“Maksudmu orang-orang nggak berguna itu?!”Lelaki itu tertawa dengan keras dan terlihat tidak memandang orang yang dia sebut tidak berguna itu.Shane menggelengkan kepalanya dan berkata, “Bukan, aku dengar kabar bahwa negara kita sudah mengumpulkan para ahli dan tengah fokus menganalisis penyakit ini. Aku takut-““Takut apa?! Bukannya orang Indonesia nggak takut apa pun?! Kalau takut semuanya, nggak akan bisa melakukan apa pun!” ujar lelaki itu dengan dingin.Dengan santai dia berkata, “Sekarang seluruh dunia tengah menganalisis penyakit ini selama beberapa bulan. Hasilnya apa? Kenapa? Kamu pikir orang Indonesia sangat hebat?”“Meski begitu, kamu juga nggak boleh lupa dengan Yuna. Masih ada Rainie yang merupakan orang Indonesia. Kami orang Indonesia tidak selemah yang kamu pikirkan. Kamu juga butuh bantuan dari orang Indonesia.”Lelaki itu teringat sesuatu dan memicingkan matanya sambil berkata, “Nggak perlu pedulikan Rainie. Aku minta kamu bawa Yuna ke sini, lalu apa yang kamu lakukan
Rainie hanya terlihat santai dan tersenyum ketika menghadapi pertanyaan Shane sembari berkata, “Kenapa? Mau menuduhku? Shane, jangan lupa kalau tugasku dan kamu nggak sama. Tugasku hanya meneliti dan mengembangkan. Sedangkan kamu bertugas di eksternal. Apalagi Yuna bukannya teman lamamu?”“Kamu dan anaknya bukan sangat dekat? Seharusnya kamu yang paling cocok untuk menangkap anaknya, bukan?”“Karena aku dan dia terlalu dekat makanya akan lebih mudah ketahuan kalau aku yang muncul.”Shane menyipitkan matanya dan menatap mata indah Rainie yang penuh dengan rencana licik sambil berkata, “Rainie, kamu memang bertugas melakukan penelitian, lalu apa yang sudah kamu teliti? Sampai saat ini, barang yang digunakan tetap saja barang penelitian dulu,“Yang Bos inginkan masih belum berhasil kamu kembangkan. Tentu saja aku jadi curiga dengan kemampuanmu.”“Kamu!” Wajah Rainie menggelap seketika.Shane mengabaikannya dan lanjut berkata, “Nggak heran kalau Bos buru-buru mau menarik Yuna agar dia yang
“Baik,” jawab Rainie dengan cepat.Lelaki itu tampak puas. Tatapannya berubah hangat dan berkata, “Rainie, kamu tahu apa yang paling aku sukai dari kamu?”“Bagaimana mungkin aku berani menebak pemikiran Bos?” jawab Rainie.“Aku suka dengan kamu yang kejam! Nggak seperti Shane yang memiliki belas kasihan. Orang dewasa nggak seharusnya ada hati nurani. Di antara orang-orang berbakat, aku memilihmu karena kamu kejam dan dingin.”“Benar,” jawab Rainie dengan datar.“Bagaimana dengan R7?” tanya lelaki itu.“Penurut dan lancar. Jika tidak, kita juga nggak akan bisa pindah ke tempat baru secepat itu. Bos tenang saja, semuanya dalam kendaliku,” jawab Rainie penuh percaya diri.Dia menatap perempuan itu dalam dan jari tangannya menekan punggung tangannya yang satu lagi sambil berkata, “Aku ingat dulu kamu bilang reaksi R7 nggak bisa dikendalikan, karena itu kamu nggak menggunakannya. Kenapa sekarang jadi bisa dikendalikan?”“Bukan nggak terkendali, tapi aku nggak yakin dengan efek hasilnya sete
“Kakek, makan.”Suara kecil yang lembut dan terdengar penurut membuat Juan memutar kepalanya. Dia melihat Kenzi yang sedang membawa nampan besar. Di sampingnya ada pelayan yang menjaganya dengan hati-hati karena takut bocah itu menjatuhkan nampan tersebut.Bocah itu memaksa untuk membawa nampan itu sendiri. Para pelayan tidak bisa berbuat apa-apa selain menjaganya.“Kakek nggak makan, kamu saja,” jawab Juan dengan senyuman hangat. “Kakek, makan!” Kenzi berjinjit dan berusaha mengangkat nampannya. Karena tingginya terbatas, dia tidak bisa mengangkatnya terlalu tinggi.Dia tampak tidak seimbang dan seperti hendak jatuh. Juan bergegas mengambil nampan itu dan sebelah tangannya lagi menahan tubuh Kenzi.“Aduh cucuku!”Pelayan yang di sampingnya mengambil nampan dan Juan menggendong bocah itu sambil berkata,“Kamu nggak bisa membiarkan Kakek tenang?!”“Cemilan, dimakan,” ujar Kenzi sambil duduk di pelukannya. Tangannya tetap terulur mencoba menggapai makanan ringan yang dia bawa.Dengan p
Rumah yang begitu besar sudah tidak pernah didatangi oleh Jordan. Sekarang dia berjalan masuk dengan tertatih-tatih dan dibantu oleh anak dan menantunya.Dia berdiri di ruang tengah dan matanya menyapu ke sekeliling ruangan. Dengan perlahan dia menilai tempat tersebut. Hingga akhirnya terdengar suara langkah kaki dan muncul seorang lelaki tua berjalan dengan perlahan dari arah dalam.Matanya seketika memerah dan dengan langkah cepat dia menggenggam tangan lelaki tua itu sambil berkata, “Juan!”Tubuhnya yang tidak sanggup menopang nyaris terjatuh dan untung saja ditahan oleh Satya.“Pa, pelan-pelan.”“Sudah tua tapi masih begitu berlebihan,” ujar Juan sambil meliriknya dan mengerutkan kening. Dia terlihat jengah pada lelaki itu. Juan menggandeng Kenzi dengan perlahan dan duduk di sana.Beberapa orang itu tampak aneh ketika melihat seorang anak kecil. Terutama Jordan yang menatap Kenzi dengan lekat.“Juan, dia ….”“Dia apa?! Apa urusan sama kamu?!” potong Juan dengan kesal.“Sudah tua ke
“Om, kenapa Om bicara seperti itu?! Om itu senior dan Chermiko juga memanggil Om dengan panggilan Kakek. Om nggak suka ketemu kami, kami juga nggak pernah berani mengusik Om. Kalau Om nggak mengakui kami sebagai keluarga, kami juga nggak berani mengaku-ngaku. Tapi apa salah Chermiko?”Juan meliriknya dan mendengus sinis sambil berkata, “Terserah! Dulu papamu yang bilang begitu pada saya. Sekarang saya berikan kembali, lalu apa salahnya?”Satya terdiam dan menoleh ke arah ayahnya. Jordan menunduk hingga tidak ada yang bisa melihat ekspresinya. Lelaki tua itu menghela napas panjang kemudian mendongak dan berkata,“Juan, kamu masih nggak mau memaafkan aku?”“Karena sudah putus hubungan, maka harusnya putus hingga bersih. Apa yangharus dimaafkan?”Dia menatap wajah lucu Kenzi dan tersenyum. Namun matanya tetap terlihat kecewa dan sedih.Kenzi juga menatapnya, dia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh orang dewasa. Akan tetapi, tatapan Juan terlihat tidak bahagia.Kenzi mengulurkan tanga
Karena ada Jordan yang memulai, pada akhirnya Satya dan Dessy juga ikut bersujud. Suara kepala yang beradu dengan lantai ketika bersujud seketika bergema di seluruh ruangan.Kenzi spontan mengedipkan matanya. Dia ingin bertanya mengapa orang-orang itu bersujud. Akan tetapi, dia langsung mengerutkan bibirnya dan tidak bersuara ketika melihat kakeknya sangat marah.“Kamu berdiri, kalian semua cepat berdiri! Cepat berdiri!” bentak Juan. Suaranya begitu keras sehingga semua orang langsung tercengang dan mendongakkan kepala untuk melihatnya.“Jordan, Jordan. Kamu ini .... Bagus sekali!”Juan sangat marah sehingga di berdiri, lalu berjalan mondar-mandir, “Sudah tua begini, kamu pakai cara seperti ini? Kamu kira kalau kamu begini, aku pasti akan setuju bantu kamu?”“Nggak, aku benar-benar mohon sama kamu. Aku sudah nggak punya pilihan lagi. Kami sudah periksa rekaman CCTV, tapi masih saja belum temukan keberadaannya. Sudah berhari-hari, kamu juga tahu sifat Chermiko. Dia nggak pernah buat ora
“Kalau begitu, dia ....” Wajah Dessy menjadi pucat pasi.Dessy baru saja merasa sedikit lega ketika mendengar kalau putranya mungkin saja masih hidup. Namun, begitu dia mendengar Juan berbicara soal mayat dan mayat, hatinya sudah tidak tahan lagi.“Aku sudah suruh orang untuk cari dia. Kalau ada kabar, aku akan langsung beritahu kalian.” Juan duduk dan meminum tehnya. Dia terdiam sejenak, lalu mendongakkan kepala dan mendapati Jordan dan yang lainnya sedang menatapnya. Dia pun berkata dengan ketus, “Lihat apa! Sudah kubilang aku akan beritahu kalian kalau sudah ada kabar ....”“Juan, terima kasih.” Jordan berkata dengan terharu, “Aku tahu kamu pasti nggak akan diam saja nggak mau bantu.”“Terima kasih, Om Juan.” Satya juga berkata dengan penuh rasa terima kasih.Juan mengibaskan tangannya dengan sikap ketus, “Sudah, sudah, cukup basa-basi kalian. Yang penting kalian nggak usah sering-sering datang ke sini ganggu aku. Aku nggak sanggup lihat kalian merengek begini. Kamu juga, Jordan. Su
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti