Sebagai dokter, penggambaran apa yang dirasakan oleh pasien itu sangat penting, hususnya ketika bertemu dengan penyakit yang rumit. Melalui penggambaran apa yang dirasakan pada saat itu, seorang dokter bisa menganalisis kondisi pasien secara keseluruhan dan mencari tahu apa yang menyebabkan rasa sakit itu muncul.Juan bersandar ke belakang dan memejamkan matanya seolah sedang mengingat kembali apa yang dia rasakan. Meski dengan wajah yang pucat pun, setiap tutur kata yang keluar dari mulutnya terdengar amat tegas dan jelas.Tanpa berlama-lama, Chermiko segera mencatat semua itu. Entah berapa lama waktu telah berlalu, tiba-tiba Juan berhenti. Chermiko mengira dia hanya istirahat sebentar dan akan melanjutkan, tetapi ketika diperhatikan lebih jauh, dia melihat kepala Juan sudah terjatuh ke samping, dan mulutnya juga sudah menganga tak bergerak.“Kakek?” Chermiko coba memanggilnya, tetapi tidak ada jawaban.“Kakek …?” Dia coba memanggil sekali lagi, dan kali ini dia mulai sedikit panik.
Saat itu Juan tidak menemukan keanehan apa-apa dari nadinya, karena itu dia lengah hingga akhirnya Chermiko pun sakit. Kemudian Yuna ada mengungkit tentang wabah yang menyerang Asia Selatan. Virus memiliki kemampuan untuk bersembunyi di dalam tubuh, dan besar kemungkinan itu adalah ciri-ciri umum dari semua virus yang dikembangkan di pusat penelitian itu. Sama seperti organisasi itu, baik pencipta ataupun buatannya sama-sama pandai dalam bersembunyi.Oleh karena itu, wajar saja jika Chermiko tidak menyadari apa-apa, dan dia tidak perlu merasa bersalah. Itu bukan karena ketidakmampuannya, melainkan karena memang lawan yang mereka hadapi terlalu cerdik.Chermiko tahu Juan mengatakan itu hanya untuk menghibur dirinya, dia pun tersenyum pahit dan berkata, “Jadi menurut Kakek, di situasi ini kita harus gimana?”“Sebenarnya kamu sendiri tahu apa yang harus dilakukan, ‘kan?” balas Juan.Melihat ekspresi Juan yang begitu santai, Chermiko tak bisa menahan air matanya. Dia langsung berpaling kar
Saat ini mereka masih belum menemukan solusi, dan mereka bahkan tidak tahu virus apa yang mereka hadapi. Juan saja baru tahu kalau itu ternyata virus, bukan parasit, setelah dia menganalisisnya sendiri. Lantas bagaimana dengan obat dan pemulihannya. Itu saja tidak tahu, bagaimana bisa sembuh?Walau begitu, apa pun yang terjadi, mereka tetap harus punya keyakinan kuat. Kalau rasa percaya terhadap diri sendiri saja tidak ada, mereka sudah kalah di awal.“Haha ….”Juan tertawa sebagai bentuk ketidaksetujuannya. Dia sebenarnya tidak peduli dengan tu. Baginya yang sudah tua ini, hidup atau mati tidak ada bedanya. Seumur hidup ini Juan sudah mengabdikannya kepada ilmu pengobatan tradisional. Dan walaupun Juan tidak begitu puas dengan pencapaiannya di hidup ini, setidaknya dia sudah mendapatkan apa yang dia impikan. Dia juga cukup senang telah menerima beberapa murid yang cukup berhasil. Serta Chermiko … meski dia selalu membuat Juan marah dan sering melakukan hal bodoh, dia perlahan mulai me
“Sayang kenapa?” tanya Chermiko.“Sayang sekali dia nggak fokus ke kedokteran tradisional meski berbakat. Dia malah lebih suka meracik parfum. Kalau dia mau fokus ke kedokteran, aku yakin prestasinya lebih tinggi lagi dari yang sekarang dia punya,” kata Juan.Saat itu Juan tahu Yuna ingin belajar meracik parfum. Juan tidak setuju dengan itu dan merasa tidak ada gunanya. Sudah pasti akan lebih berjasa jika Yuna menekuni kedokteran. Akan tetapi Yuna tetap bersikeras. Juan tidak bisa melawan, apalagi Yuna juga sangat berbakat dalam pembuatan parfum. Juan sendiri sudah sering melihat nyawa-nyawa yang menghilang karena penyakit, ditambah pula dengan kejadian baru-baru ini, membuat dia merasa sehebat apa pun dokter, mereka hanya bisa menyelamatkan nyawa, bukan menyelamatkan hati manusia.Banyak hal yang terjadi tidak berdasarkan keinginan Juan. Dengan meninggalkan obsesi terhadap sesuatu, maka Juan tidak perlu menyalahkan Yuna. Namun bisa melepaskan obsesi bukan berarti bisa melepaskan harga
“Kenzi. Nurut, ya. Kan sudah kubilang jangan masuk ke kamar ini, ‘kan? Kakek lagi perlu istirahat, kamu main di kamar sendiri saja, ya,” kata Chermiko.Kenzi pun menurutinya dan tidak lagi masuk ke dalam, tetapi dia juga tidak mau pergi dan hanya berdiri di depan pintu saja dengan mata tertuju kepada Juan.“Kakek ….”“Sini!” sahut Juan sambil melambaikan tangan.“Kakek!” seru Chermiko, dia bermaksud Juan jangan sampai lengah hanya karena merasa iba dan malah jadi berbahaya untuk Kenzi.Namun di situ Juan berkata, “Kita bertiga tinggal di bawah atap yang sama. Kalau memang menular, pasti sudah dari kemarin-kemarin. Para pelayan di rumah ini jarang dekat-dekat sama aku, tapi mereka juga sakit. Berhubung dari awal Kenzi nggak diungsikan keluar, biar saja dia bebas di sini, biar dia menghadapi ini bareng kita semua.”Chermiko tadinya masih ingin membantah, tetapi setelah mendengar itu, dia mengurungkan niatnya. Benar juga, kalau memang menular, pasti sudah dari awal Kenzi juga tertular. To
Kenzi menoleh, wajahnya dia tempelkan ke tangan Juan dan dengan patuhnya diam di tempat. Juan tadinya ingin membiarkan Kenzi bermain di kamarnya agar dia bisa menjaganya.Chermiko juga merasa kasihan melihat Kenzi, tetapi kemudian dia menyadari ada yang aneh.Chermiko langsung maju, tapi Kenzi spontan mundur ke belakang menghindari Chermiko karena takut akan dibawa pergi. Ketika melihat Chermiko meraih Kenzi, Juan refleks ingin menghadangnya, tetapi setelah dilihat lagi. Dia terkejut dan tidak jadi menghadang Chermiko. Chermiko langsung memegang leher Kenzi dan berkata dengan halus, “Kenzi, jangan bergerak dulu. Coba kulihat.”Kemudian dia menyibak bagian belakang rambut Kenzi dan menarik kerah bajunya ke bawah, memperlihatkan leher Kenzi yang putih. Kenzi tidak melawan ataupun melarikan diri, karena dia tahu Chermiko bukan ingin mengusirnya, jadi dia patuh saja.Di leher Kenzi terdapat bercak berwarna merah yang sekilas terlihat seperti penyakit kulit, tapi bukan. Selain itu juga ada t
“Kamu juga coba lihat sini,” kata Juan.Chermiko dipenuhi dengan tanda tanya di kepalanya, tetapi dia juga meletakan jarinya di atas pergelangan tangan Kenzi untuk mengecek. Nadinya sekilas terlihat normal, sama seperti ketika sedang sehat, tetapi yang namanya anak kecil pasti akan lebih cepat sedikit.Chermiko tidak bisa merasakan ada yang berbeda, maka dia pun menatap Juan kebingungan mencari jawabannya. Akan tetapi Juan hanya tersenyum kepadanya seakan sedang menunggu Chermiko menemukan jawabannya.Maka Chermiko kembali fokus, tetapi dia masih tidak bisa menemukan kejanggalan yang dari tadi dia cari.“Kakek, Kenzi sehat-sehat saja.”“Ya, dia memang sehat,” balas Juan tersenyum tipis. Dia cukup puas dengan hasil ini. Seorang anak kecil bisa tetap sehat di situasi seperti ini tentu adalah hal yang tidak mudah. Baginya ini merupakan kabar yang sangat baik.“Tapi … dari nadi nggak terlihat ada yang beda, ‘kan?”Maksud Juan adalah jangan hanya melihat Kenzi sudah sehat saja, tetapi juga
“Kamu main di kamar sendiri dulu, ya. Kakek capek mau istirahat,” kata Juan sambil menepuk pantat Kenzi.Kenzi sangat pintar. Dia tidak begitu mengerti apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini, tetapi dia cukup kooperatif. Belum lagi Brandon sempat berpesan sebelum dia pergi agar Kenzi menurut apa kata Juan dan Chermiko.“Oke, kalau Kakek kangen sama aku, panggil saja.”Kenzi pun berbalik dan menuruni kasur dengan kedua tangannya. Chermiko melihat itu berinisiatif untuk menggendongnya turun. Begitu sampai di depan pintu kamar, Chermiko menurunkannya dan berkata, “Kamu mau makan apa? Nanti aku minta beliin.”Mengira Kenzi akan kegirangan, tetapi nyatanya dia malah menggelengkan kepala dan berkata, “Nggak. Papa bilang aku nggak boleh ngerepotin orang lain. Sekarang Kakek lebih penting, jadi Om Chermiko jagain Kakek saja!”Suaranya yang begitu menggemaskan menyimpan sifat yang dewasa. Chermiko sungguh tidak bisa berkata-kata. Dulu dia selalu berpikir kalau anak kecil itu adalah makhluk
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da
Juan meletakkan jarinya di atas bagian pergelangan tangan Yuna dan menekannya sedikit. Kedua matanya sedikit tertutup seperti orang yang hendak tidur, tetapi dia hanya sedang menenangkan diri agar bisa fokus merasakan setiap dentuman pembuluh darah yang melewati tangan.Tak lama berselang, Juan mengangkat tangannya dan mendekat untuk menatap wajah Yuna lebih dekat, kemudian menaruh jarinya di leher Yuna.Semua itu Fred amati melalui tampilan kamera pengawas. Dia menundukan kepala dengan dagu bertopang di tangannya. Dia sedang berpikir keras. Si tua itu kelihatannya seperti sedang memeriksa Yuna, tetapi di sisi lain juga tidak dan lebih terlihat seperti sedang sok pintar saja.Dokter-dokter yang ada di sini setiap kali memeriksa pasien selalu menggunakan peralatan canggih dan bisa dilihat apa hasil diagnosisnya melalui angka dan data yang pasti. Namun pengobatan tradisional tidak demikian. Mereka hanya meraba nadi untuk melihat penyakitnya, atau menanyakan beberapa pertanyaan ke pasien
Mana mungkin Fred akan membiarkan itu terjadi! Kalau Yuna mati, usahanya selama ini akan sia-sia, dan tahap akhir dari R10 tidak akan bisa berjalan.“Pak Fred ….”Para dokter tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Masuk-masuk mereka hanya berusaha untuk memasangkan kabelnya kembali. Mereka masih bingung bagaimana kabel yang terpasang dengan baik bisa lepas, atau memang ada orang yang mencabutnya.“Pak Fred ….”“Keluar!”Para dokter itu pun ta berani banyak bicara dan langsung kelar. Sekarang ruangan itu kembali seperti sebelumnya, hanya ada tiga orang saja.“Kamu juga keluar!” kata Fred kepada pengawalnya.Pengawal itu awalnya sempat bingung, tetapi dia menuruti saja apa pun perintah yang diberikan. Maka tanpa banyak protes dia pun undur diri. Juan yang tak lagi dikekang oleh si pengawal kembali mendekati Yuna dan memeriksa nadinya. Fred pernah melihat cara pemeriksaan itu dan mengakui kehebatannya. Meski dari sudut pandang kedokteran modern itu agak sulit untuk dipahami, sudah begitu
Langkahnya pelan tapi pasti, selangkah demi selangkah dia mendatangi ranjang di mana Yuna sedang tertidur lelap. Wajahnya pucat seperti baru saja kehilangan darah dalam jumlah yang sangat banyak. Napasnya pun pelan dan lemah. Mesin yang menunjukkan detak jantungnya juga bergerak memperlihatkan denyutnya yang luar biasa lemah, seakan-akan bisa berhenti kapan saja tanpa ditebak.Juan tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi di saat itu dia mengerti mengapa orang asing ini memaksanya untuk ikut dengannya. Mereka masih belum memeras Yuna sampai habis, makanya mereka tidak akan membiarkan Yuna mati begitu saja. Bagi kedokteran modern mungkin ini jalan buntu, makanya Fred meminta bantuan dia. Dengan memanfaatkan hubungan yang dia dan Yuna miliki, Fred memaksanya untuk datang.“Dia ini murid kesayanganmu, jadi kamu pasti nggak mau lihat dia mati di usia yang masih muda, ‘kan?”Kata-kata Fred terkesan simpatik, tetapi siapa pun yang mendengarnya pasti dapat merasakan bau-bau sarkas dari mulu
Mereka sepakat menggelengkan kepala. Seharusnya itu tidak mungkin.“Apa ada kemungkinan Pak Juan pergi ke sana untuk mengobati Yuna?” tanya Brandon.“Sewaktu aku pergi dari kedutaan, Fred kelihatan sehat-sehat saja, nggak kelihatan seperti lagi sakit. Kalau mamaku, seharusnya lebih nggak mungkin lagi. Dia sudah punya dokter khusus, dan semestinya Fred nggak akan mau repot-repot cari dokter lain. Kalau muridnya yang sakit dan perlu diobati, makanya dia mau pergi ke sana, itu lebih masuk akal,” ujar Ross.“Tapi selama ini Yuna sehat-sehat saja. Dia bisa mengobati diri sendiri, kayaknya agak mustahil kalau dia tiba-tiba sakit. Lagi pula kalaupun jatuh sakit, di sana ada banyak dokter yang hebat-hebat, rasanya agak di luar nalar kalau Fred sampai harus jauh-jauh membahayakan dirinya sendiri menemui Pak Juan,” tutur Shane berpendapat. “Mungkin kita cuma bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi kalau pergi ke sana langsung.”Jika analisis mereka itu tepat, berarti memang Yuna yang jatuh sakit.
Gagal sekali dua kali masih bisa dimaklumi, tetapi rasanya Rainie sudah berkali-kali gagal. Jujur saja sewaktu masih berada di lab, Chermiko masih merasa Rainie cukup mahir. Namun kemudian Chermiko sadar kalau sebenarnya Rainie hanya bisa melakukan perubahan terhadap penelitian yang sudah ada lebih awal. Kalau minta dia untuk meneliti sesuatu dari nol, kemungkinan gagalnya sangat tinggi. Racun yang digunakan kepadanya, termasuk juga wabah yang terjadi di Asia Selatan itu bukan buatan Rainie. Yang ada kaitannya dengan Rainie hanya obat yang digunakan kepada Edgar dan Frans. Dari situ sudah jelas produknya gagal.Edgar tidak berhasil dikendalikan sepenuhnya, terlebih lagi Frans, yang juga pada akhirnya mereka berdua berhasil lepas dari kendali. Yang menariknya, semua eksperimen yang Rainie lakukan mengarah ke bagaimana dia bisa mengendalikan pikiran orang lain. Dia sangat menikmati perasaan bisa berkuasa di atas orang lain, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil.“Jadi dia sendiri seben
“Jujur aku sendiri juga bingung gimana bilangnya. Aku sama Ross ini sebenarnya teman lama! Aku sudah kenal dia waktu aku kuliah di luar negeri dan bekerja. Tapi aku nggak menyangka bisa ketemu dia di sini. Ross, kapan kamu datang? Kenapa nggak kasih tahu aku. Dasar nggak setia kawan!”“Hahaha, aku kali ini datang untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya aku di sini nggak lama, waktunya mepet, dan aku banyak urusan, jadi aku nggak hubungi kamu, deh. Tapi untunglah kita sempat ketemu. Berarti kita memang berjodoh!”Selagi mereka berdua saling berpelukan selayaknya teman lama yang baru bertemu, ketiga orang lainnya hanya bisa saling bertukar pandang kebingungan, tak menyangka akan jadi seperti ini. Kalau tahu dari awal, seharusnya Brandon sudah mengajak Chermiko. Mana tahu satu-satunya orang yang dia tidak ajak ternyata adalah teman baiknya Ross.“Iya, ini takdir pasti! Sakit kepala kamu gimana, masih sering kambuh?”“Sudah nggak. Sejak kamu bantu obatin aku dua tahun yang lalu, sudah nggak per