Sudah pulang larut malam dengan kondisi yang sangat lelah, tapi istrinya malah tidak melihatnya sedikit pun dan terus tidur sambil memeluknya. Brandon tidak tahu apakah dia harus marah atau senang di situasi seperti ini. Dia senang Yuna memeluknya, tapi di sisi lain dia marah karena Yuna lengah. Bagaimana kalau yang masuk itu bukan dia, tapi pria lain?“Yuna, Yuna ….,” bisik Brandon di telinganya.“Berisik, ih!”“Haish ….”Tadinya Brandon masih ingin mengatakan beberapa hal pada Yuna, tapi dia menghela napasnya dan memutuskan untuk mengatakannya besok saja. Brandon merilekskan tubuhnya dan tak lama kemudian ikut tertidur.Tidur Yuna begitu nyenyak dan dia terbangun dengan penuh semangat. Ketika ingin meregangkan tubuhnya, Yuna menyadari kaki dan tangannya seperti tertekan oleh sesuatu yang berat.Wajah tampang yang ada tepat di hadapannya siapa lagi kalau bukan pria kesayangannya.“Brandon?! Ka-kamu kapan pulangnya?”Brandon membuka matanya dan menatap Yuna dengan bola matanya yang hit
Valerie mulai merasa sedikit gelisah. Dia sudah menunggu cukup lama, tapi ibunya Logan masih belum datang juga.“Nggak usah tegang. Mama mungkin telat karena ada kendala,” ujar Logan untuk menghibur perasaan Valerie. Sebenarnya Logan sendiri juga sedikit cemas karena ibunya bilang kalau dia tidak ingin menemui Valerie, tapi dia yang memaksa.Ketika Logan hendak menelepon ibunya, tiba-tiba pintu ruangan tempat mereka berada dibuka oleh asistennya Tania. Setelah mempersilakan Tania masuk, asisten itu menutup kembali pintunya dan berjaga di luar.Tania mengenakan pakaian berwarna abu muda, dan rambutnya juga belum lama baru dicatok. Valerie menatapnya sekilas dan menyadari perhiasan yang ada di telinga dan tangannya itu adalah perhiasan edisi terbaru.Meski sudah menginjak usia yang tidak lagi muda, Tania masih terlihat seperti berusia 30 atau 40-an tahun berkat perawatan yang dia jalani. Baik dari postur tubuh dan perangainya pun terjaga cukup baik. Alangkah baiknya jika … Logan bisa men
“Maksud Mama gimana?” tanya Logan yang cukup terkejut dengan ucapan yang dilontarkan ibunya.“Kenapa Yuna sampai mengubah formula yang kamu punya? Kamu sudah pacaran sama dia berapa tahun? Beberapa produk yang perusahaan kamu keluarin bukannya hasil buatan dia? Yuna selalu nurut sama kamu, tapi kenapa kamu malah ngusir dia?”Seraya berkata, Yuna mengetukkan jarinya ke meja dengan ekspresi yang begitu serius bagai seorang guru yang sedang menginterogasi muridnya.“Aku suruh Lawson bantu kamu karena kamu itu anakku. Aku nggak mau kamu kesusahan, tapi ini bukan berarti kamu nggak ada salah. Logan, kamu melakukan kesalahan besar di sini!”Kritik Tania terhadap Logan dilancarkan tanpa menyisakan belas kasihan sedikit pun, dan yang merasa paling malu saat ini tidak lain adalah Valerie. Bagaimana tidak?! Dia datang bersama Logan untuk menemui calon mertua, tapi Tania sama sekali tidak memedulikan Valerie. Bukan hanya itu, bahkan Tania tidak berbicara sepatah kata pun kepadanya. Dan yang lebih
“Val, akhirnya kita bisa menikah!” kata Logan sambil memegang tangan Valerie.Namun Valerie dengan cueknya menepis tangan Logan dan menjawab, “Oh, ya?”“Lihat, nih. Ini uang yang dikasih mamaku, itu berarti dia merestui hubungan kita. Aku sadar omongan mamaku tadi pasti bikin kamu kesal. Nggak usah dipikirin, mamaku nggak bermaksud begitu. Dia cuma bermaksud baik ke aku.”“Jelas dia baik ke kamu, bahkan sampai calon istri juga sudah dipilihin. Masalahnya, menantu yang layak itu bukan aku.”Selalu saja Yuna, padahal wanita yang akan dinikahi anaknya itu adalah Valerie, bukan Yuna! Tania sama sekali tidak menganggap keberadaan Valerie. Perasaan direndahkan seperti ini sungguh membuat Valerie merasa tidak nyaman.“Kan, kamu begitu lagi. Sudah kubilang, mamaku nggak bermaksud ngerendahin amu. Lagian, kalaupun mamaku suka sama Yuna, aku yang nggak suka. Memangnya mamaku yang hidup bareng Yuna? Yang mau menikah itu aku, yang mau cari istri itu aku, bukan mamaku. Omongan mamaku cuma sebatas p
“Coba lagi! Kalau masih nggak bisa, samperin rumahnya! Berani-beraninya dia!” umpat Logan, tapi sayangnya umpatan itu tidak berhasil melampiaskan emosinya, lalu dia pun kembali berkata, “Sudahlah! Biar aku saja yang telepon dia!”Setelah itu Logan menuju ke departemen HRD perusahaan dan berpesan pada mereka, “Keluarin semua informasi Stella, dan minta bagian hukum untuk minta ganti rugi karena karyawan mengundurkan diri tanpa izin.”“Tapi, Pak Logan, Stella sudah ajuin surat resign lebih dari satu bulan yang lalu. Berdasarkan kesepakatan, 30 hari setelah surat diajukan, karyawan boleh mengundurkan diri tanpa perlu persetujuan dari Bapak.”“Peraturan macam apa itu? Aku nggak pernah dengar ada kesepakatan kayak gitu sebelumnya!”Selama ini Logan mengira Stella harus tetap bekerja di sini asalkan dia tidak memberikan tanda tangan di surat pengunduran dirinya.“Ini … sudah peraturan di surat kontrak kerja,” jawabnya lirih. Mau bosnya mengamuk sekalipun, peraturan tetaplah peraturan, dan in
“Sorry, aku ketiduran,” ujar Yuna, lalu dia menoleh ke arah Stella dan berkata padanya, “Kayaknya aku nggak perlu ngenalin Edith ke kamu lagi.”“Kita ini kan satu keluarga, buat apa dikenalin segala!” kata Edith tersenyum.“Kok sikap kamu beda banget, Dith? Waktu itu kamu nggak seramah itu ke aku,” protes Yuna.“Beda, dong. Waktu itu aku ngira kamu masuk ke sini lewat koneksi, tapi … kali ini aku setuju,” ledek Edith sambil menepuk bahu Stella.“Pilih kasih! Ya sudahlah. Berhubung Stella juga sudah datang, ayo kita mulai kerja. Kebetulan aku lagi kurang orang, dan aku mau produk ini jadi secepatnya.”“Oke, kalau begitu aku nggak ganggu kalian lagi. Untuk berkas perekrutan Stella, dua hari lagi tolong dilengkapi, ya?”“Oke,” sahut Stella.Sebenarnya hal seperti itu bisa dilengkapi kapan saja mereka mau, yang terpenting adalah dengan siapa mereka bekerja, dan apakah mereka senang atau tidak melakukannya.“Keren juga tempatnya!” seru Stella seketika dia memasuki lab, “Peralatannya lebih
Dulu Stella juga sesekali memijat Yuna sewaktu mereka berdua masih bekerja di VL. Sudah lama sekali sejak terakhir mereka melakukan ini.Yuna membalikkan badan dan menyibak rambutnya ke samping, memperlihatkan lehernya yang ramping. Lantas Stella mulai memijat dengan perlahan.“Memang jauh lebih enak setelah ada kamu. Dua hari terakhir ini aku kelabakan, tapi sejak kamu datang, rasanya jadi jauh lebih santai,” kata Yuna sambil memejamkan matanya akibat rasa kantuk.Proses pembuatan suatu produk baru tidak mungkin bisa rampung secepat itu karena masih harus melalui proses uji coba. Namun karena ada Stella yang membantu, Yuna tidak perlu memaksakan diri lagi.“Makanya … kamu harus naikin gajiku, ya?” ledek Stella.“Mana ada, baru kerja sehari sudah minta naik gaji. Yang ada kamu bikin atasan kita takut!”“Karyawan yang nggak inisiatif minta naik gaji bukan karyawan yang baik,” balas Stella bergurau. Stella memandangi sekitarnya dan tiba-tiba berhenti ketika melihat ke suatu arah, begitu
“Kok, mungkin? Siapa namanya? Ada fotonya? Siapa tahu aku kenal.”“Nanti juga kamu bakal tahu! Stel, produk baru kita kali ini mungkin bakal lebih susah, kamu harus siap-siap, ya!”“Kamu ngomong begini kayak produk kita yang dulu nggak susah saja,” ledek Stella, “Tenang saja, selama ada kamu di garis depan, aku pasti bakal bantu semaksimal mungkin!”“Kamu memang orang yang paling bisa aku andalkan!”Yuna kembali ke lab untuk memeriksa sampel yang sudah dibuat, dan ternyata hasilnya masih tidak sesuai yang diharapkan. Bahan mentah yang bagus sangat penting, tapi segala pengerjaan untuk menyingkirkan ampas dan menyisakan aroma yang diinginkan itu merupakan sebuah proses yang sangat rumit. Proses tersebut harus dilakukan berulang kali uji coba baru bisa berhasil.Entah berapa banyak energi dan waktu yang harus dikerahkan oleh seorang peracik parfum setiap kali ada produk baru yang akan diluncurkan, dan orang yang mencuri hasil jerih payah orang lain tanpa rasa malu sedikit pun adalah tipe