“Tentu saja kamu akan selalu bersamaku. Memangnya kamu masih ingin kabur?!” Brandon tertawa pelan, “Mau kabur juga nggak bisa. Akhir-akhir jadi malas, nggak? Aku dengar sabun Savon de Marseille sudah hampir rampung, kan?”Yuna tahu Brandon ingin mengalihkan topik pembicaraannya. Yuna pun membiarkannya saja dan mulai bertingkah manja padanya, “Mana ada bos seperti kamu? Sudah pulang ke rumah masih saja mau awasi karyawannya. Kalau kamu desak terus, aku mogok kerja, loh.”“Kamu nggak akan mogok kerja. Kamu masih harus buatkan aromaterapi untuk kakekmu.” Brandon berkata sambil tersenyum, “Sabun Savon de Marseille ini juga merupakan upaya baru. Kalau hasilnya bagus, seharusnya akan ada lebih banyak proyek kerja sama di masa depan. Kita juga akan lebih mudah membuka pasar di Prancis.”Brandon seorang pengusaha, tentu saja dia memiliki visi jangka panjang seorang pengusaha. Yuna tidak tahu banyak tentang dunia bisnis. Namun, dia tahu bagaimana memadukan wewangian dan membuat parfum. Dia juga
“Kalau begitu untuk apa kamu masih omong kosong di sini?!” tukas pria itu sambil tertawa sinis. Jawabannya sudah jelas, dia hanya ingin mengolok-olok Cecilia.Wajah Cecilia tampak tenang. Ujung bibirnya terangkat, membentuk seulas senyum mengejek ketika melihat penampilan pria yang sedang terpuruk itu. “Aku memang nggak bisa putar balik waktu. Tapi aku bisa buat kamu bangkit kembali. Perusahaan nggak bisa diselamatkan, tapi bisa dimulai kembali dari awal.”“Ngomong doang gampang. Mulai dari awal.” Pria itu terkekeh, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kamu tahu betapa sulitnya bagi aku untuk memulai perusahaan ini? Aku benar-benar mulai dari nol dan sampai ke aku yang sekarang selangkah demi selangkah. Semua yang ada di perusahaanku, meja dan kursi di dalamnya, itu semua jerih payahku. Kamu bilang mulai dari awal lagi?! Pakai apa aku mulai dari awal lagi sekarang?!”“Makanya, aku bantu kamu.” Cecilia berjalan dan berdiri diam di depan pria itu dengan tangan di belakang, seperti
“Nggak peduli kamu mau akui atau nggak, kita memang saudara.” Cecilia tetap menekankan.Ibunya mengira dia tidak tahu. Sebenarnya tidak hanya Cecilia, tapi ayahnya juga tahu kalau ibunya memiliki anak laki-laki di luar, anak dari mantan suaminya.Alasan mereka tidak mengungkapkan hal ini dan pura-pura tidak tahu adalah karena keluarga Kusumo masih membutuhkan Tania, untuk menangani urusan dalam keluarga, menyelesaikan masalah besar maupun kecil dalam keluarga. Keluarga besar seperti keluarga Kusumo tidak bisa tidak memiliki kepala rumah tangga.Tentu saja, juga untuk menjaga harga diri mereka sebagai orang kaya agar tidak ditertawakan oleh orang lain. Karena Tania menanganinya dengan hati-hati, juga tidak berniat membawa kembali anaknya itu, maka Daniel pun memilih menutup sebelah mata.Logan jelas tidak setuju dengan kata-kata Cecilia, “Kalau begitu, kenapa kamu nggak pergi cari adikmu saja? Kalian saudara seayah malah.”Perset*n dengan saudara seibu. Jangankan saudara seibu lain ayah
“Aku akan bekerja sama denganmu.” Logan tiba-tiba berkata dengan keras. Cecilia menghentikan langkah kakinya, lalu melihat ke belakang.“Aku akan bekerja sama denganmu.” Logan mengulangi ucapannya, lalu berusaha untuk bangun. Botol serta kaleng di sekitarnya jatuh ke lantai dan menimbulkan suara kelontang. Namun, Logan tidak menghiraukan hal itu. Dia hanya bertanya, “Apa yang kamu ingin aku lakukan?”Cecilia melengkungkan bibirnya dan tersenyum.“Tenang saja, aku nggak akan tipu kamu.” Cecilia berbalik dan berdiri di depan Logan lagi. “Aku ada beberapa orang yang khusus bantu aku lakukan berbagai hal. Kurang lebih sudah termasuk sebuah organisasi. Hanya saja aku nggak leluasa turun tangan dalam beberapa hal. Ada juga kata-kata yang nggak leluasa aku katakan. Kamu saja yang lakukan.”“Dengan kata lain, aku gantikan kamu untuk lakukan hal-hal kotor.” Logan terkekeh, tidak menyangka perempuan yang terlihat lemah lembut itu bisa-bisanya melakukan hal seperti ini. Seandainya bukan Cecilia y
“Hahaha ....” Cecilia spontan tertawa terbahak-bahak, “Kamu lagi bercanda? Kamu tahu nggak kenapa aku cari kamu?”“Karena ... kamu bukan anggota keluarga Kusumo.” Cecilia menjawab pertanyaannya sendiri dengan penekanan pada setiap kata. “Nama belakangmu bukan Kusumo. Kamu bukan bagian dari keluarga Kusumo. Nggak peduli seberapa besar kamu inginkan harta keluarga Kusumo, itu nggak ada hubungannya denganmu sekalipun kamu ungkapkan identitasmu.”Oleh karena itu, Cecilia merasa agak takut pada anak yang dilahirkan selingkuhan papanya. Akan tetapi, kebenciannya terhadap Logan tidak sebesar itu. Dengan begitu, tidak ada konflik kepentingan.“Aku akan cari waktu yang tepat dan datang cari kamu lagi. Sebelum itu, aku harap lain kali aku nggak lihat kamu yang seperti ini lagi.” Usai berkata, Cecilia memakai kacamata hitamnya dan pergi dengan tenang seperti saat dia datang.***Sabun Savon de Marseille sudah memasuki tahap akhir dan hampir siap. Yuna menyerahkan sisa pengerjaan akhir kepada Stel
"...." Begitu kalimat itu keluar, Yohanes langsung menyadari bahwa perempuan itu hanya sedang menggodanya saja. Sayangnya, mulut lebih cepat dari otak, dan sudah terlambat bagi dirinya untuk menarik kembali ucapan itu.Pria itu mendelik ke arah Yuna dengan tidak senang, sambil melepas ransel di pundaknya, "Ini untukmu!" Yohanes melemparkan tas beserta seluruh isinya hingga membuat Yuna terkejut, "Apa ini?" "Hal yang kamu mau!" ucapnya.Tas itu cukup berat, ketika Yuna tadi menangkapnya dengan satu tangan, tas tersebut langsung tergelincir dan hampir terjatuh. Perempuan itu pun buru-buru menahan tas tersebut dengan tangan yang lain. "Apakah tas ini boleh dibuka?" tanya Yuna sambil menatap pria itu."Sudah kubilang itu untukmu, mau buka atau nggak, terserah kamu!" ucap pria itu dengan sedikit canggung.Yuna tersenyum tipis sambil membuka sedikit ritsleting tas tersebut. Sepotong kayu besar, yang dibungkus dan dijejalkan secara paksa ke dalam tas itu langsung mencuat keluar. Pantas saja
“….”Jelas-jelas pria itu masih tidak rela untuk melepasnya. Mulutnya pun menjadi kaku menahan kata-kata yang ingin diucapkan.“Ini adalah hadiah pribadi dari aku, jadi bukan mewakili hadiah dari keluarga Kusumo,” ucap Yohanes yang tiba-tiba menjelaskan. Yuna dapat melihat ada yang tidak beres dengan suasana hati pria yang ada di hadapannya ini. Namun perempuan itu juga tidak bisa bertanya, sehingga Yuna pun hanya bisa berkata, "Terima kasih, aku sangat menyukainya."Sudut bibir pria itu sedikit berkedut ke atas, dia tersenyum puas lalu berbalik dan pergi. Namun baru saja berjalan dua langkah, pria itu kembali membalikkan badannya dan bertanya, "Apakah kamu yakin mau menikah dengan Brandon?""...." Yuna menatap pria itu dengan bingung."Nggak apa-apa." Pria itu buru-buru menggelengkan kepalanya, lalu berkata dengan raut wajah yang terlihat sangat bimbang, "Aku pergi dulu."“???” Yuna menatap punggung pria itu dengan tanda tanya yang besar di kepala. Perempuan itu merasa bahwa kedatang
“Cut!” Setelah sutradara berteriak, dia menoleh untuk melihat artisnya dengan raut wajah yang tak berdaya.Setelah memberikan sedikit arahan, sutradara berjalan menghampiri dengan cepat, dan berusaha berkata dengan nada suara yang setenang mungkin, “Sharon, akting kamu barusan tadi kurang menghayati. Mendapatkan pernyataan cinta dari seseorang yang diam-diam kamu sukai, seharusnya kamu merasa senang, bahagia, seolah mimpi telah menjadi kenyataan, benar ‘kan? Kamu harus bisa membuat orang juga ikut merasakan kebahagiaan yang kamu rasakan.”“Apanya yang menyenangkan, itu semua hanyalah sebuah mimpi! Bagaimana mungkin bisa begitu banyak mimpi yang menjadi kenyataan!” ucap perempuan itu sambil mendengus dengan sedih.Sutradara, “....”Asisten Sharon yang berada di samping buru-buru menyelamatkan situasi, “Pak Sutradara, Sharon sepertinya kelelahan, perlu istirahat dulu, setelah istirahat dan menyesuaikan suasana hati baru kita lanjut lagi, boleh ‘kan?”“Boleh saja, tapi hanya untuk adegan