“Karena ….”Di saat seperti ini Bella masih menyimpan sedikit keraguan untuk mengatakan semuanya, tetapi itu bisa dimengerti karena dalam hati dia pasti merasa takut setengah mati. Maka itu dengan penuh kesabaran Brandon berkata kepadanya, “Aku nggak peduli apa yang mereka bilang ke kamu, tapi coba kamu pikir, sekarang aku sudah tahu, berapa banyak yang kamu bilang ke aku sudah nggak ada bedanya lagi. Lagi pula apa kamu nggak percaya aku? Apa kamu nggak percaya sama Yuna?”Bella mungkin masih tidak bisa menaruh kepercayaan penuh kepada Brandon, tetapi dia sangat percaya kepada Yuna. Brandon bahkan berpikir andaikan yang hadir di tempat ini sekarang bukan dia, melainkan Yuna, semuanya pasti akan lebih cepat selesai. Bella pasti akan mengatakan semuanya dan berinisiatif meminta bantuan kepada Yuna.Jika dipikir-pikir, bicara soal karisma, Yuna memang lebih hebat dari Brandon. Yuna bisa membuat orang lain percaya dan mau bergantung kepadanya.“Kak Yuna ….”Benar saja, ketika mendengar nam
Meskipun Bella cukup berani dan memiliki pemikirannya sendiri, dia masih muda dan kurang memiliki pengalaman. Wajar jika dia langsung panik ketika melihat video itu. Ditambah lagi memang beberapa hari terakhir ini ayahnya menghilang tanpa kabar. Bisa dimengerti mengapa dia tidak mau langsung terus terang kepada Brandon.“Nggak akan,” jawab Brandon. “Kalau mereka dari awal berniat menyakiti papamu, mereka bisa langsung saja, untuk apa sampai mengirim video dan ngasih ancaman segala. Yang mereka lakukan itu paling-paling cuma untuk mengulur waktu.”Dalam tiga hari belum tentu mereka akan membebaskan Edgar, tetapi setidaknya permintaan mereka untuk tidak lapor polisi dalam tiga hari ini tidak main-main. Jika memang demikian, justru mereka juga ingin menutupi kabar tentang hilangnya Edgar.“Jadi sekarang kita harus gimana sebaiknya?” tanya Bella. Dari kemarin malam hingga sekarang dia panik dan tidak berani memberi tahu siapa pun. Dia hanya memendamnya seorang diri tanpa ada orang yang bis
Brandon mengantar Bella pulang ke rumahnya dan berpesan kepadanya untuk tidak perlu terlalu banyak berpikir, cukup jalani saja kesehariannya seperti biasa dan segera mengabarinya jika ada orang yang menghubunginya lagi.Brandon bisa melihat Bella mengerutkan keningnya meski di mulut dia berkata ya. Maka itu Brandon pun tidak banyak bicara lagi, terlalu banyak menasihati juga tidak ada gunanya karena Bella sebenarnya juga tahu, hanya saja ketika dihadapkan dengan situasi langsung, tidak semudah yang dikatakan. Tugas Brandon sekarang bertambah satu lagi, tidak hanya harus mencari Yuna, sekarang dia juga harus mencari di mana Edgar berada. ***Ketika Yuna sadar, dia sudah tidak lagi merasakan guncangan kendaraan, yang berarti dia sudah sampai di tempat tujuan. Setelah tertidur sejenak, Yuna mengingat kembali apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Dia ingat naik ke mobil bersama dengan Ricky, matanya ditutup, lalu … dia tidak tahu lagi apa yang terjadi.Sebelum pingsan, Yuna mencium a
Yuna dapat merasakan janinnya sedang bergerak. Perutnya mengembang, lalu kembali menciut. Mereka berdua juga sama-sama telah berjuang bersama Yuna, dan selama mereka aman tenteram, Yuna pun merasa tenang.Yuna menggerakkan badannya berjalan di dalam kamar, dan dia pun menyadari di dalam kamar itu hanya ada dia seorang saja. Namun begitu jelas di dalam kamar ini dilengkapi dengan kamera pengawas. Saat Yuna membuka tirai jendela, rupanya luar jendela sudah dipasangi penutup sehingga Yuna tidak bisa melihat ada apa di luar.Kamar ini cukup besar. Keluar dari kamar tidur ada ruang tamu yang dilengkapi dengan sofa, meja kecil, dan juga dispenser air minum. Bisa dibilang kamar ini sudah setara dengan kamar hotel kelas atas.Ya, tempat ini memang terasa seperti hotel, tetapi bedanya sekarang lebih terasa seperti penjara elite. Yuna tidak mencoba untuk keluar atau membuka pintu. Dia cukup yakin tidak akan bisa pergi dari kamar ini semudah itu. Toh mereka sudah bersusah payah membawa Yuna ke te
Entah apa karena mereka bisa menebak isi pikiran Yuna atau memang karena waktunya sudah tiba, pintu kamar Yuna terbuka dari luar dan salah satu dari penjaga tadi datang membawakan makanan yang disajikan di atas troli.Penjaga yang datang membawakan troli dan yang berjaga di luar itu sama-sama orang asing. Mereka tidak berbicara sepatah kata pun dan hanya membawakan troli itu ke depan meja, membuka tutup makanan dan menyajikan mengeluarkan makanan yang beraneka macam. Aromanya sangat sedap, dan kagetnya ternyata makanan yang dihidangkan itu adalah makanan lokal. Hampir semuanya adalah makanan kesukaan Yuna, seperti ikan bakar, daging sapi asap, dan makanan lain yang menggugah selera. Setelah menata lauk dan alat makan di atas meja dia menatap Yuna sekilas dan mendorong troli keluar.Melihat semua makanan yang sudah tersaji, Yuna tahu kalau mereka bermaksud mengatakan bahwa mereka sangat mengerti Yuna, bahkan sampai selera makan pun mereka tahu dengan sangat akurat.Wajar saja, mereka s
Sebelum ini, mereka terus mendesak Yuna untuk mempercepat eksperimen dan berulang kali menekankan kalau waktu sudah tidak banyak, tetapi sekarang mereka malah terkesan sangat santai. Entah bagaimana kabar Brandon dan lab itu sekarang. Ketika Yuna dibawa pergi, apa yang Shane dan Rainie lakukan di sana, dan apakah Frans sudah pergi dari tempat itu atau belum? ***Sementara itu Shane langsung kembali ke pusat penelitian vaksin sesuai dengan perintah dari Brandon. Dia sedang kelabakan karena Yuna dibawa pergi oleh Ricky, dan dalam perjalanannya pulang dia tiba-tiba teringat dengan bosnya yang bernama Spade K itu masih terkurung di dalam ruang rahasia.Semula dia ingin menggunakan waktu ini untuk memindahkan dia, tetapi sekarang sepertinya tidak ada yang peduli dengannya lagi. Namun bagi Shane ini adalah kesempatan yang baik untuk bertaruh. Dia ingin melihat pria busuk itu apa masih bisa sesumbar setelah mengetahui bahwa dia telah dibuang oleh organisasi, akankah dia takut dan marah, atau
Shane jadi sedikit lebih santai melihat Rainie uring-uringan, serta bosnya yang sekarang sudah tak jauh bedanya dengan orang mati. Dia ingin mendengar apa lagi yang akan Rainie katakan kepadanya.“Kalau begitu coba kasih tahu aku, kerja sama seperti apa kita? Cuma dengan apa yang kita punya sekarang, apa yang bisa kita gunakan untuk melawan organisasi sebesar ini?”“Aku punya kartu as untuk melawan mereka.”“Hah? kartu as apa? Jangan bilang kamu masih punya virus rahasia yang mematikan yang bisa bikin mereka mau nggak mau tunduk sama kamu?”“Kamu tahu dari mana?” jawab Rainie sambil tertawa dengan penuh rasa percaya diri. Shane yang semula skeptis dengan rencana Rainie perlahan mulai percaya ketika melihat senyumnya yang penuh dengan kepercayaan diri itu. Mungkinkah dia sungguh memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk mengancam mereka?“Apa itu?”“Kamu nggak perlu tahu itu apa. Kamu cuma perlu tahu kalau kita punya kekuatan untuk bernegosiasi dengan mereka. Shane, jadi mau bekerja sa
Jantung Shane berdegup kencang tak karuan, dan dia juga merasa mual yang cukup parah sampai ingin muntah. Tetapi Rainie justru terlihat baik-baik saja ketika melihat wajah itu, dia justru mengamatinya dengan teliti seolah sedang menikmati karya seninya.Setelah beberapa saat kemudian, dia melepaskan tangannya, dan pria pendek itu langsung terkulai lemas seperti tidak ada tulang yang menyangga. Rainie mengambil tisu untuk mengelap tangannya, lalu dia berkata, “Lihat, kartu as-ku lumayan juga, ‘kan?”“Itu yang kamu maksud?! Jadia dia kartu as yang kamu bilang?” tanya Shane sambil menunjuk bosnya yang sama sekali sudah tidak terlihat seperti manusia normal lagi. Bosnya itu, yang dulu congkak bukan main, kini tak berdaya seperti orang lumpuh, dan Rainie justru malah menjadikannya senjata untuk bernegosiasi. “Bukannya kamu bilang dia sudah nggak berguna lagi? Kenapa kamu malah menjadikan dia sebagai kartu as kamu?”Terus terang saja, ketika Shane pertama kali melihat wajah bosnya yang aneh,
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki