“Sudahlah, aku tahu dia itu peracik parfum. Paling dia bikin sendiri parfumnya dan nggak dijual di tempat lain!” kata Sharon kecewa.“Kamu, mah, memang gampang nyerah. Dari dulu kamu nggak pernah ngerjain sesuatu sampai tuntas. Waktu itu kenapa kamu bisa ngejar Brandon sampai bertahun-tahun?”Saat itu … Sharon mengira tidak ada wanita lain yang ada di hati Brandon, makanya dia yakin dirinya masih punya kesempatan, yakin bahwa dia ditakdirkan untuk bersama dengan Brandon. Akan tetapi, semenjak menyadari seperti apa tatapan mata Brandon ke wanita itu, kepercayaan diri yang selama ini Sharon miliki langsung hancur tak tersisa.Dari dulu tidak pernah satu kali pun Brandon menatap Sharon seperti itu, tidak pernah!“Biarlah, mungkin memang dia bikin sendiri. Aku nggak mungkin bisa dapat barangnya, dan aku juga nggak bisa bikin!” ujar Sharon meledek dirinya sendiri. Dia sendiri masih tak habis pikir masa iya hanya sebotol parfum bisa memikat hati seorang pria begitu kuat?“Kamu ini bodoh, ya?
“Ah, itu … aku belum tentuin tanggalnya,” sahut Yuna terkesiap tiba-tiba ditanya seperti itu.Belakangan ini Yuna sendiri selalu sibuk dari pagi sampai malam dan tidak punya waktu untuk memikirkan pernikahannya. Apalagi, dia juga sudah lama menikah secara sipil, dan acara resepsi semata-mata hanya untuk menyenangkan orang lain saja.“Nggak ada salahnya berhati-hati sedikit,” kata Clinton, “Waktu itu kamu diculik sewaktu di Prancis?”“Eh?”Sudah cukup lama waktu berlalu semenjak kejadian itu, jadi Yuna juga sudah tidak begitu ingat. Dia tidak mengira Clinton akan menanyakan hal itu lagi. Berhubung Clinton menanyakan hal itu, berarti dia punya bukti yang kuat untuk mengetahuinya, dan Yuna tidak merasa harus menyangkal hal itu.“Iya, tapi itu sudah lewat.”“Kenapa kamu nggak kasih tahu orang rumah?”“Aku bisa selesaikan sendiri.”Lagi pula kalaupun saat itu Yuna memberi tahu kepada anggota keluarganya, mereka juga tidak akan keburu datang. Ditambah lagi para penculik itu hanya terdiri dar
Ketika Lisa baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba dia membalikkan badan dan menarik tangan Yuna, “Ikut aku!”Yuna dibawa oleh Lisa sampai ke ruang rias yang berada di belakang panggung. Bisa dibilang fasilitas yang Lisa dapatkan di sini cukup baik. Dia memiliki ruang rias pribadi, hanya saja ruangan ini dipenuhi dengan bau dari berbagai macam make-up yang aromanya kurang mengenakkan.“Aku rasa parfum ini bakal cocok buat kamu, tapi aku nggak tahu kamu bakal suka atau nggak,” ujar Yuna seraya mengeluarkan sebuah botol parfum berwarna ungu dari tasnya. “Isinya nggak terlalu banyak karena ini masih tahap awal. Kalau ada yang kamu rasa kurang pas, aku bisa perbaiki lagi. Tapi kayak yang aku bilang sebelumnya, tetap butuh waktu!”“Oke, oke. Aku percaya saja sama kamu. Apa pun yang kamu bikin pasti bagus!” Lisa pun dengan tidak sabaran segera membuka botol parfum itu dan menyemprotkannya ke pergelangan tangan, lalu menghirupnya.Yuna tidak banyak bicara dan hanya fokus melihat ekspr
Para model kembali ke hotel mereka masing-masing setelah acara selesai. Lisa sedikit tertinggal di belakang karena tadi mengobrol sebentar dengan Yuna. Kebetulan para wartawan dari stasiun televisi yang datang untuk melakukan wawancara juga baru saja menyelesaikan tugas mereka dan hendak pulang untuk menyusun berita. Kebetulan mereka berpapasan dengan Lisa yang baru saja keluar dari ruang riasnya.“Lisa, kamu belum pulang? Penampilan kamu hari ini bagus banget. Boleh foto-foto sebentar, nggak?”“Oh, tentu saja boleh!” sahut Lisa.Setelah mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan, tak lupa wartawan itu melayangkan pujian kepada Lisa, “Kamu masih muda tapi humble banget. Lisa, aku yakin masa depan kamu pasti cerah!”“Makasih, ya!” balas Lisa tersenyum ramah sambil menjabat tangannya.Wartawan itu merupakan seorang gadis muda yang juga suka memakai parfum. Bahkan bisa dibilang dia adalah penggemar parfum yang setia, jadi hidungnya sangat peka terhadap berbagai macam aroma. Ketika Lisa
Aroma yang dia rasakan sekarang berbeda dengan aroma yang dia hirup di ruang rias tadi! Yang tadi Lisa rasakan sebelumnya lebih seperti aroma segar khas seorang gadis muda, tapi sekarang aromanya seakan berubah menjadi aroma khas seorang wanita dewasa nan seksi dan menggoda, seolah … gadis muda ini telah tumbuh dewasa menjadi sosok wanita yang matang.Khasiat yang Lisa rasakan saat ini bisa dibilang tidak seperti yang dia harapkan, tapi jauh melebihi ekspektasinya.“Lisa, papa kamu memang peracik parfum paling hebat. Aroma parfum kamu ini beda banget dari yang lain. Aku suka. Boleh, nggak, kalau aku minta satu botol buat dikoleksi?” tanya si wartawan.“Maaf, tapi parfum ini dibuat khusus buatku, jadi aku nggak bisa kasih ke orang lain. Oh ya, ngomong-ngomong parfum ini bukan papaku yang buat, tapi temanku.”“Teman? Dia ini muridnya papamu, ya? Dia juga peracik terkenal?”Sebenarnya topik pembicaraan mereka berdua sudah melenceng jauh dari dari acara hari ini, tapi karena menyangkut ket
Melihat asistennya yang hanya diam saja tanpa menunjukkan reaksi apa pun, Lisa pun bertanya, “Kamu nggak kecium wanginya?”“Aku lagi pilek!”“Wah! Sayang banget kamu nggak bisa cium wangi yang seenak ini.”Si asisten ini juga datang dari Prancis dan mendapat tugas dari Will untuk menjaga anaknya selama di luar negeri. Asisten ini berpikir dengan memiliki ayah yang seorang peracik parfum terkenal, paling-paling rasa suka Lisa terhadap parfum ini hanya berlangsung sesaat saja.Namun, tidak ada yang menyangka keesokan harinya, seisi kota dibuat gempar oleh sebuah fenomena pencarian parfum misterius. Terpancing oleh headline berita yang ditulis oleh wartawan kemarin, para penggemar parfum pada penasaran seperti apa aroma parfum yang bisa memadukan citra seorang gadis polos dengan citra seorang wanita dewasa yang menggoda.Cara penyampaian berita si wartawan itu memang sangat bagus, ditambah lagi dia sendiri juga merupakan seorang penggemar parfum. Dari tutur katanya saja mampu membuat para
“Tapi kan dia yang bikin parfumnya!” ujar Lisa yang masih tidak mau kalah.“Oke, ya sudah, aku nggak mau debat lagi sama kamu. Tapi percaya, deh. Untuk sementara kamu jangan kasih tahu orang lain dulu kalau dia yang bikin. Tunggu sampai minimal dua hari dulu.”Setelah dua hari berlalu, mungkin akan ada pengumuman yang bisa membuat bisa mendongkrak popularitas mereka lebih jauh lagi.Yuna sendiri juga kaget parfum yang dia berikan kepada Lisa bisa viral secara mendadak. Dia tidak menyangka efeknya akan secepat ini. Namun, ada yang lebih cepat lagi, yaitu Stella. Stella selalu berada di samping Yuna selama proses pembuatan parfum itu, jadi ketika nama Lisa meledak di berbagai macam outlet berita, Stella sudah tahu parfum mana yang sedang dibicarakan.“Kak Yuna, sudah lihat erita? Parfum yang Kakak kasih ke Lisa booming, tuh.”“Iya, aku juga sudah lihat beritanya. Nggak bisa dibilang booming, sih … cuma dilebih-lebihkan saja.”Yuna juga sudah membaca artikel dan merasa apa yang diberitaka
Sebenarnya fenomena ini merupakan hal yang baik terhadap industri parfum secara keseluruhan, karena angka penjualan parfum tentunya akan meningkat tajam. Akan tetapi, tidak semua orang punya kemampuan finansial yang memadai untuk membeli parfum eksklusif. Kalaupun ada, mereka tetap harus mencari peracik parfum yang mau membuatkannya. Untuk sekarang ini, semua orang masih tidak tahu siapa peracik parfum yang disebut oleh Lisa. Bahkan ada juga beberapa orang yang merasa Lisa hanya membual, bahwa sebenarnya ayahnya sendirilah yang membuat parfum itu.Namun kalau dipikir-pikir, masuk akal juga. Ayahnya adalah seorang peracik parfum terkenal. Untuk apa Lisa mencari orang lain, bahkan sampai ke Indonesia segala. Jangankan orang luar, bahkan orang Indonesia sendiri saja memiliki prasangka buruk yang sudah mendarah daging terhadap parfum buatan negara sendiri. Mereka menganggap orang Indonesia tidak akan bisa menjadi peracik parfum yang hebat. Kalaupun ada, paling hanya beberapa dan tidak seba