Namun sayangnya, ponsel Chermiko disita ketika dia pertama kali dikurung di sini, jadi sekarang dia tidak punya cara lain untuk menghubungi dunia luar. Oleh karena itu dia berniat untuk meminta bantuan kakeknya. Akan tetapi ketika hendak membuka pintu, Chermiko baru sadar bahwa pintunya sudah dikunci dari luar.Chermiko sudah coba menarik gagang pintu sekuat tenaga, tapi tidak ada gunanya, hingga akhirnya dia pun baru sadar bahwa dia telah dikurung oleh kakeknya sendiri.Namun mengapa? Bukankah kakeknya sendiri yang bilang bahwa tidak ada virus di tubuh Chermiko. Kalau memang tidak ada, kenapa dia harus dikurung?“Kek, buka pintunya!”Chermiko berusaha menggedor pintu dan memanggil kakeknya dengan suara keras, berharap dia akan mendengarnya. Namun dia tidak tahu apakah ada orang di luar, atau memang kakenya tidak peduli. Karena sudah menyerah, Chermiko mencari jendela dan melihat ke bawah dari sana. Sayangnya di luar jendela dipasangi jeruji sehingga Chermiko tidak bisa mengeluarkan ke
Baru pertama kali ini dalam seumur hidupnya Chermiko dipanggil sebagai pedagang manusia oleh orang lain, khususnya dari Kenzi yang masih kecil.“Oi, bocah, siapa yang kamu panggil pedagang manusia! Memangnya kamu pernah ketemu pedagang manusia seganteng aku?!”“Siapa yang kamu panggil bocah!” seru Juan yang tiba-tiba muncul entah dari mana setelah dipanggil berkali-kali tidak menyahut.Melihat kemunculan kakeknya itu, Chermiko pun langsung gentar, “Eh, Kakek. Bukan aku ….”“Kalau bukan kamu siapa lagi? Jelas-jelas aku dengar kamu yang sebut! Asal tahu saja, ya. Sudah bagus kamu bisa tinggal di sini, tapi kamu masih saja berani mengatai anak kecil?!”“..., Kek, aku ini cucumu. Bocah itu … jelas-jelas dia yang sengaja ngerjain aku, lagian dia juga bukan saudara kandung …,” kata Chermiko, dengan suara yang makin lama makin mengecil karena merasa sedikit bersalah.“Siapa bilang Kenzi bukan saudara kandung? Dia itu cucu kandungku!” kata Juan, sembari menggendong Kenzi dan menaikkannya ke ba
“Argh ….”Chermiko menjerit kesakitan. Berbeda dengan ruang di mana dia dikurung dulu yang sangat kedap suara, ruang terbuka seperti sekarang ini membuat jeritannya terdengar begitu jelas.Tidak hanya tubuh dan kepalanya saja yang sakit, tapi matanya juga terasa seolah-olah mau keluar. Chermiko ingin memegangi kepala dengan kedua tangannya, tapi apa daya satu tangannya masih tersangkut di jeruji jendela, alhasil dia hanya bisa memukuli kepalanya dengan satu tangan untuk mengurangi rasa sakitnya itu.Entah apakah karena rasa sakitnya itu membuat tenaga Chermiko bertambah kuat, jeruji yang mengunci tangannya lama kelamaan mulai melonggar. Hanya dengan hentakkan tenaga sedikit saja, akhirnya Chermiko berhasil membebaskan diri.Sebagian besar jerujinya terjatuh ke bawah, tapi masih ada sebagian yang tersangkut di lengan Chermiko. Kesadarannya sudah hilang separuh ketika Chermiko terbebas, tapi instingnya itu membuat dia ingin cepat membebaskan diri dengan menabrakkan tubuhnya yang sudah te
Ketika Chermiko akhirnya siuman, dia merasa sekujur tubuhnya sangat lemas. Kesadarannya juga masih belum pulih sepenuhnya. Dia coba menggerakkan tangannya, tapi yang bisa dia lakukan hanyalah mengangkat jarinya saja. Chermiko ingin membatuk karena tenggorokannya gatal, tapi ketika membuka mulutnya, hanya embusan napas sunyi saja yang keluar.Perasaan ini sangat aneh, rasanya seperti sudah berada di ambang kematian. Dia masih mengembuskan napas, tapi rasanya sulit sekali untuk mempertahankan kesadarannya.“Kamu sudah sadar?”Chermiko dapat mendengar suara yang begitu lembut di telinganya. Dia ingin menoleh, tapi yang bisa dia gerakkan hanya sebatas bola matanya saja.“Jangan bergerak dulu, tenaga kamu sudah habis. Mau bergerak pun nggak akan bisa.”Juan sudah membawa semangkuk sup obat hangat di tangannya. Interaksi yang terjadi antara mereka berdua ini masih sama seperti dulu, hanya bedanya kali ini Juan bersikap jauh lebih baik.“Aku ….”Terlalu banyak pertanyaan dan hal yang tidak Ch
“Ini ….”“Obat ini cuma untuk memperkuat badan kamu, bukan untuk melawan virusnya. Jangan terlalu banyak berharap!” kata Juan seraya menyuapi Chermiko. “Kakek ini bukan dewa. Kita masih belum tahu apa yang terjadi sama badan kamu, dan obat penawarnya nggak akan jadi secepat itu!”Chermiko tentu saja tahu akan hal itu, bahkan … dia tidak berani berharap obat itu benar-benar akan ditemukan. Makin besar harapan, makin besar pula kekecewaan dia nantinya. Namun, kebaikan yang kakeknya berikan sudah sangat cukup untuk membuatnya bahagia.Setelah obatnya diminum sampai habis, Juan berkata, “Untuk sekarang kita memang masih belum tahu pasti apa yang ada di dalam badan kamu itu, tapi kamu tahu seberapa parah wabah kemarin. Untuk berjaga-jaga, kamu di sini saja dulu, jangan ke mana-mana. Biar aku … coba cari solusinya.”“Terima ….”Sebelum Chermiko mengucapkan terima kasih sampai selesai, kakeknya sudah keburu pergi dari kamarnya. Kini suasana di sana kembali tenang seperti sedia kala, tetapi Ch
“Kita tunggu saja, nanti juga tahu.”“Kalau memang benar dia, dengan situasi yang terjadi sekarang apa dia masih mau mengambil risiko?”Seketika pria itu pun melepasan kacamata dan memperlihatkan bagian atas wajahnya, yang tidak lain adalah Liman.“Pasti!” jawab Yuna. “Kudengar pemerintah punya pusat penelitian vaksin, dan katanya beberapa hari ini mereka sudah resmi beroperasi?”“Iya.”Liman tentu saja tahu itu, tapi dia tidak bertanggung jawab terhadap proyek itu karena bukan berada dalam kuasanya, karena itu dia tidak begitu peduli. Namun tetap saja itu adalah proyek penting dan masih berhubungan dengan apa yang mereka kerjakan, jadi setidaknya Liman cukup tahu banyak.“Tapi ini apa hubungannya sama dia? Kalaupun kemajuan obat penawar di sini terhambat, apa juga bakal berpengaruh terhadap kemajuan pengembangan vaksin? Atau kamu punya koneksi di sana? Oh ya, kalau nggak salah ingat, awalnya proyek ini dipegang sama perusahaannya suami kamu, tapi kemudian … malah diadakan tender ulang
“Ada pergerakan!”Liman langsung berlari ke luar diikuti oleh Yuna di belakangnya. Siapa pun yang berpapasan melihat Yuna mengikuti Liman pun terkejut.“Yuna … dia ….”Akan tetapi mereka berdua berjalan dengan sangat cepat. Raut wajah Liman juga terlihat begitu serius, jadi tidak ada yang berani bertanya kepadanya dan hanya melihat mereka berdua berjalan menuju area bangsal. Apakah terjadi situasi darurat? Namun mereka tidak mendengar ada suara bel dari area bangsal!Di tengah kebingungan itu, Liman dan Yuna langsung menuju area VIP, melewati banyak kamar lainnya dan berlari ke arah … kamarnya Brandon. Liman langsung menendang pintu dengan sekuat tenaga sampai Yuna sendiri terkejut.Biasanya liman selalu bersikap serius tapi lemah lembut, berhati-hati dan selalu tahu batas dalam bertindak. Oleh karena itu Yuna sangat tidak menyangka Liman menjadi begitu ganas.Di dalam kamar sudah ada orang yang tengkurap menghadap selimut, dengan tangan terkunci di belakang, dan pria yang menahan ora
“Pak Liman, aku nggak mengerti ….”Sebelum Moses selesai berbicara, tiba-tiba Yuna menyelanya, “Moses, apa perlu sampai seperti ini?”“.…”“Setelah apa yang kamu perbuat, apa kamu rasa masih perlu mencari alasan lagi? Kamu pikir kami juga kebetulan datang ke sini tanpa ada bukti untuk membongkar semua kebusukan kamu?”Semenjak Yuna mulai bekerja di departemen ini, orang yang paling dekat dengannya adalah Liman dan Moses. Hubungan Yuna dengan Moses memang tidak bisa dibilang akrab, tapi setidaknya kerja sama mereka berjalan dengan cukup lancar dan menyenangkan. Awalnya Yuna merasa Moses memandang sebelah mata dan tidak percaya padanya, tapi kemudian, Yuna menyadari kalau Moses sebenarnya adalah orang yang cukup objektif. Yna bahkan sudah bisa menerima sikap Moses yang selalu memandangnya sebelah mata seperti Chermiko. Namun Yuna benar-benar sulit menerima fakta bahwa Moses ternyata adalah pengkhianat.Moses seketika tertawa ketika mendengar ucapan Yuna dan melihat ekspresi yang terlukis