“Baiklah, kita nggak akan membicarakan hal ini. Kapan kamu selesai syuting hari ini?” tanya Cecilia yang mengubah topik pembicaraan.“Kayaknya masih lama!” ucap Sharon. Dirinya sudah menunda waktu syuting begitu banyak, ditambah lagi emosinya yang sedang tidak stabil, benar-benar tidak tahu kapan mereka baru akan berhasil menyelesaikan syuting ini. “Kenapa?”Cecilia bangkit berdiri dan menepuk kedua tangannya sambil melihat ke sekeliling. “Nggak apa-apa, aku akan menunggu kamu sampai selesai syuting, lalu aku akan menemani kamu pergi berbelanja.”Belanja? Sharon langsung menggelengkan kepalanya dengan kencang, “Aku lagi nggak berniat pergi belanja!"Memang benar katanya cara terbaik untuk menyembuhkan rasa sakit seorang perempuan adalah dengan berbelanja, beli, beli dan beli. Namun orang yang dirinya cintai akan segera menikah, dan mempelai perempuan bukanlah dirinya, jadi tidak ada hal apa pun yang dapat menyembuhkan rasa sakit yang ada di hatinya ini.“Nggak peduli kamu mau pergi ata
Mereka berdua pun berbelanja seharian penuh dan membeli banyak barang. Selain membeli hadiah untuk Nenek Setiawan, para tetua di keluarga Setiawan yang lain juga mendapat bagian. Dalam hal mengambil hati orang, khususnya mengambil hati orang yang lebih dewasa, bisa dibilang Sharon adalah ahlinya.Ketika mereka sudah selesai berbelanja dan bersiap untuk pulang, mereka melewati sebuah konter parfum. Sharon langsung menghentikan langkah kakinya, sepasang matanya tertuju pada rangkaian parfum yang mempesona.Sementara itu, Cecilia yang sudah berjalan jauh di depan, baru menyadari bahwa Sharon tertinggal di belakang, Cecilia buru-buru kembali dan menemukan perempuan itu tengah berdiri termangu di depan konter parfum.“Apa? Mau beli parfum?” Cecilia langsung berdiri di samping sambil membantu Sharon memilih parfum.Perempuan yang menjaga konter parfum itu langsung menyapa mereka berdua dengan semangat, “Kakak suka wangi yang seperti apa? Produk kami mempunyai berbagai jenis wangi, Kakak bole
“Sudahlah, aku tahu dia itu peracik parfum. Paling dia bikin sendiri parfumnya dan nggak dijual di tempat lain!” kata Sharon kecewa.“Kamu, mah, memang gampang nyerah. Dari dulu kamu nggak pernah ngerjain sesuatu sampai tuntas. Waktu itu kenapa kamu bisa ngejar Brandon sampai bertahun-tahun?”Saat itu … Sharon mengira tidak ada wanita lain yang ada di hati Brandon, makanya dia yakin dirinya masih punya kesempatan, yakin bahwa dia ditakdirkan untuk bersama dengan Brandon. Akan tetapi, semenjak menyadari seperti apa tatapan mata Brandon ke wanita itu, kepercayaan diri yang selama ini Sharon miliki langsung hancur tak tersisa.Dari dulu tidak pernah satu kali pun Brandon menatap Sharon seperti itu, tidak pernah!“Biarlah, mungkin memang dia bikin sendiri. Aku nggak mungkin bisa dapat barangnya, dan aku juga nggak bisa bikin!” ujar Sharon meledek dirinya sendiri. Dia sendiri masih tak habis pikir masa iya hanya sebotol parfum bisa memikat hati seorang pria begitu kuat?“Kamu ini bodoh, ya?
“Ah, itu … aku belum tentuin tanggalnya,” sahut Yuna terkesiap tiba-tiba ditanya seperti itu.Belakangan ini Yuna sendiri selalu sibuk dari pagi sampai malam dan tidak punya waktu untuk memikirkan pernikahannya. Apalagi, dia juga sudah lama menikah secara sipil, dan acara resepsi semata-mata hanya untuk menyenangkan orang lain saja.“Nggak ada salahnya berhati-hati sedikit,” kata Clinton, “Waktu itu kamu diculik sewaktu di Prancis?”“Eh?”Sudah cukup lama waktu berlalu semenjak kejadian itu, jadi Yuna juga sudah tidak begitu ingat. Dia tidak mengira Clinton akan menanyakan hal itu lagi. Berhubung Clinton menanyakan hal itu, berarti dia punya bukti yang kuat untuk mengetahuinya, dan Yuna tidak merasa harus menyangkal hal itu.“Iya, tapi itu sudah lewat.”“Kenapa kamu nggak kasih tahu orang rumah?”“Aku bisa selesaikan sendiri.”Lagi pula kalaupun saat itu Yuna memberi tahu kepada anggota keluarganya, mereka juga tidak akan keburu datang. Ditambah lagi para penculik itu hanya terdiri dar
Ketika Lisa baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba dia membalikkan badan dan menarik tangan Yuna, “Ikut aku!”Yuna dibawa oleh Lisa sampai ke ruang rias yang berada di belakang panggung. Bisa dibilang fasilitas yang Lisa dapatkan di sini cukup baik. Dia memiliki ruang rias pribadi, hanya saja ruangan ini dipenuhi dengan bau dari berbagai macam make-up yang aromanya kurang mengenakkan.“Aku rasa parfum ini bakal cocok buat kamu, tapi aku nggak tahu kamu bakal suka atau nggak,” ujar Yuna seraya mengeluarkan sebuah botol parfum berwarna ungu dari tasnya. “Isinya nggak terlalu banyak karena ini masih tahap awal. Kalau ada yang kamu rasa kurang pas, aku bisa perbaiki lagi. Tapi kayak yang aku bilang sebelumnya, tetap butuh waktu!”“Oke, oke. Aku percaya saja sama kamu. Apa pun yang kamu bikin pasti bagus!” Lisa pun dengan tidak sabaran segera membuka botol parfum itu dan menyemprotkannya ke pergelangan tangan, lalu menghirupnya.Yuna tidak banyak bicara dan hanya fokus melihat ekspr
Para model kembali ke hotel mereka masing-masing setelah acara selesai. Lisa sedikit tertinggal di belakang karena tadi mengobrol sebentar dengan Yuna. Kebetulan para wartawan dari stasiun televisi yang datang untuk melakukan wawancara juga baru saja menyelesaikan tugas mereka dan hendak pulang untuk menyusun berita. Kebetulan mereka berpapasan dengan Lisa yang baru saja keluar dari ruang riasnya.“Lisa, kamu belum pulang? Penampilan kamu hari ini bagus banget. Boleh foto-foto sebentar, nggak?”“Oh, tentu saja boleh!” sahut Lisa.Setelah mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan, tak lupa wartawan itu melayangkan pujian kepada Lisa, “Kamu masih muda tapi humble banget. Lisa, aku yakin masa depan kamu pasti cerah!”“Makasih, ya!” balas Lisa tersenyum ramah sambil menjabat tangannya.Wartawan itu merupakan seorang gadis muda yang juga suka memakai parfum. Bahkan bisa dibilang dia adalah penggemar parfum yang setia, jadi hidungnya sangat peka terhadap berbagai macam aroma. Ketika Lisa
Aroma yang dia rasakan sekarang berbeda dengan aroma yang dia hirup di ruang rias tadi! Yang tadi Lisa rasakan sebelumnya lebih seperti aroma segar khas seorang gadis muda, tapi sekarang aromanya seakan berubah menjadi aroma khas seorang wanita dewasa nan seksi dan menggoda, seolah … gadis muda ini telah tumbuh dewasa menjadi sosok wanita yang matang.Khasiat yang Lisa rasakan saat ini bisa dibilang tidak seperti yang dia harapkan, tapi jauh melebihi ekspektasinya.“Lisa, papa kamu memang peracik parfum paling hebat. Aroma parfum kamu ini beda banget dari yang lain. Aku suka. Boleh, nggak, kalau aku minta satu botol buat dikoleksi?” tanya si wartawan.“Maaf, tapi parfum ini dibuat khusus buatku, jadi aku nggak bisa kasih ke orang lain. Oh ya, ngomong-ngomong parfum ini bukan papaku yang buat, tapi temanku.”“Teman? Dia ini muridnya papamu, ya? Dia juga peracik terkenal?”Sebenarnya topik pembicaraan mereka berdua sudah melenceng jauh dari dari acara hari ini, tapi karena menyangkut ket
Melihat asistennya yang hanya diam saja tanpa menunjukkan reaksi apa pun, Lisa pun bertanya, “Kamu nggak kecium wanginya?”“Aku lagi pilek!”“Wah! Sayang banget kamu nggak bisa cium wangi yang seenak ini.”Si asisten ini juga datang dari Prancis dan mendapat tugas dari Will untuk menjaga anaknya selama di luar negeri. Asisten ini berpikir dengan memiliki ayah yang seorang peracik parfum terkenal, paling-paling rasa suka Lisa terhadap parfum ini hanya berlangsung sesaat saja.Namun, tidak ada yang menyangka keesokan harinya, seisi kota dibuat gempar oleh sebuah fenomena pencarian parfum misterius. Terpancing oleh headline berita yang ditulis oleh wartawan kemarin, para penggemar parfum pada penasaran seperti apa aroma parfum yang bisa memadukan citra seorang gadis polos dengan citra seorang wanita dewasa yang menggoda.Cara penyampaian berita si wartawan itu memang sangat bagus, ditambah lagi dia sendiri juga merupakan seorang penggemar parfum. Dari tutur katanya saja mampu membuat para
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta