“Val, akhirnya kita bisa menikah!” kata Logan sambil memegang tangan Valerie.Namun Valerie dengan cueknya menepis tangan Logan dan menjawab, “Oh, ya?”“Lihat, nih. Ini uang yang dikasih mamaku, itu berarti dia merestui hubungan kita. Aku sadar omongan mamaku tadi pasti bikin kamu kesal. Nggak usah dipikirin, mamaku nggak bermaksud begitu. Dia cuma bermaksud baik ke aku.”“Jelas dia baik ke kamu, bahkan sampai calon istri juga sudah dipilihin. Masalahnya, menantu yang layak itu bukan aku.”Selalu saja Yuna, padahal wanita yang akan dinikahi anaknya itu adalah Valerie, bukan Yuna! Tania sama sekali tidak menganggap keberadaan Valerie. Perasaan direndahkan seperti ini sungguh membuat Valerie merasa tidak nyaman.“Kan, kamu begitu lagi. Sudah kubilang, mamaku nggak bermaksud ngerendahin amu. Lagian, kalaupun mamaku suka sama Yuna, aku yang nggak suka. Memangnya mamaku yang hidup bareng Yuna? Yang mau menikah itu aku, yang mau cari istri itu aku, bukan mamaku. Omongan mamaku cuma sebatas p
“Coba lagi! Kalau masih nggak bisa, samperin rumahnya! Berani-beraninya dia!” umpat Logan, tapi sayangnya umpatan itu tidak berhasil melampiaskan emosinya, lalu dia pun kembali berkata, “Sudahlah! Biar aku saja yang telepon dia!”Setelah itu Logan menuju ke departemen HRD perusahaan dan berpesan pada mereka, “Keluarin semua informasi Stella, dan minta bagian hukum untuk minta ganti rugi karena karyawan mengundurkan diri tanpa izin.”“Tapi, Pak Logan, Stella sudah ajuin surat resign lebih dari satu bulan yang lalu. Berdasarkan kesepakatan, 30 hari setelah surat diajukan, karyawan boleh mengundurkan diri tanpa perlu persetujuan dari Bapak.”“Peraturan macam apa itu? Aku nggak pernah dengar ada kesepakatan kayak gitu sebelumnya!”Selama ini Logan mengira Stella harus tetap bekerja di sini asalkan dia tidak memberikan tanda tangan di surat pengunduran dirinya.“Ini … sudah peraturan di surat kontrak kerja,” jawabnya lirih. Mau bosnya mengamuk sekalipun, peraturan tetaplah peraturan, dan in
“Sorry, aku ketiduran,” ujar Yuna, lalu dia menoleh ke arah Stella dan berkata padanya, “Kayaknya aku nggak perlu ngenalin Edith ke kamu lagi.”“Kita ini kan satu keluarga, buat apa dikenalin segala!” kata Edith tersenyum.“Kok sikap kamu beda banget, Dith? Waktu itu kamu nggak seramah itu ke aku,” protes Yuna.“Beda, dong. Waktu itu aku ngira kamu masuk ke sini lewat koneksi, tapi … kali ini aku setuju,” ledek Edith sambil menepuk bahu Stella.“Pilih kasih! Ya sudahlah. Berhubung Stella juga sudah datang, ayo kita mulai kerja. Kebetulan aku lagi kurang orang, dan aku mau produk ini jadi secepatnya.”“Oke, kalau begitu aku nggak ganggu kalian lagi. Untuk berkas perekrutan Stella, dua hari lagi tolong dilengkapi, ya?”“Oke,” sahut Stella.Sebenarnya hal seperti itu bisa dilengkapi kapan saja mereka mau, yang terpenting adalah dengan siapa mereka bekerja, dan apakah mereka senang atau tidak melakukannya.“Keren juga tempatnya!” seru Stella seketika dia memasuki lab, “Peralatannya lebih
Dulu Stella juga sesekali memijat Yuna sewaktu mereka berdua masih bekerja di VL. Sudah lama sekali sejak terakhir mereka melakukan ini.Yuna membalikkan badan dan menyibak rambutnya ke samping, memperlihatkan lehernya yang ramping. Lantas Stella mulai memijat dengan perlahan.“Memang jauh lebih enak setelah ada kamu. Dua hari terakhir ini aku kelabakan, tapi sejak kamu datang, rasanya jadi jauh lebih santai,” kata Yuna sambil memejamkan matanya akibat rasa kantuk.Proses pembuatan suatu produk baru tidak mungkin bisa rampung secepat itu karena masih harus melalui proses uji coba. Namun karena ada Stella yang membantu, Yuna tidak perlu memaksakan diri lagi.“Makanya … kamu harus naikin gajiku, ya?” ledek Stella.“Mana ada, baru kerja sehari sudah minta naik gaji. Yang ada kamu bikin atasan kita takut!”“Karyawan yang nggak inisiatif minta naik gaji bukan karyawan yang baik,” balas Stella bergurau. Stella memandangi sekitarnya dan tiba-tiba berhenti ketika melihat ke suatu arah, begitu
“Kok, mungkin? Siapa namanya? Ada fotonya? Siapa tahu aku kenal.”“Nanti juga kamu bakal tahu! Stel, produk baru kita kali ini mungkin bakal lebih susah, kamu harus siap-siap, ya!”“Kamu ngomong begini kayak produk kita yang dulu nggak susah saja,” ledek Stella, “Tenang saja, selama ada kamu di garis depan, aku pasti bakal bantu semaksimal mungkin!”“Kamu memang orang yang paling bisa aku andalkan!”Yuna kembali ke lab untuk memeriksa sampel yang sudah dibuat, dan ternyata hasilnya masih tidak sesuai yang diharapkan. Bahan mentah yang bagus sangat penting, tapi segala pengerjaan untuk menyingkirkan ampas dan menyisakan aroma yang diinginkan itu merupakan sebuah proses yang sangat rumit. Proses tersebut harus dilakukan berulang kali uji coba baru bisa berhasil.Entah berapa banyak energi dan waktu yang harus dikerahkan oleh seorang peracik parfum setiap kali ada produk baru yang akan diluncurkan, dan orang yang mencuri hasil jerih payah orang lain tanpa rasa malu sedikit pun adalah tipe
Logan menyimpan kebencian dan dendam terhadap Yuna, tapi karena saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa pada Yuna, gantian Stella yang menjadi target.“Jadi, aku harus gimana, dong? Aku nggak bisa kerja di sini lagi?” tanya Stella lesu.Edith hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan berat hati. Merekrut seorang karyawan baru tidak jadi masalah bagi Edith, tapi jika masalahnya sudah menyangkut kontrak kerja, ini bukan lagi sesuatu yang bisa diselesaikan dengan sepatah dua patah kata.“Jangan panik, biar aku cari solusinya,” ujar Yuna.Semua masalah pasti ada solusi, saat ini mereka hanya sedang syok karena masalahnya datang begitu mendadak. Harus diakui Logan cukup cepat dalam bertindak. Padahal ini baru hari pertama Stella bekerja, tapi dia sudah mengejar. Itu berarti dia memang sudah dari awal mengincar Stella. Utang lama antara Yuna dengan Logan saja masih belum tuntas. Jika memang ini yang Logan inginkan, jangan salahkan Yuna yang tidak segan lagi!“Stel, dua hari ini kamu istiraha
Dunia ini tidak harus selalu antara satu atau dua. Setiap orang harus bisa memberikan opsi ketiga untuk diri sendiri. Yuna tidak sudi selalu ditindas. Dia harus melakukan perlawanan agar Logan dan Valerie tahu kalau Yuna bukanlah orang yang bisa mereka injak-injak semudah itu!Brandon mendapati Yuna sedang duduk di sofa ketika dia baru pulang ke rumah. Jarinya yang lincah sedang mengetuk keyboard laptop yang terpangku di kakinya.Jarang-jarang Brandon melihat Yuna menggunakan laptopnya di rumah. Dia pun melepas sepatu dan mendekatinya. Dari layar tampak ada beberapa laman yang terbuka sekaligus, dan Yuna sedang mendaftar akun baru di sebuah forum.“Serius amat?” ujar Brandon sambil menyodorkan segelas air untuknya.Masih dengan matanya yang fokus ke layar, Yuna mengambil gelas itu dari tangan Brandon dan menyahut, “Ada yang macam-macam sama aku, jadi aku ladeni saja sekalian.”Dilihat dari nada bicara dan ekspresi wajahnya, tampaknya ada orang yang telah membuat Yuna kesal.“Siapa yang
Tentu saja VL sempat kacau balau saat Yuna merusak formula mereka, tapi itu hanya sebatas kelebihan takaran.“Kalau memang kayak apa yang kamu bilang, aku jadi nggak perlu khawatir,” ucap Brandon sambil mengelus rambut Yuna.“Eits, nggak juga! Kamu tetap harus siap-siap jadi tamengku. Kalau sampai mereka menyerang balik, kamu siapin satu tim pengacara buat aku, ya!” tutur Yuna manja.Yuna semakin lama semakin pandai merayu Brandon. Setiap tatapan dan gesturnya berhasil membuat hati Brandon melunak.“Terus, aku harus ikutin apa yang kamu bilang?” tanya Brandon.“Masa kamu nggak mau?”“Dengan senang hati!”Brandon lalu menundukkan kepalanya untuk mencium bibir Yuna, tapi ada satu hal yang tidak mengenakkan dari posisi seperti ini, leher Brandon terasa sangat sakit!Brandon berdiri dan menggerakkan lehernya, lalu berkata, “Kamu ini lagi ngeledek aku, ya??”“Mana ada! Aku ….”Ucapan Yuna terpotong karena mendapat sebuah notifikasi dari laptopnya seperti balasan komentar dan beberapa percak
Sampai di sini, tak perlu banyak bicara pun Ross sudah mengerti siapa Ricky.“Oke, oke. Tapi aku nggak menyangka saja.”“Kalau Yang Mulia masih tertidur? Tadi malam Yang Mulia tidur agak larut, jadi mungkin baru bangun agak siang. Mohon maaf Pangeran Ross silakan tunggu sebentar.”“Aku, aku tunggu!” kata Ross, dan ketika dia baru membalik badan dan hendak pergi, dia baru teringat. “Fred di mana?”“.…” Untuk sesaat Ricky hanya diam saja, tetapi dia menjawab juga, “Fred sudah dikurung.”“Di mana? Bawa aku ketemu dia,” kata Ross. Masih banyak pertanyaan yang ingin Ross tanyakan padanya. Namun, Ricky tidak bergerak dari tempatnya dan berkata, “Yang Mulia berpesan nggak boleh ada siapa pun yang mendekat atau bertemu dengannya. Saat ini Fred ditahan atas kesalahan yang sangat besar.”“Bahkan aku juga nggak boleh?!”“Mohon pengertiannya, Pangeran Ross,” Ricky menjawab dengan sangat santun, tetapi jelas dia menolak permintaan Ross. “Ini perintah dari Yang Mulia.”Iniadalah perintah langsung da
Seperti yang Brandon katakan tadi, mereka tidak bisa menghentikan Ross. Ross bergerak cepat mengemudikan mobilnya langsung menuju ke kedutaan Yuraria. Alhasil mereka pun hanya bisa mengejarnya, berharap tidak terjadi apa-apa padanya. Ketia mobil baru melaju kira-kira 20 menit, tiba-tiba Shane berseru sambil menepuk pahanya sendiri, “Gawat!”“Gawat apanya?” ujar kedua orang lainnya secara bersamaan seraya menoleh.“Aku lupa, kalau dia ke sana, bukannya Rainie jadi tahu kalau selama ini hipnotisnya nggak bekerja?”“Kurasa … itu sudah nggak penting lagi,” tutur Chermiko. “Sudah jelas kok kalau dia memang nggak terhipnotis. Asal Rainie pintar sedikit, dia seharusnya juga tahu kalau hipnotisnya itu gagal total. Aku heran dari mana dia bisa begitu percaya diri bisa mengontrol kesadaran orang lain.”Saat Chermiko pertama kali mengetahui apa tujuan Rainie, dia pun sangat terkejut. Terkejut bukan karena apa yang dia lakukan, melainkan bagaimana dia bisa berpikir seperti itu. Kesadaran manusia a
Semuanya terdiam. Begitulah faktanya, dan mereka semua sudah tahu, termasuk Ross sendiri. Hanya saja Ross tidak mau menghadapinya saja.“Itu nggak mungkin! Aku nggak percaya!” kata Ross sambil memukul meja. Dia berulang kali menekankan bahwa ibunya tidak bersalah hanya untuk membangun keyakinannya. Dia tidak ingin mengakui bahwa ibunya terlibat dalam semua kasus ini.Walau sebagai politikus sedikit banyak pasti akan berurusan dengan zona abu-abu seperti ini, Ross sangat paham akan seberapa parahnya kasus yang melibatkan lab dan obat serta virus itu. Sewaktu wabah besar melanda Asia Selatan, Yuraria juga ikut terkena dampaknya dan mengakibatkan banyak orang meninggal. Sekalipun bisa diobati, sampai sekarang penderita penyakit itu masih mengalami gejala sisa.Pada saat kejadian itu Ross juga berada di Yuraria. Dia melihat sendiri dengan matanya sendiri banyak orang yang terjangkit dan merasa sangat tak berdaya. Kemudian dia tahu kalau penyakit tersebut ternyata ada kaitannya dengan penel
“….”Entah mengapa Chermiko merasa Ross masih tidak begitu memahami apa yang terjadi.“Bukan, kalau dari percakapan mereka tadi, seharusnya Fred gagal dan lagi dikurung,” jelas Chermiko. “Dan kayaknya ada perpecahan antara mereka.”“Fred gagal? Jadi mereka sudah memulai eksperimennya. Kalau begitu mamaku ….”“Ratu seharusnya masih aman!” kata Brandon. “Dari percakapan mereka tadi kita tahu, apa pun yang Fred lakukan, dia gagal. Dan yang seharusnya berkuasa sekarang … ya Ratu.”“Mamaku? Tapi bukannya mamaku lagi disembunyikan sama Fred?”“Ratu pasti lebih pintar dari Fred. Bisa saja dia bukannya disembunyikan sama Fred, tapi dia sendiri yang … begitulah.”Jujur saja, aplikasi virus itu terpasang di momen yang pas. Mungkin sekilas pembicaraan tadi tidak ada harganya, tetapi justru kebalikannya, itu memberi tahu mereka satu informasi yang sangat penting. Semua yang terjadi sekarang berada di bawah kendali Ratu, bukan Fred.“Dengan kata lain, ini semua adalah rencana mamaku. Dia sengaja bi
Rainie langsung sakit kepala melihat pesan yang tak ada habisnya itu dan mengurungkan niatnya. Dia tidak men-scroll chat sampai atas dan hanya membaca beberapa pesan terbaru saja, yaitu kemarin, yang isinya kurang lebih mengatakan kalau Susan merindukannya dan mengapa Rainie tak pulang-pulang. Rumah dan keluarganya sudah tidak ada, tetapi asal Rainie bisa pulang, dia akan terus menunggu. Kira-kira seperti itulah isi pesannya.Melihat itu, Rainie hanya mengerutkan bibir dan menutup pesan. Sesungguhnya dia agak sebal dengan itu, tetapi … ada semacam perasaan yang Rainie sendiri tidak begitu bisa mengungkapkannya dengan jelas. Jujur, sebenarnya Rainie selalu berharap mendapatkan perhatian dari ibunya, berharap dia mengucapkan kata-kata yang ramah dan hangat. Akan tetapi Rainie tidak pernah mendapatkan itu di masa kecilnya.Mau seberapa bahagianya Rainie menceritakan apa saja yang dia alami, ibunya selalu memberikan perhatian penuh kepada Bella. Lama kelamaan, Rainie jadi terbiasa untuk te
“Aku? Aku nggak punya atasan!” kata Rainie tertawa sembari menggeleng. “Aku berbeda dengan kalian, aku cuma bekerja sama. Dari awal semua orang yang di sini cuma partner kerja sama.”Di tangannya kini sudah ada teknologi yang mungkin bisa dibilang paling canggih di muka bumi, mana mau Rainie menjadi anak buah orang lain, bahkan sang Ratu sekalipun! Kalau penelitian obat ini sukses, maka tidak ada lagi yang perlu Rainie takutkan. Dengan siapa dia ingin bekerja sama, itu semua bisa terjadi sesuai kemauannya.“Banyak gaya kamu!” kata Ricky dengan nada yang sangat tidak bersahabat. Rainie sama seali tidak merasakan perubahan emosi Ricky, atau mungkin lebih tepat dia memang tidak peduli dari awal.“Mau banyak gaya atau nggak itu tergantung seberapa jauh kemampuanmu,” kata Rainie. Dia memiringkan kepalanya melihat perubahan warna dari cairan yang ada di dalam tabung. “Sudah, jangan ganggu aku lagi. Kalau kamu lagi senggang, mending kamu ngobrol saja sama Yuna. Toh kalian juga sudah kenal sat
Tidak ada orang di lab karena terjadi perubahan rencana. Para peneliti tidak mendapatkan izin dari atasan untuk bisa bebas keluar masuk lab, kecuali Rainie. Harus dikatakan, akting Rainie di depan Ratu tadi sangat berguna. Ratu jadi memberi kesempatan padanya dan memberikan beberapa hak khusus seperti bisa bebas keluar masuk lab sendiri dan melakukan eksperimen apa pun yang dia mau.Sampai di tahap tertentu, bisa dibilang tujuan yang Rainie miliki sama dengan Ratu, atau mungkin lebih tepatnya apa yang Rainie ingin lakukan sejalan dengan apa yang visi sang Ratu. Rainie juga tidak membutuhkan bantuan apa-apa. Dia bisa mencari sendiri apa yang dia butuhkan. Untungnya perlengkapan di sana cukup komplit meski ukuran labnya tidak terlalu besar. Entah sudah berapa lama Fred mempersiapkan lab ini, intinya apa pun bahan yang Rainie butuhkan sudah tersedia di sini.Rainie sangat fokus dengan pekerjaannya sampai dia lupa dengan sekitarnya. Dia tidak sadar kalau ada orang lain yang masuk. Kegembir
Nasihat Juan benar-benar mengena di hati sang Ratu. Tidak ada yang tahu setiap malam Ratu mengalami kesulitan tidur. Bahkan tak jarang dia mengerjakan pekerjaannya malam-malam, bukan karena rajin, tetapi karena tidak bisa memejamkan matanya. Perasaan mengantuk tetapi tidak bisa tidur ini memberikan penderitaan yang luar biasa bagi Ratu.Tidak hanya insomnia saja, tetapi sering kali Ratu juga paranoid seseorang akan mengkhianatinya dan merebut kekuasaannya. Rasa tidak aman itu memperparah kondisinya yang sejak awal memang sudah kurang baik. Namun yang paling menyakitkan, dia tidak bisa bercerita kepada siapa pun tentang penderitaannya dan dipaksa untuk menanggung semua itu sendirian.Melihat sang Ratu berhenti sesaat, Ricky menggerakkan alis matanya, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Beberapa saat kemudian, sang Ratu mendongak ke aranya dan bertanya, “Ricky, apa kamu takut mati?”“.…”“Sudahlah, percuma aku tanya kamu. Kamu pasti bakal bilang nggak takut!” ujar Ratu menggerutu, berpi
Mereka tetap tidak mengindahkan perintah ratu mereka, dan malah menaruh nampan tersebut di atas meja kecil yang ada di samping.“Yang Mulia harus makan, atau nanti badan Yang Mulia jadi lemah,” ujarnya dengan suara yang lemah lembut, sungguh berbeda dengan wujud fisiknya yang tinggi besar.Sang Ratu mengernyit. Matanya masih tertuju ke pemandangan di balik jendela kamarnya. “Aku bilang nggak mau makan ya nggak mau makan. Apa kamu sudah berani melawan perintahku?”Pengawalnya mendekati sang Ratu dan berdiri di depan jendela. Badanya yang besar itu menutupi hampir seluruh cahaya yang masuk dari luar. Kamar tersebut tidak diterangi oleh lampu dan hanya ada cahaya bulan yang merembes ke dalam. Dengan dia berdiri di depan jendela, hampir tak ada sumber cahaya lagi yang bisa masuk.Sang Ratu pun kesal dan mendongak, “Mau apa kamu?”“Yang Mulia tahu aku nggak mungkin melawan perintah, tapi aku akan terus di sini sampai Yang Mulia mau makan,” ujarnya dengan keras kepala. Dia pun terus berdiri