Jantung Shane berdegup kencang tak karuan, dan dia juga merasa mual yang cukup parah sampai ingin muntah. Tetapi Rainie justru terlihat baik-baik saja ketika melihat wajah itu, dia justru mengamatinya dengan teliti seolah sedang menikmati karya seninya.Setelah beberapa saat kemudian, dia melepaskan tangannya, dan pria pendek itu langsung terkulai lemas seperti tidak ada tulang yang menyangga. Rainie mengambil tisu untuk mengelap tangannya, lalu dia berkata, “Lihat, kartu as-ku lumayan juga, ‘kan?”“Itu yang kamu maksud?! Jadia dia kartu as yang kamu bilang?” tanya Shane sambil menunjuk bosnya yang sama sekali sudah tidak terlihat seperti manusia normal lagi. Bosnya itu, yang dulu congkak bukan main, kini tak berdaya seperti orang lumpuh, dan Rainie justru malah menjadikannya senjata untuk bernegosiasi. “Bukannya kamu bilang dia sudah nggak berguna lagi? Kenapa kamu malah menjadikan dia sebagai kartu as kamu?”Terus terang saja, ketika Shane pertama kali melihat wajah bosnya yang aneh,
Perkataan Rainie tak diragukan berhasil membuat Shane syok. Shane sungguh tidak mengira Rainie segila itu sampai menggunakan bosnya sebagai objek percobaan dari eksperimennya. Meskipun Shane sudah menyaksikan banyak hal gila di tempat ini, termasuk eksperimen yang kejam dan berpotensi membinasakan manusia, dia tetap tak kuat melihat kondisi bosnya sekarang yang begitu mengenaskan.Pemandangan yang berdarah-darah itu memberikan stimulasi yang sangat kuat bagi Shane dan membuatnya kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi beda dengan Rainie yang justru begitu tenang, bahkan justru dialah yang menciptakan kesadisan itu.“Kamu gimana … memastikan kalau eksperimen kamu ini diinginkan sama mereka? Kalau mereka benar-benar tertarik, untuk apa harus kamu yang berinisiatif menghubungi mereka. Mungkin kamu merasa ini sesuatu yang luar bisa, tapi bagi mereka biasa saja.”Shane hanya mengutarakan isi pikirannya secara terbuka, tetapi dia tidak mengira kalau itu ternyata menyakiti perasaan Rainie yang te
Berhubung sudah menjadi pion yang siap untuk dibuang kapan saja, sekalian saja Rainie gunakan hasil eksperimennya pada bosnya, agar organisasi bisa melihat sehebat dan segigih apa dirinya!“Kamu tahu dari mana organisasi ini sudah nggak butuh hasil eksperimenku lagi? Kalian semua sama sekali nggak ada gambaran betapa hebatnya eksperimenku ini kalau berhasil. Aku jamin ini akan jauh lebih luar biasa dari serangkaian proyek seri R yang selama ini mereka prioritaskan. Sudah cukup omong kosongnya, jadi kamu mau atau nggak?”“Bukannya nggak mau, tapi … aku benar-benar nggak bisa membuka jalan untuk kamu. Aku nggak ….”“Shane! Nggak usah menguji kesabaranku, mana mungkin kamu nggak bisa? Apa kamu nggak tahu di mana anakmu? Aku yakin setelah sekian lama ini, kamu nggak mungkin cuma diam saja. Sebenarnya … kamu pasti sudah tahu, ‘kan?”Kedua bola mata Rainie yang indah itu menatap lekat Shane dengan tatapan curiga, dan dia cukup yakin Shane pasti tahu sesuatu lebih dari apa yang dia tunjukkan.
“Kamu bisa menolong anak kamu,” kata Rainie. “Dengan kita menemukan organisasi ini, apa kamu masih perlu khawatir nggak bisa menemukan keberadaan anak kamu?”“Tanpa harus mencari mereka, aku bisa cari cara lain untuk menolong anakku,” jawab Shane, yang secara tidak langsung mengatakan bahwa kartu as yang Rainie miliki untuk melawan mereka dirasa tidak memiliki daya tarik sedikit pun.Walau demikian, Rainie cukup tersenyum saja dan bertanya balik kepadanya, “Coba kasih tahu aku, gimana caranya kamu nolong anak kamu? Kita berdua sama-sama tahu. Kalau kamu bisa menolong anak kamu, pasti sudah dari dulu kamu lakukan, untuk apa harus menunggu sampai sekarang. Betul? Tadi kamu sendiri yang bilang kalau lokasi anak kamu sekarang ada di tempat yang nggak bisa kita jangkau. Kalau memang begitu, tempat itu … pasti juga susah untuk diserang. Tapi kalau kita bisa menemukan mereka, aku bisa bantu kamu memeras mereka. Menurut kamu apa ini bukan hal yang setimpal demi menolong anak kamu?”“.…”Tak bi
“Sebenarnya organisasi ini juga nggak membutuhkan kamu,” kata Shane.Sifat Rainie sudah jelas sekali terlihat. Yang dia pikirkan sekarang hanyalah penelitian tentang virus sampai dia sudah tidak bisa lagi berpikir dengan akal sehat. Berusaha meyakinkan dia untuk menggulingkan organisasi ini bersama adalah hal yang mustahil. Di hatinya sudah tidak ada lagi konsep baik atau jahat, yang ada hanyalah eksperimen dan ketenaran. Oleh karena itu, tidak ada lagi yang perlu Shane katakan padanya.“Ya, kamu benar! Tapi dunia ini selamanya membutuhkan orang yang berharga. Asal aku bisa berharga bagi mereka, mereka akan membutuhkan aku. Sama seperti … mereka membutuhkan Yuna. Tapi, sebentar lagi dia nggak akan dibutuhkan.”Sebelumnya Rainie pernah mengatakan hal yang sama persis, tetapi Shane tidak begitu memedulikannya. Sekarang ketika mendengarnya untuk yang kesekian kalinya, dia pun mulai penasaran dan tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. “Apa maksud kamu itu? Kenapa organisasi sudah ngga
“Kamu pikir organisasi peduli Yuna hamil atau nggak?”Shane tidak tahu harus berkata apa. Memang benar, jangankan organisasi iblis ini, bahkan Rainie saja menganggap nyawa manusia seperti rumput yang bebas untuk diinjak-injak. Mereka hanya peduli tentang apakah tujuan akhir yang mereka inginkan bisa tercapai atau tidak. Mereka mana punya waktu untuk memikirkan nyawa orang lain.Mereka mungkin tidak peduli, tetapi Shane tidak demikian. Di saat Shane sudah menipu Yuna dan melakukan begitu banyak perbuatan jahat, Yuna dan Brandon masih berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan Nathan, bahkan menolongnya juga. Maka itu Shane tidak bisa hanya diam saja sementara nyawa Yuna dalam bahaya. Bahkan sampai harus mengorbankan nyawa pun Shane rela asal Yuna bisa selamat.Shane sudah mengingkari janjinya pada Brandon untuk menjaga Yuna. Apabila Yuna benar-benar dijadikan objek percobaan, mau mati seribu kali pun, Shane tidak akan pernah bisa membayar kesalahannya.“Aku mau saja bekerja sa
Akan tetapi hal itu tidak penting, maka Rainie melanjutkan, “Apa pun yang organisasi lakukan selalu berdasarkan rencana dan perhitungan yang matang. Kamu kira kenapa mereka terus mendesak Yuna harus berhasil dalam beberapa hari? Kenapa Yuna langsung dibawa pergi begitu eksperimennya selesai? Kamu benar-benar mengira itu semua terjadi karena si pendek ini menghilang? Itu semua cuma kebetulan belaka saja. Yang paling penting tetap kapan Yuna bisa menyelesaikan R10.”“Jadi mereka mau menunggu sampai Yuna melahirkan?” tanya shane.Rainie tidak banyak bicara lagi dan hanya menatap Shane. Sejujurnya dia tidak akan mengatakan semua ini kepada Shane kalau bukan karena ingin bekerja sama. Dan Rainie merasa dia sudah cukup banyak membocorkan rahasia yang dia tahu.“Kamu harus cepat. Aku bisa menunggu, tapi Yuna nggak,” ujar Rainie, kemudian dia membawa bosnya masuk ke dalam ruang rahasia itu kembali. Dia mengangkat bosnya seperti sedang menentang sebuah boneka mainan, lebih tepatnya boneka rusak
Ketika melihat darah itu, Chermiko jadi teringat dengan masa ketika dia sedang sakit. Juan merawatnya sama seperti dia merawat Juan sekarang.“Kakek, maaf!”“Maaf kepalamu!” tiba-tiba Juan menyahut.“Kakek sudah bangun?”Sejak Brandon pergi, Juan terus berada dalam kondisi tertidur lelap dan sesekali terbatuk. Namun ketika batuk pun dia tidak dalam keadaan sadar karena matanya masih tertutup. Namun sekarang tidak hanya membuka matanya lebar-lebar, tetapi dia juga sudah bisa berbicara.“Cih, aku … masih belum mati!”Dengan tenaga yang begitu lemah pun Juan masih bisa berbicara lantang seperti biasanya.“Terima kasih Tuhan, akhirnya Kakek sadar juga! Kakek nggak akan mati. Kakek pasti bisa hidup panjang umur!”“Ukh ….”“Kakek haus? Mau minum air? Lapar nggak, mau makan apa?”Selama dua hari terakhir Chermiko hanya menyuapinya bubur, itu pun hanya termakan separuh karena berceceran. Alhasil tubuh Juan makin kurus. Saat tubuh Chermiko membengkak, tubuhnya terisi penuh dengan otot yang memb
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da
Juan meletakkan jarinya di atas bagian pergelangan tangan Yuna dan menekannya sedikit. Kedua matanya sedikit tertutup seperti orang yang hendak tidur, tetapi dia hanya sedang menenangkan diri agar bisa fokus merasakan setiap dentuman pembuluh darah yang melewati tangan.Tak lama berselang, Juan mengangkat tangannya dan mendekat untuk menatap wajah Yuna lebih dekat, kemudian menaruh jarinya di leher Yuna.Semua itu Fred amati melalui tampilan kamera pengawas. Dia menundukan kepala dengan dagu bertopang di tangannya. Dia sedang berpikir keras. Si tua itu kelihatannya seperti sedang memeriksa Yuna, tetapi di sisi lain juga tidak dan lebih terlihat seperti sedang sok pintar saja.Dokter-dokter yang ada di sini setiap kali memeriksa pasien selalu menggunakan peralatan canggih dan bisa dilihat apa hasil diagnosisnya melalui angka dan data yang pasti. Namun pengobatan tradisional tidak demikian. Mereka hanya meraba nadi untuk melihat penyakitnya, atau menanyakan beberapa pertanyaan ke pasien
Mana mungkin Fred akan membiarkan itu terjadi! Kalau Yuna mati, usahanya selama ini akan sia-sia, dan tahap akhir dari R10 tidak akan bisa berjalan.“Pak Fred ….”Para dokter tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Masuk-masuk mereka hanya berusaha untuk memasangkan kabelnya kembali. Mereka masih bingung bagaimana kabel yang terpasang dengan baik bisa lepas, atau memang ada orang yang mencabutnya.“Pak Fred ….”“Keluar!”Para dokter itu pun ta berani banyak bicara dan langsung kelar. Sekarang ruangan itu kembali seperti sebelumnya, hanya ada tiga orang saja.“Kamu juga keluar!” kata Fred kepada pengawalnya.Pengawal itu awalnya sempat bingung, tetapi dia menuruti saja apa pun perintah yang diberikan. Maka tanpa banyak protes dia pun undur diri. Juan yang tak lagi dikekang oleh si pengawal kembali mendekati Yuna dan memeriksa nadinya. Fred pernah melihat cara pemeriksaan itu dan mengakui kehebatannya. Meski dari sudut pandang kedokteran modern itu agak sulit untuk dipahami, sudah begitu
Langkahnya pelan tapi pasti, selangkah demi selangkah dia mendatangi ranjang di mana Yuna sedang tertidur lelap. Wajahnya pucat seperti baru saja kehilangan darah dalam jumlah yang sangat banyak. Napasnya pun pelan dan lemah. Mesin yang menunjukkan detak jantungnya juga bergerak memperlihatkan denyutnya yang luar biasa lemah, seakan-akan bisa berhenti kapan saja tanpa ditebak.Juan tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi di saat itu dia mengerti mengapa orang asing ini memaksanya untuk ikut dengannya. Mereka masih belum memeras Yuna sampai habis, makanya mereka tidak akan membiarkan Yuna mati begitu saja. Bagi kedokteran modern mungkin ini jalan buntu, makanya Fred meminta bantuan dia. Dengan memanfaatkan hubungan yang dia dan Yuna miliki, Fred memaksanya untuk datang.“Dia ini murid kesayanganmu, jadi kamu pasti nggak mau lihat dia mati di usia yang masih muda, ‘kan?”Kata-kata Fred terkesan simpatik, tetapi siapa pun yang mendengarnya pasti dapat merasakan bau-bau sarkas dari mulu
Mereka sepakat menggelengkan kepala. Seharusnya itu tidak mungkin.“Apa ada kemungkinan Pak Juan pergi ke sana untuk mengobati Yuna?” tanya Brandon.“Sewaktu aku pergi dari kedutaan, Fred kelihatan sehat-sehat saja, nggak kelihatan seperti lagi sakit. Kalau mamaku, seharusnya lebih nggak mungkin lagi. Dia sudah punya dokter khusus, dan semestinya Fred nggak akan mau repot-repot cari dokter lain. Kalau muridnya yang sakit dan perlu diobati, makanya dia mau pergi ke sana, itu lebih masuk akal,” ujar Ross.“Tapi selama ini Yuna sehat-sehat saja. Dia bisa mengobati diri sendiri, kayaknya agak mustahil kalau dia tiba-tiba sakit. Lagi pula kalaupun jatuh sakit, di sana ada banyak dokter yang hebat-hebat, rasanya agak di luar nalar kalau Fred sampai harus jauh-jauh membahayakan dirinya sendiri menemui Pak Juan,” tutur Shane berpendapat. “Mungkin kita cuma bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi kalau pergi ke sana langsung.”Jika analisis mereka itu tepat, berarti memang Yuna yang jatuh sakit.
Gagal sekali dua kali masih bisa dimaklumi, tetapi rasanya Rainie sudah berkali-kali gagal. Jujur saja sewaktu masih berada di lab, Chermiko masih merasa Rainie cukup mahir. Namun kemudian Chermiko sadar kalau sebenarnya Rainie hanya bisa melakukan perubahan terhadap penelitian yang sudah ada lebih awal. Kalau minta dia untuk meneliti sesuatu dari nol, kemungkinan gagalnya sangat tinggi. Racun yang digunakan kepadanya, termasuk juga wabah yang terjadi di Asia Selatan itu bukan buatan Rainie. Yang ada kaitannya dengan Rainie hanya obat yang digunakan kepada Edgar dan Frans. Dari situ sudah jelas produknya gagal.Edgar tidak berhasil dikendalikan sepenuhnya, terlebih lagi Frans, yang juga pada akhirnya mereka berdua berhasil lepas dari kendali. Yang menariknya, semua eksperimen yang Rainie lakukan mengarah ke bagaimana dia bisa mengendalikan pikiran orang lain. Dia sangat menikmati perasaan bisa berkuasa di atas orang lain, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil.“Jadi dia sendiri seben
“Jujur aku sendiri juga bingung gimana bilangnya. Aku sama Ross ini sebenarnya teman lama! Aku sudah kenal dia waktu aku kuliah di luar negeri dan bekerja. Tapi aku nggak menyangka bisa ketemu dia di sini. Ross, kapan kamu datang? Kenapa nggak kasih tahu aku. Dasar nggak setia kawan!”“Hahaha, aku kali ini datang untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya aku di sini nggak lama, waktunya mepet, dan aku banyak urusan, jadi aku nggak hubungi kamu, deh. Tapi untunglah kita sempat ketemu. Berarti kita memang berjodoh!”Selagi mereka berdua saling berpelukan selayaknya teman lama yang baru bertemu, ketiga orang lainnya hanya bisa saling bertukar pandang kebingungan, tak menyangka akan jadi seperti ini. Kalau tahu dari awal, seharusnya Brandon sudah mengajak Chermiko. Mana tahu satu-satunya orang yang dia tidak ajak ternyata adalah teman baiknya Ross.“Iya, ini takdir pasti! Sakit kepala kamu gimana, masih sering kambuh?”“Sudah nggak. Sejak kamu bantu obatin aku dua tahun yang lalu, sudah nggak per