Sebelum ini, mereka terus mendesak Yuna untuk mempercepat eksperimen dan berulang kali menekankan kalau waktu sudah tidak banyak, tetapi sekarang mereka malah terkesan sangat santai. Entah bagaimana kabar Brandon dan lab itu sekarang. Ketika Yuna dibawa pergi, apa yang Shane dan Rainie lakukan di sana, dan apakah Frans sudah pergi dari tempat itu atau belum? ***Sementara itu Shane langsung kembali ke pusat penelitian vaksin sesuai dengan perintah dari Brandon. Dia sedang kelabakan karena Yuna dibawa pergi oleh Ricky, dan dalam perjalanannya pulang dia tiba-tiba teringat dengan bosnya yang bernama Spade K itu masih terkurung di dalam ruang rahasia.Semula dia ingin menggunakan waktu ini untuk memindahkan dia, tetapi sekarang sepertinya tidak ada yang peduli dengannya lagi. Namun bagi Shane ini adalah kesempatan yang baik untuk bertaruh. Dia ingin melihat pria busuk itu apa masih bisa sesumbar setelah mengetahui bahwa dia telah dibuang oleh organisasi, akankah dia takut dan marah, atau
Shane jadi sedikit lebih santai melihat Rainie uring-uringan, serta bosnya yang sekarang sudah tak jauh bedanya dengan orang mati. Dia ingin mendengar apa lagi yang akan Rainie katakan kepadanya.“Kalau begitu coba kasih tahu aku, kerja sama seperti apa kita? Cuma dengan apa yang kita punya sekarang, apa yang bisa kita gunakan untuk melawan organisasi sebesar ini?”“Aku punya kartu as untuk melawan mereka.”“Hah? kartu as apa? Jangan bilang kamu masih punya virus rahasia yang mematikan yang bisa bikin mereka mau nggak mau tunduk sama kamu?”“Kamu tahu dari mana?” jawab Rainie sambil tertawa dengan penuh rasa percaya diri. Shane yang semula skeptis dengan rencana Rainie perlahan mulai percaya ketika melihat senyumnya yang penuh dengan kepercayaan diri itu. Mungkinkah dia sungguh memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk mengancam mereka?“Apa itu?”“Kamu nggak perlu tahu itu apa. Kamu cuma perlu tahu kalau kita punya kekuatan untuk bernegosiasi dengan mereka. Shane, jadi mau bekerja sa
Jantung Shane berdegup kencang tak karuan, dan dia juga merasa mual yang cukup parah sampai ingin muntah. Tetapi Rainie justru terlihat baik-baik saja ketika melihat wajah itu, dia justru mengamatinya dengan teliti seolah sedang menikmati karya seninya.Setelah beberapa saat kemudian, dia melepaskan tangannya, dan pria pendek itu langsung terkulai lemas seperti tidak ada tulang yang menyangga. Rainie mengambil tisu untuk mengelap tangannya, lalu dia berkata, “Lihat, kartu as-ku lumayan juga, ‘kan?”“Itu yang kamu maksud?! Jadia dia kartu as yang kamu bilang?” tanya Shane sambil menunjuk bosnya yang sama sekali sudah tidak terlihat seperti manusia normal lagi. Bosnya itu, yang dulu congkak bukan main, kini tak berdaya seperti orang lumpuh, dan Rainie justru malah menjadikannya senjata untuk bernegosiasi. “Bukannya kamu bilang dia sudah nggak berguna lagi? Kenapa kamu malah menjadikan dia sebagai kartu as kamu?”Terus terang saja, ketika Shane pertama kali melihat wajah bosnya yang aneh,
Perkataan Rainie tak diragukan berhasil membuat Shane syok. Shane sungguh tidak mengira Rainie segila itu sampai menggunakan bosnya sebagai objek percobaan dari eksperimennya. Meskipun Shane sudah menyaksikan banyak hal gila di tempat ini, termasuk eksperimen yang kejam dan berpotensi membinasakan manusia, dia tetap tak kuat melihat kondisi bosnya sekarang yang begitu mengenaskan.Pemandangan yang berdarah-darah itu memberikan stimulasi yang sangat kuat bagi Shane dan membuatnya kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi beda dengan Rainie yang justru begitu tenang, bahkan justru dialah yang menciptakan kesadisan itu.“Kamu gimana … memastikan kalau eksperimen kamu ini diinginkan sama mereka? Kalau mereka benar-benar tertarik, untuk apa harus kamu yang berinisiatif menghubungi mereka. Mungkin kamu merasa ini sesuatu yang luar bisa, tapi bagi mereka biasa saja.”Shane hanya mengutarakan isi pikirannya secara terbuka, tetapi dia tidak mengira kalau itu ternyata menyakiti perasaan Rainie yang te
Berhubung sudah menjadi pion yang siap untuk dibuang kapan saja, sekalian saja Rainie gunakan hasil eksperimennya pada bosnya, agar organisasi bisa melihat sehebat dan segigih apa dirinya!“Kamu tahu dari mana organisasi ini sudah nggak butuh hasil eksperimenku lagi? Kalian semua sama sekali nggak ada gambaran betapa hebatnya eksperimenku ini kalau berhasil. Aku jamin ini akan jauh lebih luar biasa dari serangkaian proyek seri R yang selama ini mereka prioritaskan. Sudah cukup omong kosongnya, jadi kamu mau atau nggak?”“Bukannya nggak mau, tapi … aku benar-benar nggak bisa membuka jalan untuk kamu. Aku nggak ….”“Shane! Nggak usah menguji kesabaranku, mana mungkin kamu nggak bisa? Apa kamu nggak tahu di mana anakmu? Aku yakin setelah sekian lama ini, kamu nggak mungkin cuma diam saja. Sebenarnya … kamu pasti sudah tahu, ‘kan?”Kedua bola mata Rainie yang indah itu menatap lekat Shane dengan tatapan curiga, dan dia cukup yakin Shane pasti tahu sesuatu lebih dari apa yang dia tunjukkan.
“Kamu bisa menolong anak kamu,” kata Rainie. “Dengan kita menemukan organisasi ini, apa kamu masih perlu khawatir nggak bisa menemukan keberadaan anak kamu?”“Tanpa harus mencari mereka, aku bisa cari cara lain untuk menolong anakku,” jawab Shane, yang secara tidak langsung mengatakan bahwa kartu as yang Rainie miliki untuk melawan mereka dirasa tidak memiliki daya tarik sedikit pun.Walau demikian, Rainie cukup tersenyum saja dan bertanya balik kepadanya, “Coba kasih tahu aku, gimana caranya kamu nolong anak kamu? Kita berdua sama-sama tahu. Kalau kamu bisa menolong anak kamu, pasti sudah dari dulu kamu lakukan, untuk apa harus menunggu sampai sekarang. Betul? Tadi kamu sendiri yang bilang kalau lokasi anak kamu sekarang ada di tempat yang nggak bisa kita jangkau. Kalau memang begitu, tempat itu … pasti juga susah untuk diserang. Tapi kalau kita bisa menemukan mereka, aku bisa bantu kamu memeras mereka. Menurut kamu apa ini bukan hal yang setimpal demi menolong anak kamu?”“.…”Tak bi
“Sebenarnya organisasi ini juga nggak membutuhkan kamu,” kata Shane.Sifat Rainie sudah jelas sekali terlihat. Yang dia pikirkan sekarang hanyalah penelitian tentang virus sampai dia sudah tidak bisa lagi berpikir dengan akal sehat. Berusaha meyakinkan dia untuk menggulingkan organisasi ini bersama adalah hal yang mustahil. Di hatinya sudah tidak ada lagi konsep baik atau jahat, yang ada hanyalah eksperimen dan ketenaran. Oleh karena itu, tidak ada lagi yang perlu Shane katakan padanya.“Ya, kamu benar! Tapi dunia ini selamanya membutuhkan orang yang berharga. Asal aku bisa berharga bagi mereka, mereka akan membutuhkan aku. Sama seperti … mereka membutuhkan Yuna. Tapi, sebentar lagi dia nggak akan dibutuhkan.”Sebelumnya Rainie pernah mengatakan hal yang sama persis, tetapi Shane tidak begitu memedulikannya. Sekarang ketika mendengarnya untuk yang kesekian kalinya, dia pun mulai penasaran dan tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. “Apa maksud kamu itu? Kenapa organisasi sudah ngga
“Kamu pikir organisasi peduli Yuna hamil atau nggak?”Shane tidak tahu harus berkata apa. Memang benar, jangankan organisasi iblis ini, bahkan Rainie saja menganggap nyawa manusia seperti rumput yang bebas untuk diinjak-injak. Mereka hanya peduli tentang apakah tujuan akhir yang mereka inginkan bisa tercapai atau tidak. Mereka mana punya waktu untuk memikirkan nyawa orang lain.Mereka mungkin tidak peduli, tetapi Shane tidak demikian. Di saat Shane sudah menipu Yuna dan melakukan begitu banyak perbuatan jahat, Yuna dan Brandon masih berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan Nathan, bahkan menolongnya juga. Maka itu Shane tidak bisa hanya diam saja sementara nyawa Yuna dalam bahaya. Bahkan sampai harus mengorbankan nyawa pun Shane rela asal Yuna bisa selamat.Shane sudah mengingkari janjinya pada Brandon untuk menjaga Yuna. Apabila Yuna benar-benar dijadikan objek percobaan, mau mati seribu kali pun, Shane tidak akan pernah bisa membayar kesalahannya.“Aku mau saja bekerja sa