“Mau jelasin apa lagi! Atas dasar apa aku harus mengikuti kemauan kamu?! memangnya kamu punya bukti yang menyatakan kalau Rainie menculik anakmu? Kalau memang ada, kasih lihat aku buktinya!”“Bukti? Anakku di rumah adalah bukti yang paling jelas! Sekarang dia lagi dirawat. Dia sendiri yang ngelihat langsung, dan dia sendiri yang bilang ke aku. Apa kamu masih perlu bukti lain yang lebih kuat lagi? Kalau hari ini juga kamu nggak bawa Rainie kemari, jangan harap kamu bisa tidur pulas! Kalaupun kamu minta bantuan Edgar, nggak ada gunanya!”Sebelum datang kemari, Satya sudah melakukan segala persiapan yang dibutuhkan. Tidak hanya melaporkan kasus ini ke polisi, tapi dia juga sudah melapor ke pejabat tinggi kepolisian untuk mengantisipasi adanya campur tangan Edgar. Selama ini Edgar memang memiliki reputasi yang baik, tapi proyek vaksin yang dia tangani belakangan ini membuat orang lain menaruh curiga padanya. Apalagi Satya juga tidak begitu dekat dengan Edgar, jadi tidak ada salahnya berjag
“Jadi maksud kamu biar aku sendiri saja yang menggeledah rumah ini? Kalau memang kamu ngotot nggak mau bawa Rainie kemari, biar aku sendiri yang melakukannya!”Berhubung Fahrel masih bersikeras tidak mau menyerahkan Rainie, maka Satya pun segera menyuruh anak buahnya maju. Akan tetapi Fahrel juga tidak mau kalah. Keluarganya juga memiliki perlindungan yang tak kalah kuatnya. Cukup satu perintah darinya, langsung ada pasukan yang datang melindungi mereka. Alhasil, suasana menjadi tegang dan perkelahian bisa terjadi kapan saja. Melihat situasi berkembang menjadi separah ini, mungkin akan lebih baik jika Rainie tidak pulang dulu. Entah apa yang terjadi pada keluarga Pranata sampai mereka datang dan menuduh yang tidak-tidak. Jika Rainie pulang sekarang, bisa-bisa dia juga yang akan dirugikan.Diam-diam Susan menghubungi Rainie, tapi teleponnya tidak diangkat. Susan terus menghubungi Rainie dengan perasaan cemas, tapi Rainie masih juga tidak mengangkat. Dessy yang menyadari gelagat aneh Sus
“Aku mau lihat siapa yang berani mengacak-acak rumah tinggalku!”Fahrel sudah mulai habis kesabarannya. Dia tidak tahu sejak kapan dan dari mana orang-orang itu masuk ke dalam rumahnya, dan sekarang Satya ingin menggeledah rumahnya tepat di depan Fahrel dan para anak buahnya. Kalau Fahrel membiarkan Satya berbuat semaunya, mau ditaruh di mana mukanya! Maka dari itu dia berdiri tegap di hadapan Satya dengan mata melotot lebar. Fahrel tidak akan membiarkan Satya melangkahkan kakinya lebih jauh lagi.Di sisi lain, Susan dan Dessy masih berkelahi sengit dan tidak ada yang mau mengalah. Rambut mereka sama-sama tak karuan lagi karena saling menjambak satu sama lain. Tepat di saat itu juga, ponsel Susan yang menjadi perebutan tiba-tiba berbunyi. Spontan mereka berdua terkejut, dan perkelahian menjadi lebih ganas lagi. Susan menggenggam ponselnya makin erat agar tidak direbut. Akhirnya dia berhasil melepaskan diri dari Dessy dan segera menjawab panggilan masuk itu.“Halo? Halo? Hah, apa?!”Eks
Telepon masih terus berbunyi. Fahrel tahu panggilan ini hanyalah trik untuk mengakali Satya, tapi tetap saja Fahrel cukup heran karena dia merasa Rainie tidak akan mau melakukan hal seperti ini. Maka itu dia pun menjawab panggilan dan mengaktifkan loudspeaker agar Satya juga bisa mendengarnya.“Rainie, kamu lagi kerja di lab? Sesibuk apa pun tetap jangan lupa istirahat! Oh ya, Pak Satya datang mau ketemu kamu, katanya ada sesuatu yang mau dia tanya ….”Maksud Fahrel adalah secara tidak langsung memberi tahu Rainie bahwa Satya sedang berada di rumah mereka supaya Rainie bisa lebih berhati-hati, tapi sebelum Fahrel selesai berbicara, suara yang asing di telepon itu menyela pembicaraannya, “Pak Fahrel, ini aku! Non Rainie kecelakaan!”“Apa?”“Terjadi ledakan besar di pabrik. Non Rainie nggak sempat melarikan diri …. Tadi aku sudah mengabari Bu Susan, tapi Ibu nggak percaya, aku …”Suara orang yang berbicara di telepon itu terdengar seperti sedang panik, dan di belakangnya Fahrel juga dapa
“Tunggu sebentar! Kami juga ikut,” kata Dessy.Mendengar itu, Susan langsung naik pitam dan berteriak histeris, “Situasinya sudah kayak begini kalian masih saja ….”“Terserah kalian saja,” kata Fahrel. Lantas mereka pun masuk ke mobil dan langsung berangkat ke pabrik. Satya juga menarik istrinya masuk ke mobil mereka dan mengikuti Fahrel di belakang. Sepanjang perjalanan menuju pabrik yang lokasinya berada di pinggiran kota, sebenarnya dari jauh mereka sudah bisa melihat asap hitam yang membumbung tinggi.Mobil yang Fahrel naiki tiba terlebih dahulu di lokasi. Dia dan Susan langsung bergegas turun dari mobil dan berlari ke lokasi kebakaran. Di sana sudah dipasangi garis polisi dan banyak petugas yang berjaga, tapi mereka diberi izin untuk masuk setelah mengaku sebagai orang tua korban.Mobil Satya juga tak lama tiba. Dessy menggenggam tangan Satya dan bertanya padanya, “Menurut kamu, mereka cuma bersandiwara atau memang benar-benar kecelakaan?”“Entahlah, kita coba lihat saja.”Mereka
Satya dan Desy juga mengikuti Fahrel mendekati tandu itu untuk memastikan apakah yang ada di tandu itu Rainie atau bukan. Namun sayangnya mereka tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh selembar kain. Walau begitu, Susan mengenali sosok korban melalui ujung pakaian yang mencuat keluar dari kain.“Rainie ….”Susan memeluk jasad yang ada di tandu itu sampai tandunya terjatuh, dan kain yang menutupi jasadnya juga terlepas. Dessy juga bergidik ketakutan ketika melihat wajah jasad itu. Namun Satya bergerak cepat dengan langsung menutup mata Dessy dengan tangannya agar dia tidak melihatnya lagi.Jangankan wanita, bahkan pria dewasa yang melihat kondisi jasad itu juga pasti akan ketakutan sampai bulu kuduk berdiri. Wajah jasad tersebut terbakar habis hingga tak bisa dikenali lagi. Siapa pun yang melihatnya pasti akan menjerit ketakutan. Walaupun Dessy sudah menutup matanya dan berlindung dalam pelukan Satya, dia masih gemetar ketakutan akibat syok yang dia alami. Dan tentu saja, Susan
Kondisi psikis Dessy mulai membaik selama mereka dalam perjalanan pulang ke rumah, tapi dia masih gemetar ketakutan membayangkan jasad yang tadi dia lihat.“Sudah, nggak usah dipikirin terus,” kata Satya sembari memeluknya.“Nggak bisa, muka jasad itu masih terus terbayang di kepalaku. Kalau menurut kamu gimana?”“….”“Apa jasad yang tadi itu benar-benar jasadnya Rainie?”“.…”“Tapi kok bisa sekebetulan itu, ya? Waktunya pas banget, begitu kita mau temui Rainie, dia malah terlibat kecelakaan! Sudah begitu, jelas-jelas anak buah kita ngelihat Rainie pulang ke rumah dan nggak keluar lagi. Kenapa dia bisa tiba-tiba ada di pabrik itu? Kecelakaannya terlalu pas waktunya, seolah-olah ….”“Seolah-olah apa?”“Masa kamu nggak berasa ini semua kayak disengaja?”“Maksud kamu, Fahrel dan Susan tadi itu cuma pura-pura?”Sesungguhnya Satya juga berpikir ada kemungkinan seperti itu, tapi apabila benar demikian, berarti mereka benar-benar licik. Satya sudah memastikan kalau dia melakukan semua persiap
Langit sudah gelap gulita saat mobil mereka tiba di halaman depan rumah Juan. Di tempat yang jauh dari pusat keramaian kota ini, bintang-bintang terlihat begitu jelas dan indah di angkasa. Tidak ada kelap-kelip lampu neon di pinggir jalan ataupun lampu kendaraan yang menyilaukan mata. Yang ada hanyalah ketenangan batin.Satya sudah menghubungi Juan selama perjalanan mereka kemari, dan sesuai dugaan, awalnya Juan dengan tegas menolak, tapi kemudian dia mengizinkan mereka untuk datang setelah mendengar tentang kematian Rainie. Namun, Juan berpesan kepada mereka untuk berhati-hati jangan sampai ada yang mengikuti mereka. Maka dari itulah begitu tiba di rumahnya Juan, mereka langsung masuk ke dalam tanpa menimbulkan kegaduhan yang berpotensi menarik perhatian yang tidak diinginkan.Saat baru turun, Satya melihat sudah ada mobil mewah lain dengan plat nomor asing yang terparkir di samping mobilnya. Satya sedikit heran karena Juan jarang sekali kedatangan tamu, apalagi di malam selarut ini.