“Kamu lihat sendiri …? Brandon? Brandon dari Uniasia?”Tania tentu tahu siapa itu Brandon. Jangankan Suba, bahkan di satu Indonesia pun, nama keluarga Setiawan sudah menggema ke segala penjuru. Brandon adalah penerus keluarga Setiawan yang paling dikagumi sepanjang sejarah, dan sudah pasti dia menjadi incaran para wanita.”Pria seperti itu mau hidup bersama dengan Yuna?Namun jika dipikir-pikir kembali, tidak ada yang mustahil. Jika Yuna hanya orang biasa, mungkin saja Brandon cuma main-main dengannya, tapi kenyataannya Yuna adalah bagian dari keluarga Tanoto. Kalau sampai kedua keluarga itu bersatu melalui pernikahan, entah akan sebesar apa mereka.“Ma, cowok yang ada di hati Yuna bukan aku lagi. Sekeras apa pun aku berusaha nggak ada gunanya. Gimana, nih?”“Gimana? Sekarang kamu masih nanya harus gimana?! Dari dulu kamu nggak pernah dengar apa yang Mama bilang. Waktu dia ada buat kamu, kamu nggak menghargai dia. Sekarang dia sudah pergi, baru kamu menyesal!”“Aku … waktu itu aku khil
“Kamu ini perwakilan perusahaan, sikap kamu dalam menghadapi ini penting banget! Kalau kamu bisa bilang dengan tegas hubungan kamu sama Valerie sudah berakhir, orang lain nggak bakal nuduh kamu yang macam-macam lagi. Paling-paling mereka cuma bilang kamu orang yang nggak punya perasaan, kabur di waktu rekan kerja kamu kesusahan.”“Er … kalau begitu bukannya sama saja, aku yang ujung-ujungnya kena hujat?”“Terus kamu maunya gimana?! Kamu sendiri yang cari gara-gara! Sekarang kamu cuma bisa beresin masalah ini diam-diam, nggak usah banyak omong. Makin kamu banyak omong, malah makin banyak celahnya nanti. Pokoknya selama beberapa hari ini kamu nggak usah terlalu banyak muncul di tempat umum. Jangan pikir malam ini kamu masih bisa pergi minum-minum di bar, ya! Apa kamu nggak takut cepat mati?!”“Iya … aku salah.”Logan hanya bisa menundukkan kepala dalam perasaan bersalah, tapi apa yang ibunya katakan itu memang ada benarnya, dan Logan cukup mendengar nasihatnya saja.“Kamu harus bisa biki
Reaksi yang Logan berikan ternyata cukup cepat. Di hari kedua, dia sudah meminta tim humas perusahaan untuk menyampaikan surat pernyataan dan meminta maaf secara pribadi kepada para pemegang saham. Pertama-tama, dia mengaku bahwa semua ini adalah akibat dari kelalaiannya sendiri, lalu dia juga menjelaskan jika kedua parfum tidak segera ditarik dari penjualan, kerugian yang mereka alami akan jauh lebih besar dari perkiraan. Dan yang terakhir, Logan juga berjanji akan secepat mungkin mengeluarkan parfum baru sebagai pengganti guna menutup kerugian yang saat ini mereka alami.Para pemegang saham tentu tidak senang dengan kondisi mereka sekarang ini, tapi semuanya sudah terjadi. Mereka juga tidak punya ide lain yang lebih bagus, dan cara Logan meminta maaf juga terlihat sangat tulus. Siapa pun tidak ingin uang mereka hanyut begitu saja, makanya mereka setuju saja dengan usul Logan dan memberikan kesempatan baginya sekali lagi untuk memperbaiki situasi.Dengan mendapatkan pengertian dari pa
“Dianya keren, tapi aku yang kena fitnah!” tukas Yuna.Ada orang yang membela Yuna, tapi ada pula beberapa yang bersikeras membantah kalau kejadiannya tidak demikian. Ada juga yang melakukan analisis mendetail tentang retaknya hubungan Yuna dengan VL dulu. Entah siapa orang itu, tapi yang pasti, apa yang dia bilang memang benar terjadi. Namun sayangnya, artikel kecil yang mengandung fakta itu tenggelam oleh derasnya komentar berisi makian dari netizen. Penulis artikel tersebut bahkan dituduh sebagai fans pembela Yuna.“Mau balas dendam?” tanya Brandon seraya menaruh tabletnya kembali di atas meja.“Jelas mau! Dia mau berlagak jadi korban nggak ada urusannya sama aku, tapi kalau sampai aku ikut keseret, aku nggak terima! Lagian, aku juga harus ngebalas dia demi netizen yang sudah berbaik hati belain aku!”“Sepele!” kata Brandon santai.“Nggak perlu kamu yang turun tangan! Biar aku sendiri!”“Kamu begini malah bikin aku jadi nggak berguna rasanya. Semuanya selalu kamu yang kerjain sendir
Namun, ketika Logan berpikir dia sudah mengarah ke jalan yang benar dan berhasil membalikkan keadaan, di internet beredar sebuah video yang menarik perhatian banyak orang. Video tersebut diunggah oleh sebuah akun tak dikenal, dan di video itu tertulis, “Kalau bukan karena kendala waktu, aku hampir saja percaya kalau ini adalah cinta.”Lantas, apa yang ditayangkan di video tersebut. Video itu memperlihatkan Logan sedang melepaskan balon di depan kantor New Life sambil membawa 99 tangkai bunga mawar. Sebenarnya video itu mudah saja dicari. Saat Logan melakukan itu, pasti banyak orang lewat yang mengabadikan momen itu dengan ponsel mereka, bahkan rekaman dari kamera pengawas kantor juga masih bisa dicari. Sudah pasti Yuna yang menemukan video itu, lalu dia meminta seseorang untuk mengunggahnya di internet. Tujuan awal Logan membuat pernyataan itu memang untuk menggiring opini publik, bukan? Yuna juga bisa menggunakan trik kotor seperti itu, hanya saja dia kurang suka melakukannya. Namun k
Orang lain sibuk berdebat sedangkan Yuna sendiri tidak mengutarakan apa-apa. Akan tetapi argumen ini tidak solid, dan tak lama banyak orang mengirimkan video yang mereka ambil sendiri untuk membuktikan bahwa video tersebut asli, bukan diedit. Mereka juga menyarankan orang-orang yang tertarik untuk mencari tahu kejadian itu untuk pergi secara langsung ke lokasi terkait. Mereka bisa bertanya langsung karena pasti ada banyak orang yang menyaksikan di hari itu. Bahkan mereka juga meledek Logan yang waktu itu langsung diamankan oleh aktivis lingkungan.Logan cukup kesal melihat Yuna tidak memberikan reaksi apa pun, dan itu membuatnya merasa ini ulah seseorang kurang kerjaan yang memang berniat membuat Logan malu, makanya orang itu sengaja menyematkan kata-kata itu dengan gamblang di video. Orang itu pasti sudah menyusun kata-katanya dengan matang untuk menyusun kalimat tersebut dan merasa bahwa dirinya hebat.Hebat apanya?! Logan sudah putus dengan Valerie bahkan sebelum video itu diambil,
“Aku … buat apa aku ngaku? Aku nggak pernah berbuat kayak begitu, apa yang perlu aku akui?! Stella, jangan pikir kamu kamu sudah aman cuma gara-gara ada Yuna. Aku nggak merasa ada salah, buat apa aku takut difitnah!” kata Logan dan langsung menutup panggilan.Untung saja Logan cukup cerdas dan segera mengakhiri pembicaraan. Kalau sampai ucapannya terekam dan dijadikan barang bukti, dia tidak akan bisa mengelak lagi. Di sisi lain, Stella yang gagal mendapatkan bukti atas semua perbuatan Logan hanya bisa mengumpat kesal. Tinggal sedikit lagi dia sudah mendapatkan bukti omongan Logan sendiri, setelah itu tinggal dia unggah ke internet sebagai barang bukti paling ampuh, tapi Logan malah mematikan telepon. Jika Logan tidak mengakui semua perbuatannya, Stella tidak punya bukti apa-apa sebagai senjata.“Sudah kubilang, dia nggak segampang itu dibegoin,” ujar Yuna. Sejak awal Yuna memang kurang setuju dengan cara Stella yang frontal. Jika Logan semudah itu dijebak, tidak mungkin Yuna tergoda o
Keringat Logan terus menetes membasahi kursi kerjanya. Kedua matanya menatap lurus ke monitor. Dia tidak habis pikir ternyata Yuna masih memiliki rencana cadangan dengan mengandalkan Stella sebagai pionnya!“Nggak, aku masih punya kesempatan lain!” pungkas Logan dalam hati. Tiba-tiba dia teringat pernah meminta Valerie pernah menyalin catatan itu ketika dia sedang ribut dengan Yuna. Kalau Logan bisa menemukan catatan itu, dia juga punya bukti kuat untuk melawan.Logan mencari-cari di mana letak buku itu, dan akhirnya dia menemukannya di laci paling dalam. Akan tetapi ketika baru saja menaruh buku tersebut di atas meja dan hendak memfotonya, tiba-tiba dia berhenti. Logan lupa kalau catatan yang di buku itu masih terdapat banyak kesalahan. Bukunya begitu tebal karena kesalahannya terlalu banyak. Valerie hanya menyalin dari buku itu, makanya ketika diunggah ke internet, mungkin kesalahan itu disadari oleh orang lain dan malah jadi senjata makan tuan.Logan meletakkan ponselnya kembali dan
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da