“Kalau begitu, dia ....” Wajah Dessy menjadi pucat pasi.Dessy baru saja merasa sedikit lega ketika mendengar kalau putranya mungkin saja masih hidup. Namun, begitu dia mendengar Juan berbicara soal mayat dan mayat, hatinya sudah tidak tahan lagi.“Aku sudah suruh orang untuk cari dia. Kalau ada kabar, aku akan langsung beritahu kalian.” Juan duduk dan meminum tehnya. Dia terdiam sejenak, lalu mendongakkan kepala dan mendapati Jordan dan yang lainnya sedang menatapnya. Dia pun berkata dengan ketus, “Lihat apa! Sudah kubilang aku akan beritahu kalian kalau sudah ada kabar ....”“Juan, terima kasih.” Jordan berkata dengan terharu, “Aku tahu kamu pasti nggak akan diam saja nggak mau bantu.”“Terima kasih, Om Juan.” Satya juga berkata dengan penuh rasa terima kasih.Juan mengibaskan tangannya dengan sikap ketus, “Sudah, sudah, cukup basa-basi kalian. Yang penting kalian nggak usah sering-sering datang ke sini ganggu aku. Aku nggak sanggup lihat kalian merengek begini. Kamu juga, Jordan. Su
Chermiko terbangun dari mimpi buruk lagi. Dia membuka matanya dan menatap langit-langit sambil diam terpaku. Dia sudah terbiasa. Siang dan malam, terus berulang begitu saja. Faktanya, sekarang Chermiko sendiri bahkan tidak tahu mimpi buruk itu tidur atau bangun. Mungkin, bangun barulah mimpi buruk baginya.Bagaimanapun saat tidur, dia tahu kalau itu hanya mimpi, masih ada harapan untuk bangun. Namun saat membuka mata, dia hanya akan menghadapi siksaan yang tiada akhir. Dia masih ingat apa yang Shane katakan padanya. Hanya saja setelah memikirkannya berulang kali, dia tetap masih tidak yakin harus percaya padanya atau tidak. Setelah menunggu dua hari, tetap saja tidak ada tanda-tanda akan pergi. Apakah Shane mempermainkannya lagi?Akan tetapi, apa gunanya bagi Shane mempermainkan dirinya seperti ini? Apakah Shane menganggap ini seperti permainan menangkap mangsa?Pada saat Chermiko tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Berbeda dari biasanya, kali ini diirin
Oleh karena itu, Rainie terus melakukan percobaan dan penyesuaian obat. Meski begitu, dia masih belum bisa yakin seratus persen akan efek obatnya.“Kamu tahu apa obat yang aku berikan padamu?” Rainie mendekat sedikit dan bertanya dengan suara pelan.Chermiko tidak bicara, hanya menurunkan tatapan matanya. Rainie kembali tersenyum dan berbisik di telinga Chermika, “Itu ... racun.”Seulas senyum aneh merekah di bibir merah Rainie. Namun, kata-kata Rainie tersebut tidak memancing reaksi apa pun dari Chermiko. Pria itu duduk tak bergerak dalam kondisi terikat, seolah-olah telah kehilangan nyawanya.Karena tak kunjung mendapat jawaban, Rainie pun mulai merasa bosan. Dia berdecak lalu berkata, “Tapi kamu tenang saja, racun ini nggak membahayakan nyawa. Dia bisa buat kamu lebih kuat. Begitu kamu melewatinya, kamu akan kebal terhadap semua jenis racun. Dengan begitu, kamu bakal lebih gampang jadi dokter genius, bukan?”Chermiko mendongakkan kepala dan menatap Rainie. Sorot matanya seolah berka
Chermiko kelihatannya hanya diam saja saat dibawa pergi. Padahal dia diam-diam mulai mengingat jalan di bawah kakinya serta suara-suara yang ada di sekitarnya. Sesaat kemudian, dia merasa seperti masuk ke dalam lift, lalu lift itu turun ke bawah. Bukan naik, tapi turun. Berarti tempat di mana dia berada ada di lantai atas? Namun sebentar saja lift telah tiba. Maka itu artinya, lantai tempat dia berada tadi tidak terlalu tinggi.Setelah Chermiko dibawa keluar, dia mendengarkan dengan saksama. Dia tidak mendengar suara sepatu hak tinggi. Kecuali dua orang yang membawanya, dia tidak mendengar suara lain. Apakah Rainie tidak mengikutinya?Chermiko diam-diam menganalisis dan menilai di dalam hati, hingga dia didorong ke dalam mobil. Sejak mesin mobil menyala, dia diam-diam menghitung waktu dalam hati. Shane bilang sekitar 20 menit setelah mobil jalan ....Chermiko tidak bisa melihat apa-apa, dia juga tidak punya jam tangan. Namun baginya sekarang, menghitung waktu bukanlah suatu hal yang s
Prang!Mobil itu mendarat ke jalan beraspal hingga menimbulkan suara yang keras. Tubuh Chermiko juga kehilangan keseimbangan dan ikut berguling di dalam mobil.Setelah mobil berhenti terguling, Chermiko melihat ke luar jendela mobil, mendambakan kebebasan. Namun pada saat yang sama, ada suara dengungan dan tangisan yang bercampur di telinganya. Suara-suara itu membuat otaknya menjadi linglung.Entah berapa lama berlalu, Chermiko merasa tubuhnya diseret keluar dari mobil. Dia hanya merasa panas di kepalanya, seolah-olah ada sesuatu yang mengalir ke bawah. Pemandangan di depan matanya juga buram. Ada api, ada orang, juga ada suara teriakan, sirine ambulans dan mobil polisi yang bercampur aduk menjadi satu. Chermiko merasa dirinya telah mendengar banyak suara, tapi semuanya juga tidak terdengar jelas. Setelah itu, Chermiko tidak tahu apa-apa lagi.***Yuna baru saja selesai menyimpan obat yang sudah dimasak. Setelah menyeka tangannya, dia hendak keluar. Tiba-tiba, dia mendengar suara lan
“Semua gara-gara kamu!” Malvin berkata dengan nada keras, “Kalau bukan karena kamu, anak ini nggak perlu menderita seperti ini, sekarang dia nggak akan sekarat begini! Kamu masih saja buat onar di sini!”“Aku nggak buat onar! Aku mau periksa denyut nadinya. Minggir!” kata Yuna dengan dingin.“Nggak usah! Periksa denyut nadi, periksa apanya?! Hanya dengan mengandalkan beberapa jarimu itu, memangnya lebih berguna daripada alat-alat kami? Yang kamu lakukan itu hanya tipuan. Sejak awal aku sudah bilang pengobatan tradisional kalian itu nggak bisa diandalkan. Sekarang kondisinya sudah jadi seperti ini, kamu masih mau buat alasan apa?!” umpat Malvin.Beberapa dokter pengobatan tradisional yang juga berada di sana merasa tidak terima dengan ucapan Malvin. Mereka pun segera membalas, “Eh, kamu bilang hanya tipuan? Kenapa pengobatan tradisional nggak bisa diandalkan?”“Memang nggak bisa diandalkan!”“Kalian dokter modern nggak bisa apa-apa tanpa alat. Kalau nggak operasi ya berarti tunggu mati
Sesaat kemudian, Yuna baru berdiri tegak dan menatap Liman, “Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Dokter.”“Bagaimana kondisi anak itu?” Liman mengerutkan kening dan langsung bertanya.“Untuk saat ini sudah stabil,” kata Yuna dengan halus. Kemudian, dia membungkuk dan mencubit kedua sisi pipi si anak dengan satu tangan. Setelah itu, dia tiba-tiba memasukkan sesuatu ke dalam mulut si anak dengan tangan lainnya.Gerakan Yuna begitu cepat begitu mendadak. Yang lainnya bahkan tidak sempat menghentikannya. Salah satu dari mereka langsung berseru, “Kamu masukkan apa ke dalam mulutnya?!”“Dokter Liman, aku ingin bicara berdua dengan Dokter.” Yuna berbalik dan menatap Liman, lalu berkata dengan nada datar.Liman belum menjawab, Malvin yang berdiri di samping langsung tertawa sinis, “Mau ngomong apa sampai nggak bisa ngomong di sini saja, harus ngomong berdua? Kita yang ada di sini semuanya rekan kerja. Dokter Liman juga bilang kalau kita semua berada di garis yang sama. Apakah masih ada
Keduanya saling adu mulut, semua yang mereka ucapkan sepertinya masuk akal. Untuk sesaat, semua orang tidak tahu harus berpihak pada siapa, atau harus memercayai siapa.“Dokter Yuna, jadi menurutmu apa yang harus kita lakukan sekarang?” Moses yang sedari tadi diam saja akhirnya buka suara. Dia tidak mengatakan siapa yang benar atau salah, juga tidak memihak pada siapa pun. Dia hanya bertanya pada Yuna apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.“Betul, sekarang bukan waktunya berdebat siapa yang benar siapa yang salah. Yang paling penting sekarang kita selamatkan pasien dulu.” Yang lain mengangguk setuju dan berkata, “Dokter Yuna, tadi kamu kasih anak ini obat apa? Kenapa kamu sembarangan kasih obat?”“Obat itu untuk mempertahankan detak jantungnya,” jawab Yuna. “Karena anak dan kasus ini sudah serahkan ke aku, aku akan bertanggung jawab sampai akhir. Aku juga akan tepati janjiku.”Moses mengerutkan kening, “Sekarang bukan masalah tanggung jawab atau nggak, tepati janji atau nggak. Ini