Karena sudah tidak mendapatkan apa-apa lagi di sini, Edgar membalikkan badannya dan bersiap untuk pergi.“Edgar.”Fahrel sudah tidak lagi memanggil Edgar dengan panggilan kakak, melainkan langsung namanya.“Kamu juga punya anak perempuan, kamu juga seorang ayah. Kalau anakmu melakukan kejahatan, apa yang kamu lakukan? Apa kamu dengan teganya menjual anakmu sendiri? Apa kamu pikir kamu nggak ada tanggung jawab keluarga kita jadi seperti ini? Waktu itu kamu sibuk kerja sampai kakakku mati karena kelelahan dan depresi. Anakmu dititipkan ke aku, aku dan Susan yang membesarkan dia sampai Rainie jadi terabaikan! Sedangkan kamu hidup enak tanpa ada niat untuk membantuku sedikit pun. Apa kamu tahu kalau orang-orang di luar sana pada menertawakan aku. Mereka bilang aku ini ayah palsu. Bertahun-tahun aku merendahkan martabatku supaya kamu senang. Edgar, kalau kamu bilang Rainie kejam. Kamu lebih kejam!”“.…”“Aku nggak peduli mau berapa banyak orang yang dirugikan sama Rainie, toh dia nggak pern
Edgar berpikir, kalau Fahrel saja seperti itu, apalagi Susan. Susan menyayangi Rainie jauh lebih dalam daripada Fahrel, khususnya setelah mengetahui Rainie “hidup kembali”, dia jadi makin memanjakan Rainie. Apa pun yang Rainie minta pasti akan Susan wujudkan, baik itu benar atau salah secara moral. Karena itu tidak ada gunanya bertanya kepada Susan, lagi pula sekarang pun Susan pasti sedang marah kepada Edgar.“Papa nggak mau ketemu sama Tante? Nggak apa-apa, aku bisa tanya dia. Paling-paling aku cuma dimarahi saja, nggak masalah!” kata Bella.“Bukan itu yang Papa takut. Papa sudah tahu apa jawaban yang bakal dia kasih, jadi nggak ada gunanya juga tanya ke dia. Kamu sudah banyak banget bantu Papa akhir-akhir ini. Terima kasih, ya, Bella.”“Aku cuma menyampaikan pesan Papa doang. Nggak seberapa.”Belakangan ini Bella sudah berusaha sebisa dia untuk menyampaikan pesan dari ayahnya kepada Brandon dan yang lain. Meski hanya diminta untuk menyampaikan ucapan yang sederhana pun, Bella sudah
Yang masuk kali ini bukan dokter dan bukan juga Fred, melainkan ….Rainie?!Ketika bertemu dengan Rainie, awalnya Yuna keheranan. Akan tetapi Yuna menyadari Rainie juga sama-sama terkejut, yang berarti dia pun tidak tahu akan bertemu dengan Yuna di sini. Walau begitu, Rainie seketika memperlihatkan senyumannya yang memiliki maksud tersembunyi.“Hahaha, dunia ini memang sempat, ya!” katanya.“Kenapa kamu bisa ada di sini?!”“Kenapa? Memangnya nggak aku nggak boleh ada di sini? Kelihatannya kamu cukup menikmati tinggal di sini!”Rainie berjalan menghampiri Yuna dan duduk di atas kasur yang sama. Dia mengamati Yuna dari ujung rambut sampai ujung kaki, dan matanya terhenti tepat di perut Yuna.“Eh, sudah bongkar muatan ya kamu!”Yuna, yang tidak suka dengan pemilihan kata Rainie membalas, “Mau apa kamu tanya-tanya?”“Mau apa? Hmmm, yang aku mau banyak banget! Tapi kamu nggak usah takut, aku nggak bakal melakukannya ke badan kamu. Kayaknya mereka habis melakukan pemeriksaan fisik, ya. Berar
Ditanya seperti itu membuat Rainie seketika tersentak. Dengan ringannya dia menepis itu dengan berkata, “Hmph, kamu keliru!”Mengakui kalau itu tidak berdampak terhadap perasaannya tentu adalah sebuah kebohongan , tetapi Rainie tidak mau menunjukkannya. Ucapan Yuna tak diragukan berhasil membuat lubuk hati Rainia yang paling dalam tersentuh. Itu membuat Rainie teringat kembali dengan masa kecilnya, di mana dia selalu diabaikan. Dia yang di masa lalu begitu gigih mencari perhatian orang tua, pada akhirnya tetap kalah dari Bella. Apalah artinya perasaan, hal itu sama sekali tidak sebanding di hadapan uang dan kekuasaan.“Simpan muka najismu itu. Kasih sayang orang tua apaan. Semua itu nggak ada apa-apanya di depan keuntungan duniawi,” ujar Rainie mendengus. “Sekarang kalau aku kasih kamu kesempatan untuk tetap hidup, tapi anakmu harus jadi bayarannya. Apa kamu mau?”“Jelas nggak mau!” jawab Yuna dengan mantap. “Memangnya kamu mau? Atau orang tua kamu mau mungkin?”“Apa hubungannya sama o
Di malam harinya, Brandon mendatangi sebuah sebuah private club yang cukup tersembunyi. Setelah melewati pengecekan yang sangat ketat, dia berhasil masuk ke dalam dan masuk ke sebuah ruangan yang dikhususkan untuk tamu VVVIP.Brandon tiba cukup awal dan melakukan segala persiapan. Ketika semuanya sudah hampir selesai, Edgar datang bersama dengan seorang pria asing berambut pirang. Edgar yang biasanya terlihat serius kali ini menunjukkan senyuman yang sudah lama tidak dia tunjukkan di depan orang lain. Seraya berbincang, dia juga mempersilakan pria berambut pirang itu untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.“Ross, ini Brandon. Orang yang pernah aku sebut=sebut itu! Dia ini pengusaha yang namanya sudah terkenal banget di sini. Oh ya, dia juga punya banyak cabang usaha di Yuraria.”“Pak Edgar terlalu memuji,” sahut Brandon. “Sungguh kehormatan Yang Mulia bersedia datang kemari. Yang Mulia boleh panggil aku dengan nama langsung.”“Brandon. Aku dengar kamu jago banget berbisnis. Kamu pasti s
“Masalah waktu memang agak susah diatur. Aku nggak bisa memberi jaminan apa-apa. Mau gimanapun juga, Fred tetap warga Yuraria, dan dia sudah membantu mamaku selama bertahun-tahun. Aku nggak bisa cuma mendengar dari sisi alian saja.”“Yang Mulia,” sahut Brandon dengan hormat karena ini sudah menyangkut urusan resmi, Brandon ingin menunjukkan rasa hormatnya terhadap masalah ini. “Kekhawatiranmu nggak ada yang salah, tapi eksperimen yang Fred jalani itu nggak cuma membahayakan istriku, tapi juga sang Ratu. Eksperimen yang sedang kita bahas ini nggak menjamin akan berhasil dan punya risiko yang tinggi. Yang Mulia harus tahu bahwa dengan melakukan eksperimen itu di negara ini, dia bisa ditahan. Tapi kami menghormati Yang Mulia dan juga sang Ratu, makanya kami nggak membawa isu ini ke publik.”“Ya! Kami nggak mengumumkan isu ini karena nggak mau masalahnya jadi terlalu besar. Hubungan negara kita berdua selama ini baik-baik saja. Nggak ada satu pun dari kita semua yang berharap dunia ini jad
“Ya, aku tahu itu, tapi justru karena aku temanmu, aku harus mengingatkan kamu sebagai teman, bukan sebagai rekan bisnis atau semacamnya. Tapi bagaimana kamu mau mengambil tindakan, itu kamu sendiri yang menentukan karena ini sudah menyangkut urusan keluarga. Kalau kamu butuh bantuan, aku dan Brandon sebagai teman pasti akan membantu.”“Ya, aku mengerti. Tapi hari ini kita ketemu sebagai teman, untuk bersenang-senang dan ngobrol bareng. Kita nggak perlu membahas tentang pekerjaan atau masalah serius lagi!” kata Ross.“Ya, betul itu!” kata Edgar seraya mengangkat gelasnya tinggi. “Sudah bertahun-tahun akhirnya kita bisa ketemu lagi. Aku benar-benar senang hari ini kita bisa berkumpul bersama! Semoga sisa perjalanan kamu di sini lancar!”“Terima kasih banyak, Edgar!”Brandon juga ikut menambahkan, “Semoga perjalananmu di sini berjalan lancar, Ross! Kalau butuh bantuan, nggak usah sungkan untuk cari aku. Aku pasti akan membantu sebisaku.”“Terima kasih, Brandon!”Setelah itu, Edgar sudah
“Aku mengerti perasaan kamu, tapi sekarang kita cuma bisa percaya saja sama Yuna,” ucap Edgar sembari mengeluh. “Oh ya, ada satu hal yang lupa aku kasih tahu ke kamu …. Rainie juga pergi ke kedutaan.”“Ternyata benar dia sudah tahu siapa orang yang ada di balik organisasi.”“Ya, kamu sendiri ada informasi baru apa? Apa sudah dapat bukti yang cukup kuat?”“Bukti sih ada, tapi … aku rasa dia punya alasannya sendiri.”Perasaan Brandon saat ini benar-benar kacau berantakan. Di satu sisi dia tidak senang karena lagi-lagi dikhianati, tetapi di sisi lain Brandon juga bersimpati kepadanya.“Ini bukan Brandon yang aku kenal!” kata Edgar.Ya, memang benar. Brandon sendiri pun sadar dia tidak sama seperti dirinya yang biasa. Dia yang dulu adalah orang yang tegas dan tidak pernah ragu-ragu dalam berbuat atau mengambil keputusan. Namun sekarang dia malah bimbang, bukan karena usia yang menua, tetapi karena pengalamannya selama ini yang memengaruhi pikirannya. Selama beberapa waktu ini dia khawatir
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta