Kalaupun Frans sungguh dikendalikan oleh suatu obat atau hanya berpura-pura, tidak sepatutnya dia sampai bercerai dengan Stella. Frans bukannya sudah memiliki kekasih lain atau berpindah hati. Dia ribut dengan Brandon dan ingin memutus hubungan, itu bisa dimengerti. Akan tetapi, Stella tidak melakukan apa pun yang membuat Frans kecewa, jadi sangat aneh jika dia ingin bercerai. Terlebih lagi Stella sedang hamil. Bukankah meninggalkan Stella di saat seperti ini terlalu kejam?“Kamu ada tanya apa alasanya? Kenapa mendadak begini? Kemarin kalian … bukannya masih baik-baik saja?”“Iya, kemarin masih baik-baik saja. Waktu dia keluar malam-malam, aku pura-pura nggak lihat. Seharusnya dia nggak sadar. Aku sampai nangis-nangis dan memohon sama dia untuk jangan bercerai, bahan sampai teriak-teriak. Tapi dia tetap mau cerai tanpa kasih tahu apa alasannya.”Sebenarnya Stella sudah berusaha untuk tetap tenang saat dia datang. Matanya membengkak dan dia tidak ingin terus menangis, tapi apa daya dia
Di saat seperti ini Stella sudah kehilangan minat untuk menikmati susu hangatnya, tetapi dia tahu jika tidak meminumnya, emosinya akan menjadi tak terkendali, dan Yuna tidak akan mau bercerita lebih jauh. Karena itu Stella pun meminumnya.“Eksperimennya tentu saja bukan aku yang mengerjakan, tapi aku pernah ikut serta, jadi kurang lebih aku paham sedikit.”“Pernah ikut serta gimana? Mungkinkah waktu di lab kamu yang waktu itu? Tapi … bukannya tempat itu sekarang sudah terbengkalai? Dengar-dengar semua orang yang kerja di sana sudah bubar, dan eksperimennya gagal total.”“Bukan gagal, tapi dipindahkan ke tempat yang lebih tertutup. Mereka masih terus bekerja, dan pihak yang terlibat sudah jauh lebih besar lagi. Aku nggak bisa kasih tahu semua detailnya ke kamu, aku cuma bisa bilang bahwa memang benar ada eksperimen seperti itu. Mereka membuat obat aneh yang bisa mengendalikan pikiran orang lain. Aku nggak yakin apakah Frans terkena efek obat itu, tapi perubahannya yang begitu mendadak p
“Dia memaksa pun aku tetap nggak akan mau cerai. Aku bakal terus menempel sampai dia capek!” jawab Stella tanpa berpikir panjang.“Aku bukannya nyuruh kamu untuk benar-benar bercerai. Kalau memang sudah nggak bisa diomongin lagi, kamu turuti saja kemauan dia. Anggap saja perceraian itu waktu untuk menenangkan diri. Mau cerai pun butuh proses dan waktu, nggak bisa terjadi begitu saja. Kita cuma perlu mengulur waktu untuk memastikan apa benar dia berada di bawah kendali obat itu atau bukan.”“Kak Yuna harus bantu aku! Aku nggak pernah minta apa-apa, tapi untuk ini saja aku mohon, tolong bantu aku dan Frans! Aku yakin dia berubah pasti karena pengaruh obat!”“Stel, kamu nggak perlu takut. Aku pasti bakal membantu kamu. Tapi sebelum itu kamu harus berjanji untuk jaga dirimu sendiri. Jangan terlalu tegang sewaktu berdua sama Frans, anggap biasa saja sama seperti dulu.”“Oke!” jawab Stella mengangguk, lalu tiba-tiba dia merintih kesakitan.“Kenapa?” tanya Yuna gugup.“Nggak apa-apa!” jawab S
“Memangnya kamu ada bilang apa? Aku saja sudah nggak ingat.”“Kak Yuna ….”“Sudah, kamu saja masih manggil aku ‘Kak’, cukup sampai di sini saja omong kosongmu! Kalau saja aku berada di posisi kamu waktu itu, aku juga pasti bakal marah. Apa yang kamu lakukan itu wajar, dan di saat itu kamu juga pasti sangat menderita!” Yuna bisa mengerti perasaan Stella, karena jika dia berada di situasi yang sama, dia juga pasti akan memihak kepada Brandon daripada Stella. Yuna dan Stella adalah teman lama, tetapi yang namanya hubungan antar manusia pasti bisa merenggang. Ketika dihadapkan pada pilihan yang sulit, tentu setiap orang akan memilih orang yang dianggap paling penting dalam hidupnya.“Aku ….”“Cukup! Jangan merengek terus, sejak kapan kamu jadi cengeng begini? Aku ngerti semua keresahan dan perasaan kamu! Kita nggak cuma partner kerja, tapi juga teman baik! Karena kita teman, kamu nggak perlu perhitungan begitu. Aku saja nggak perhitungan, jadi kamu juga jangan begitu, ya?”Bahkan Yuna samp
Kenzi masih kecil sehingga kemampuannya dalam memahami masih tidak begitu kuat, wajar jika terjadi salah paham. Sebenarnya, yang lebih penting adalah apakah Yuna mengabaikan perasaan Kenzi hanya karena dia sedang hamil untuk kedua kalinya?Yuna pun memeluk erat Kenzi ke dalam dekapannya dan mengelus rambutnya seraya berkata, “Bandel itu bukan kritik, setiap anak pasti punya kepribadian mereka masing-masing. Ada yang lebih kalem, ada juga yang lebih aktif, tapi itu bukan kekurangan! Kalian semua sama-sama anak kecil yang lucu!”Ucapan Yuna masih tetap saja menyisakan kebingungan bagi Kenzi, tetapi pelukan dari seorang ibu yang begitu hangat membuat perasaannya jauh membaik. Kenzi juga tampaknya mulai menangkap maksud dari apa yang Yuna sampaikan, maka dia pun berkata, “Sama kayak aku yang lebih aktif, sedangkan Kak Nathan lebih kalem, tapi kami berdua sama-sama anak yang baik!”“Betul!” jawab Yuna.“Mama, aku sudah lama nggak ketemu Kak Nathan. Dia sudah nggak main ke rumah lagi?”Kenzi
Angin sepoi-sepoi bertiup lembut di wajah dan memberikan rasa yang begitu nyaman. Terdengar kicauan burung merdu, dan aroma tanaman yang begitu familier. Cahaya yang terpancar di depan mata terlihat sedikit kabur. Di tengah suasana yang terasa samar itu, Chermiko seperti sedang memasuki sebuah ladang yang dipenuhi dengan bunga segar dan berbagai macam tanaman herbal. Di sana dia mencari tahu tentang tanaman herbal dari buku kedokteran yang dia bawa. Satu per satu dia pelajari dan teliti, kemudian memasukkannya ke dalam keranjang dengan hati-hati. Lalu ketika dia berbalik dan baru melangkahkan kakinya, dia terjatuh ke bawah seperti terjun ke dalam jurang yang tak berujung.“Aah-” Chermiko mengeluarkan suara jeritan kecil yang dia paksakan dari tenggorokannya. Dia pun terbangun dari tidurnya dan membuka mata lebar-lebar. Sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat seakan dia baru saja merangkak keluar dari sebuah kolam. Dia menarik napas dengan tergesa-gesa, berusaha untuk memasukkan sebanya
“Oke, sudah jauh membaik. Coba buka bajumu,” kata Juan.“.…”Ini bukan pertama kalinya Chermiko disuruh buka baju di depan kakeknya sendiri, tapi tetap saja dia masih merasa malu. Sambil menundukkan kepala, dia pun perlahan membuka kancing bajunya. Karena sudah beberapa hari hanya berada di dalam kamar, kulit Chermiko terlihat putih yang kurang sehat. Namun satu hal yang patut disyukuri adalah bahwa garis-garis pembuluh darah yang sebelumnya terlihat menonjol kini sudah mulai pudar. Otot-otot yang mencuat keluar seperti akan merobek kulit sudah mengempis, dan kulitnya pun mulai melonggar.“Kakek, ini ….”“Ini norma! Kamu kan juga belajar kedokteran, masa nggak tahu kalau kulit yang awalnya kencang bakal melonggar begitu kamu jadi kurus?”“Tapi itu kan karena efek obat!”Chermiko tidak terima melihat tubuhnya yang sekarang jadi hancur. Dia yang dulu memiliki fisik yang luar biasa. Tampan dan bertubuh kekar.“Mau itu karena obat atau apa pun, prinsipnya tetap sama! Di saat begini kamu ma
Setelah terdiam sesaat, Chermiko pun berdiri dari tempatnya dan masuk ke salah satu ruangan yang begitu senyap. Melihat pintu yang mengarah ke halaman belakang terbuka lebar, dia pun berjalan menyeberangi aula tengah menuju ke halaman.Saat baru saja menginjakkan kaki di sana, dia langsung mencium aroma dari berbagai macam tanaman herbal yang bercampur aduk menjadi satu, dan dia melihat kakeknya sedang berdiri di tengah-tengah halaman memikirkan sesuatu.Tanpa ada maksud untuk mengganggu, Chermiko diam saja berdiri di sana, lalu saat dia mau berbalik, dia mendengar suara kakeknya berbicara, “Kalau kamu sudah punya tenaga, mending bantu aku petik tanamannya.”Mendengar itu, Chermiko langsung menghampiri Juan dan mengambil keranjang yang Juan letakkan di dekatnya.“Semua yang perlu dipetik sudah kutulis, tapi apa kamu bisa mengenali tanamannya?”Chermiko melihat di dalam keranjang itu ada secarik kertas yang bertuliskan nama-nama tanaman yang tidak begitu lazim digunakan. Walau demikian,
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta