saat itu semuanya tertuju pada mamaku. Ada masalah dengan sudut pengambilan foto, kelihatannya salah posisi sehingga muncul kesalahpahaman seperti ini,” terang Stella.Begitu mengungkit soal ibunya, Stella tiba-tiba merasa sedih lagi.“Oh begitu. Kalau dilihat seperti ini memang benar, sih.” Setelah melihat foto itu dengan lebih teliti lagi, Edith baru merasa memang ada masalah dengan sudut pengambilan foto. “Wartawan ini ada-ada saja. Mau
“Nggak, lebih tepatnya memang hanya sedikit orang yang tahu soal hubungan kami.” Yuna segera meminta maaf dengan tulus, “Aku benar-benar minta maaf karena merahasiakan ini dari kamu.”Setelah menatap Yuna sebentar, Edith pun melambaikan tangannya dan berkata, “Sudah, aku maafkan kamu, deh.”Edith juga bukan orang yang berpikiran sempit. Apalagi ini urusan pribadi orang lain. Mau beri tahu atau tidak, sebenarnya itu urusan Yuna sendiri.“Ngomong-ngomong, semua data yang kamu inginkan sudah ada di sini. Kamu lihat saja ada nggak yang bisa dipakai. Pihak perusahaan sebenarnya sudah sangat mendesak. Bagaimanapun, setelah penelitian berhasil, maka akan segera masuk ke tahap produksi.” Edith mulai membicarakan tentang pekerjaan dengan serius.Yuna mengangguk dan berkata, “Aku tahu. Sebenarnya sudah hampir selesai, hanya tersisa langkah terakhir. Kalau berhasil, maka produk bisa diproduksi secara resmi. Stella, bantu aku sebentar.”Ada saatnya mereka bercanda. Namun, kalau sudah mulai bekerja
Jadi, foto itu bahkan sudah mendapat persetujuan dari Brandon sebelum diposting? Kalau begitu, apakah Brandon tidak melihat kalau sudut pengambilan foto sama sekali tidak tepat dan akan menimbulkan kesalahpahaman?“Kamu sudah lihat fotonya, belum?” tanya Yuna lagi.Brandon spontan menggelengkan kepalanya. Dia orang yang sangat sibuk. Pada hari itu, asistennya datang dan bertanya padanya. Setelah mengangguk setuju, Brandon pun tidak menanyakan hal itu lagi.Brandon hanya tahu kalau berita gosip sudah diterbitkan di koran dan majalah. Dia ingin membacanya. Namun, setiap kali dia hendak membacanya pasti terhalang dengan urusan lain. Setelah itu, Brandon pun melupakan hal tersebut. Dia baru teringat sekarang, itu pun karena Yuna mengungkit masalah ini.“Kenapa? Kamu sudah lihat? Bagaimana hasil fotonya? Kita terlihat sangat serasi, kan?” tanya Brandon dengan penuh semangat.Yuna tidak tahu harus marah atau tertawa. Ingin dia menjawab serasi, pasangan yang benar-benar sangat serasi. Yang na
Setelah masuk ke dalam rumah, Yuna hendak mengganti sepatunya dengan sandal. Namun, Brandon tiba-tiba berlutut dan membantu Yuna melepas sepatunya.Yuna terkejut dan spontan menarik kembali kakinya, “Apa yang kamu lakukan?”“Bantu kamu ganti sepatu.” Brandon mendongak dan menjawab dengan sangat santai.Akan tetapi, sikap pria itu membuat Yuna merasa tidak nyaman, “Nggak usah, aku bisa sendiri.”Yuna segera melepaskan sepatunya. Tiba-tiba, dia merasa ada aura yang mengintimidasi di belakangnya. Yuna pun melihat ke belakang, lalu mendapati Calvin dan perempuan itu sudah berdiri di depan pintu rumah mereka. Selain itu, tatapan perempuan itu sangat tajam, seolah-olah dia bisa membunuh orang lain hanya dengan tatapannya itu.Yuna mengerutkan keningnya. Perasaan ini membuatnya sangat tidak nyaman. Dia segera memakai sandalnya, lalu pergi mengambil sebotol minuman untuk dirinya sendiri.“Masuk,” kata Brandon.Yuna baru menyadari pelayan yang biasanya bertugas membersihkan rumah juga ada di ru
Yuna mengangkat alisnya, lalu melihat Brandon menggerakkan kakinya tanpa mengeluarkan suara dan menjauhkan diri dari Sharon.“Perempuan lain?” Brandon menoleh dan menatap Yuna, “Maksud kamu, dia?”Yuna tetap saja merasa tidak nyaman ditunjuk secara tiba-tiba seperti itu. Dia memelototi Brandon, tapi pria itu malah tertawa. Mereka berdua sudah terbiasa berinteraksi seperti itu. Sikap yang bagi mereka alami dan biasa saja, tapi justru terlihat sedang memamerkan kemesraan di mata orang lain. Terutama di mata Sharon, yang membuat perempuan itu kesal bukan main.Sharon sudah mengenal Brandon lebih dari sepuluh tahun. Akan tetapi, dia belum pernah melihat Brandon menunjukkan ekspresi seperti itu padanya. Senyum pria itu sangat menawan. Kalau Brandon bisa tersenyum padanya seperti itu, mati pun Sharon rela. Namun, pria itu tidak pernah, sama sekali tidak pernah.Kini, Brandon malah tersenyum pada perempuan itu. Mengapa? Atas dasar apa?! Terlebih lagi, hari ini Sharon baru tahu siapa serta mel
“Sharon, Sharon ....” Setelah memanggil adiknya dua kali, adiknya tak kunjung berhenti. Calvin ingin mengejar adiknya, tapi dia juga mempertimbangkan yang di sini.Bagaimanapun, dia datang ke sini dengan membawa misi. Dia harus meminta maaf dengan benar, jangan sampai membuat hubungan kedua keluarga jadi rusak.Sharon kembali ke rumah dua hari yang lalu sambil menangis dengan menjadi-jadi. Awalnya orang tuanya sangat marah ketika mereka tahu Sharon telah dipukul orang lain. Mereka ingin mencari perhitungan dengan orang yang telah memukul putri mereka. Setelah itu, mereka baru tahu kalau Sharon pergi mencari tunangan Brandon dan keduanya berkelahi. Karena itu, mereka pun jadi ragu-ragu.Mereka tahu jelas orang seperti apa Brandon. Kalau hanya Sharon yang dipukul, mereka masih bisa membela Sharon. Akan tetapi, putri mereka sendiri yang ke sana dan cari masalah lebih dulu. Selain itu, mereka tidak tahu bagaimana kondisi tunangan Brandon. Mereka pun kesulitan menyelesaikan masalah ini.Set
Dibandingkan dengan keluarga lain, keluarga Setiawan memang cukup makmur dan memiliki banyak anggota keluarga. Dari generasi ayahnya Brandon saja sudah banyak anak. Hingga saat ini, nenek Brandon juga masih hidup.Hanya saja karena sudah berumur, dia tidak ingin mengurus apa-apa lagi. Semua urusan keluarga Setiawan ditangani oleh Brandon. Dengan kata lain, paman, tante dan yang lainnya juga harus menuruti perkataan Brandon dalam urusan keluarga. Namun, Yuna sepertinya belum pernah mendengar Brandon memiliki saudara kandung. Kalau begitu, mengapa tadi Calvin memanggilnya kakak?Brandon membelai tengkuk Yuna dengan lembut dan menjawab, “Karena aku anak tertua keempat.”“Hah?” Yuna tampak terkejut, “Kok aku nggak tahu kamu punya saudara?”“Sebenarnya masalah ini nggak boleh diungkit lagi di keluarga kami. Nggak banyak orang luar yang tahu soal ini. Sekalipun tahu, juga sudah berlalu bertahun-tahun lamanya. Pelan-pelan nggak ada yang ungkit lagi, orang-orang pun jadi lupa,” ujar Brandon d
“Tentu saja kamu akan selalu bersamaku. Memangnya kamu masih ingin kabur?!” Brandon tertawa pelan, “Mau kabur juga nggak bisa. Akhir-akhir jadi malas, nggak? Aku dengar sabun Savon de Marseille sudah hampir rampung, kan?”Yuna tahu Brandon ingin mengalihkan topik pembicaraannya. Yuna pun membiarkannya saja dan mulai bertingkah manja padanya, “Mana ada bos seperti kamu? Sudah pulang ke rumah masih saja mau awasi karyawannya. Kalau kamu desak terus, aku mogok kerja, loh.”“Kamu nggak akan mogok kerja. Kamu masih harus buatkan aromaterapi untuk kakekmu.” Brandon berkata sambil tersenyum, “Sabun Savon de Marseille ini juga merupakan upaya baru. Kalau hasilnya bagus, seharusnya akan ada lebih banyak proyek kerja sama di masa depan. Kita juga akan lebih mudah membuka pasar di Prancis.”Brandon seorang pengusaha, tentu saja dia memiliki visi jangka panjang seorang pengusaha. Yuna tidak tahu banyak tentang dunia bisnis. Namun, dia tahu bagaimana memadukan wewangian dan membuat parfum. Dia juga