“Baik, aku tahu,” jawab Yuna sambil mengangguk.Dia menatap Moses yang masih berdiri di sana dan bertanya, “Masih ada hal lain?”Lelaki itu terdiam dan tampak ragu bersuara. Hingga akhirnya dia bertanya, “Dokter Yuna, apakah kamu benar-benar yakin dengan Dora?”Tadi Moses tidak membicarakan apa pun karena ada banyak orang di sana, serta terbagi dari bagian yang berbeda. Tidak baik jika mempertanyakan penilaian orang lain secara umum. Meski dia sendiri juga tidak begitu yakin dengan perempuan itu.Namun jika Moses langsung mempertanyakannya, maka akan langsung terlihat dia berdiri di sisi mana. Dalam hal dunia pendidikan diizinkan mencari tahu, tetapi tidak boleh membentuk kubu sendiri. Banyak hal yang masih sulit dijelaskan secara medis dan harus dilihat dari dua sisi.Yuna menatap lelaki itu dalam-dalam. Kalau yang bertanya adalah orang yang mempertanyakan pendapatnya tadi, dia tidak akan menjelaskan apa pun. Tidak ada gunanya jika dia menjelaskan panjang lebar jika orang itu dari awa
“Malvin!” Moses menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Malvin dengan serius dan berkata, “Datamu sebelumnya sudah ada kesalahan. Untungnya nggak ada kesalahan besar yang terjadi. Lain kali nggak boleh ada kesalahan seperti ini lagi!”Malvin memasang raut jengah ketika kesalahannya diungkit. Dia mendengus dan merangkul bahu Moses sambil berkata,“Iya, iya! Kesalahan kecil begini sudah pasti karena ketidaksengajaanku. Makanya aku bilang Dokter Moses yang terbaik. Mendukung dan mengasihi rekan kerja sendiri. Aku harus berterima kasih sama kamu. Gimana? Mau pergi minum?”“Waktu kerja nggak boleh minum! Minuman dari mana?” tanya Moses dengan kening berkerut.Di tempat ini semua makanan sudah disediakan. Mereka juga tidak boleh pulang dengan sesuka hati. Tidak mungkin mereka bisa pergi keluar untuk minum-minum.Malvin terbahak dan berkata, “Bercanda! Tentu saja aku nggak ada minuman. Maksudku lain kali setelah kita berhasil dan keluar dari sini. Kita harus merayakannya dan aku harus me
Dia tersadar dan dengan suara yang terdengar lebih bersahabat berkata, “Dokter Malvin, orang yang bisa datang ke tempat ini bukan orang biasa. Termasuk kamu juga. Dokter Liman pernah bilang kalau kita semua rekan kerja dan tujuan kita untuk proyek ini agar berhasil menaklukkan virusnya.” “Jangan terlalu penasaran dengan urusan orang lain. Yang sekarang harus kita lakukan adalah menyelesaikan pekerjaan kita sendiri.”Setelah diam sejenak, dia kembali berkata, “Kesalahanmu kemarin sudah diselesaikan tepat waktu dan juga nggak dilaporkan. Tapi kalau ada lagi-““Nggak, nggak! Nggak akan terjadi lagi!” potong Malvin sambil menangkap telunjuk Moses yang menunjuknya.Dia menyengir dan berkata, “Aku jamin nggak akan terjadi kesalahan yang sama lagi! Apa yang Dokter Moses katakan memang benar. Seharusnya aku nggak banyak tanya. Wah! Sudah waktunya! Aku harus kembali!”Setelah itu Malvin langsung berbalik dan pergi. Moses menggelengkan kepalanya menatap lelaki itu yang menjauh.***“Barangnya s
“Maksudmu orang-orang nggak berguna itu?!”Lelaki itu tertawa dengan keras dan terlihat tidak memandang orang yang dia sebut tidak berguna itu.Shane menggelengkan kepalanya dan berkata, “Bukan, aku dengar kabar bahwa negara kita sudah mengumpulkan para ahli dan tengah fokus menganalisis penyakit ini. Aku takut-““Takut apa?! Bukannya orang Indonesia nggak takut apa pun?! Kalau takut semuanya, nggak akan bisa melakukan apa pun!” ujar lelaki itu dengan dingin.Dengan santai dia berkata, “Sekarang seluruh dunia tengah menganalisis penyakit ini selama beberapa bulan. Hasilnya apa? Kenapa? Kamu pikir orang Indonesia sangat hebat?”“Meski begitu, kamu juga nggak boleh lupa dengan Yuna. Masih ada Rainie yang merupakan orang Indonesia. Kami orang Indonesia tidak selemah yang kamu pikirkan. Kamu juga butuh bantuan dari orang Indonesia.”Lelaki itu teringat sesuatu dan memicingkan matanya sambil berkata, “Nggak perlu pedulikan Rainie. Aku minta kamu bawa Yuna ke sini, lalu apa yang kamu lakukan
Rainie hanya terlihat santai dan tersenyum ketika menghadapi pertanyaan Shane sembari berkata, “Kenapa? Mau menuduhku? Shane, jangan lupa kalau tugasku dan kamu nggak sama. Tugasku hanya meneliti dan mengembangkan. Sedangkan kamu bertugas di eksternal. Apalagi Yuna bukannya teman lamamu?”“Kamu dan anaknya bukan sangat dekat? Seharusnya kamu yang paling cocok untuk menangkap anaknya, bukan?”“Karena aku dan dia terlalu dekat makanya akan lebih mudah ketahuan kalau aku yang muncul.”Shane menyipitkan matanya dan menatap mata indah Rainie yang penuh dengan rencana licik sambil berkata, “Rainie, kamu memang bertugas melakukan penelitian, lalu apa yang sudah kamu teliti? Sampai saat ini, barang yang digunakan tetap saja barang penelitian dulu,“Yang Bos inginkan masih belum berhasil kamu kembangkan. Tentu saja aku jadi curiga dengan kemampuanmu.”“Kamu!” Wajah Rainie menggelap seketika.Shane mengabaikannya dan lanjut berkata, “Nggak heran kalau Bos buru-buru mau menarik Yuna agar dia yang
“Baik,” jawab Rainie dengan cepat.Lelaki itu tampak puas. Tatapannya berubah hangat dan berkata, “Rainie, kamu tahu apa yang paling aku sukai dari kamu?”“Bagaimana mungkin aku berani menebak pemikiran Bos?” jawab Rainie.“Aku suka dengan kamu yang kejam! Nggak seperti Shane yang memiliki belas kasihan. Orang dewasa nggak seharusnya ada hati nurani. Di antara orang-orang berbakat, aku memilihmu karena kamu kejam dan dingin.”“Benar,” jawab Rainie dengan datar.“Bagaimana dengan R7?” tanya lelaki itu.“Penurut dan lancar. Jika tidak, kita juga nggak akan bisa pindah ke tempat baru secepat itu. Bos tenang saja, semuanya dalam kendaliku,” jawab Rainie penuh percaya diri.Dia menatap perempuan itu dalam dan jari tangannya menekan punggung tangannya yang satu lagi sambil berkata, “Aku ingat dulu kamu bilang reaksi R7 nggak bisa dikendalikan, karena itu kamu nggak menggunakannya. Kenapa sekarang jadi bisa dikendalikan?”“Bukan nggak terkendali, tapi aku nggak yakin dengan efek hasilnya sete
“Kakek, makan.”Suara kecil yang lembut dan terdengar penurut membuat Juan memutar kepalanya. Dia melihat Kenzi yang sedang membawa nampan besar. Di sampingnya ada pelayan yang menjaganya dengan hati-hati karena takut bocah itu menjatuhkan nampan tersebut.Bocah itu memaksa untuk membawa nampan itu sendiri. Para pelayan tidak bisa berbuat apa-apa selain menjaganya.“Kakek nggak makan, kamu saja,” jawab Juan dengan senyuman hangat. “Kakek, makan!” Kenzi berjinjit dan berusaha mengangkat nampannya. Karena tingginya terbatas, dia tidak bisa mengangkatnya terlalu tinggi.Dia tampak tidak seimbang dan seperti hendak jatuh. Juan bergegas mengambil nampan itu dan sebelah tangannya lagi menahan tubuh Kenzi.“Aduh cucuku!”Pelayan yang di sampingnya mengambil nampan dan Juan menggendong bocah itu sambil berkata,“Kamu nggak bisa membiarkan Kakek tenang?!”“Cemilan, dimakan,” ujar Kenzi sambil duduk di pelukannya. Tangannya tetap terulur mencoba menggapai makanan ringan yang dia bawa.Dengan p
Rumah yang begitu besar sudah tidak pernah didatangi oleh Jordan. Sekarang dia berjalan masuk dengan tertatih-tatih dan dibantu oleh anak dan menantunya.Dia berdiri di ruang tengah dan matanya menyapu ke sekeliling ruangan. Dengan perlahan dia menilai tempat tersebut. Hingga akhirnya terdengar suara langkah kaki dan muncul seorang lelaki tua berjalan dengan perlahan dari arah dalam.Matanya seketika memerah dan dengan langkah cepat dia menggenggam tangan lelaki tua itu sambil berkata, “Juan!”Tubuhnya yang tidak sanggup menopang nyaris terjatuh dan untung saja ditahan oleh Satya.“Pa, pelan-pelan.”“Sudah tua tapi masih begitu berlebihan,” ujar Juan sambil meliriknya dan mengerutkan kening. Dia terlihat jengah pada lelaki itu. Juan menggandeng Kenzi dengan perlahan dan duduk di sana.Beberapa orang itu tampak aneh ketika melihat seorang anak kecil. Terutama Jordan yang menatap Kenzi dengan lekat.“Juan, dia ….”“Dia apa?! Apa urusan sama kamu?!” potong Juan dengan kesal.“Sudah tua ke