Masih ada beberapa orang yang tampak setengah tidak percaya dengan ucapannya, tetapi mereka juga tidak berani seratus persen memastikan.Sesungguhnya, penyakit kali ini sungguh sangat tidak normal. Mereka semua menganalisisnya cukup lama, tetapi tidak bisa mengatasinya. Awalnya mereka pikir tidak butuh waktu lama untuk bisa mengatasinya karena ada banyak orang berbakat tengah berkumpul.Namun sampai saat ini, mereka mulai menyadari bahwa penyakit ini seperti sebuah tantangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak hanya hal baru bagi mereka, tetapi merupakan kesulitan bagi seluruh dunia. Para dokter berbakat dan berprestasi di dunia tengah bersama-sama mengatasi kesulitan ini.“Tolong jangan mempersulit kami. Kalau karena kekerasan kepalamu ini yang menghambat pengobatan membuat pasien semakin parah, kamu bisa bertanggung jawab?”Orang tersebut tidak percaya dengan Yuna. Dengan tegas dia berkata,“Saya mengakui keberadaan dokter tradisional, tetapi di saat sekarang ini, akan s
“Tidak keburu lagi,” gumam orang yang ada di belakang Yuna. Dia langsung maju ke hadapan Dora. Yuna menahan tangannya, tetapi ingin dibalas oleh lelaki itu. Namun cengkeraman Yuna terasa sangat kuat.Semua orang mengenakan seragam dokter dan tidak leluasa untuk bergerak. Tubuh kecil Yuna ternyata menyimpan banyak kekuatan yang membuat dokter lelaki itu kewalahan.“Kenapa kalian diam saja?! Tolongin pasien!”“Sudah saya katakan jangan infus!” sahut Yuna. Dia sambil menepis tangannya dengan kuat hingga membuat dokter itu mundur beberapa langkah.Mungkin karena suaranya yang terlalu nyaring atau auranya yang terlalu kuat, semua orang yang ada di sana terdiam. Dokter Liman maju dan berkata, “Nyawa orang lebih penting.”“Saya tahu!” jawab Yuna penuh keyakinan.“Dokter Liman, tolong percaya dengan saya. Kasih saya dan Dora satu kesempatan. Saya akan tunjukkan hasilnya! Saya sangat mengerti dengan penyakit ini karena ini adalah akal dari penyakit ini! Jangan sampai tertipu! Cairan infus hany
“Baiklah, di sini akan diserahkan padamu. Kapan kamu bisa kasih hasil yang pasti?” ujar Liman setelah diam sejenak.“Hari ini!” jawab Yuna dengan pasti.Dari pengetahuannya tentang penyakit ini, virusnya tidak akan bertahan lama tanpa adanya obat apa pun. Ditambah dengan bantuan obat yang dia siapkan serta imunitas alami dalam tubuh manusia, seharusnya malam ini akan ada hasil.Liman menatap Yuna dalam-dalam dan menangkap keyakinan di kedua bola mata perempuan itu. Dia diam dan tidak berkata apa pun.“Dokter Liman …” ujar orang yang ada di sana.Meski perempuan itu terlihat sangat percaya diri, kalau terjadi sesuatu maka akan menjadi tanggung jawab bersama. Namun Dokter Liman hanya mengibaskan tangannya dan berkata,“Kalian lihat pasien lainnya dan perhatikan mereka. Jangan sampai ada kejadian serupa terjadi. Selalu siaga setiap saat.”Mereka kembali ke laboratorium dan melakukan proses steril sembari melepaskan seragamnya. Dokter yang sebelumnya ribut dengan Yuna menghampiri Liman dan
Yuna menuangkan obat yang sudah dia masak. Uap panas dari obat itu menguarkan aroma tumbuhan yang segar.Dia menuangkan obat itu ke dalam mangkok dengan serius. Setelah itu dia berbalik dan mengambil teko yang ada di atas kompor. Di dalam sana terdapat cairan obat untuk menetralkan racun. Namun bukan diminum, melainkan untuk disemprot ke sekitar kamar. Hanya perlu dicairkan sebelum disemprotkan.Keringat membanjiri kening Yuna. Untungnya ruangan di sana tidak perlu mengenakan seragam pelindung. Jika tidak, tubuhnya pasti akan basah kuyup. Setiap dia melepas seragamnya, Yuna akan seperti baru selesai mandi. Jika bukan karena kondisi tubuhnya yang bagus, dia akan tumbang karena kelelahan.Yuna duduk di bangku dan mengambil kertas serta pulpen, kemudian mulai mencatat perhitungan penting. Sebelah tangannya memukul pundaknya dengan perlahan untuk mengurangi pegal.Semua perhitungan digabungkan menjadi satu sambil pikirannya melayang ke hal yang berbeda. Dulu di tempat penelitian Profesor D
“Baik, aku tahu,” jawab Yuna sambil mengangguk.Dia menatap Moses yang masih berdiri di sana dan bertanya, “Masih ada hal lain?”Lelaki itu terdiam dan tampak ragu bersuara. Hingga akhirnya dia bertanya, “Dokter Yuna, apakah kamu benar-benar yakin dengan Dora?”Tadi Moses tidak membicarakan apa pun karena ada banyak orang di sana, serta terbagi dari bagian yang berbeda. Tidak baik jika mempertanyakan penilaian orang lain secara umum. Meski dia sendiri juga tidak begitu yakin dengan perempuan itu.Namun jika Moses langsung mempertanyakannya, maka akan langsung terlihat dia berdiri di sisi mana. Dalam hal dunia pendidikan diizinkan mencari tahu, tetapi tidak boleh membentuk kubu sendiri. Banyak hal yang masih sulit dijelaskan secara medis dan harus dilihat dari dua sisi.Yuna menatap lelaki itu dalam-dalam. Kalau yang bertanya adalah orang yang mempertanyakan pendapatnya tadi, dia tidak akan menjelaskan apa pun. Tidak ada gunanya jika dia menjelaskan panjang lebar jika orang itu dari awa
“Malvin!” Moses menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Malvin dengan serius dan berkata, “Datamu sebelumnya sudah ada kesalahan. Untungnya nggak ada kesalahan besar yang terjadi. Lain kali nggak boleh ada kesalahan seperti ini lagi!”Malvin memasang raut jengah ketika kesalahannya diungkit. Dia mendengus dan merangkul bahu Moses sambil berkata,“Iya, iya! Kesalahan kecil begini sudah pasti karena ketidaksengajaanku. Makanya aku bilang Dokter Moses yang terbaik. Mendukung dan mengasihi rekan kerja sendiri. Aku harus berterima kasih sama kamu. Gimana? Mau pergi minum?”“Waktu kerja nggak boleh minum! Minuman dari mana?” tanya Moses dengan kening berkerut.Di tempat ini semua makanan sudah disediakan. Mereka juga tidak boleh pulang dengan sesuka hati. Tidak mungkin mereka bisa pergi keluar untuk minum-minum.Malvin terbahak dan berkata, “Bercanda! Tentu saja aku nggak ada minuman. Maksudku lain kali setelah kita berhasil dan keluar dari sini. Kita harus merayakannya dan aku harus me
Dia tersadar dan dengan suara yang terdengar lebih bersahabat berkata, “Dokter Malvin, orang yang bisa datang ke tempat ini bukan orang biasa. Termasuk kamu juga. Dokter Liman pernah bilang kalau kita semua rekan kerja dan tujuan kita untuk proyek ini agar berhasil menaklukkan virusnya.” “Jangan terlalu penasaran dengan urusan orang lain. Yang sekarang harus kita lakukan adalah menyelesaikan pekerjaan kita sendiri.”Setelah diam sejenak, dia kembali berkata, “Kesalahanmu kemarin sudah diselesaikan tepat waktu dan juga nggak dilaporkan. Tapi kalau ada lagi-““Nggak, nggak! Nggak akan terjadi lagi!” potong Malvin sambil menangkap telunjuk Moses yang menunjuknya.Dia menyengir dan berkata, “Aku jamin nggak akan terjadi kesalahan yang sama lagi! Apa yang Dokter Moses katakan memang benar. Seharusnya aku nggak banyak tanya. Wah! Sudah waktunya! Aku harus kembali!”Setelah itu Malvin langsung berbalik dan pergi. Moses menggelengkan kepalanya menatap lelaki itu yang menjauh.***“Barangnya s
“Maksudmu orang-orang nggak berguna itu?!”Lelaki itu tertawa dengan keras dan terlihat tidak memandang orang yang dia sebut tidak berguna itu.Shane menggelengkan kepalanya dan berkata, “Bukan, aku dengar kabar bahwa negara kita sudah mengumpulkan para ahli dan tengah fokus menganalisis penyakit ini. Aku takut-““Takut apa?! Bukannya orang Indonesia nggak takut apa pun?! Kalau takut semuanya, nggak akan bisa melakukan apa pun!” ujar lelaki itu dengan dingin.Dengan santai dia berkata, “Sekarang seluruh dunia tengah menganalisis penyakit ini selama beberapa bulan. Hasilnya apa? Kenapa? Kamu pikir orang Indonesia sangat hebat?”“Meski begitu, kamu juga nggak boleh lupa dengan Yuna. Masih ada Rainie yang merupakan orang Indonesia. Kami orang Indonesia tidak selemah yang kamu pikirkan. Kamu juga butuh bantuan dari orang Indonesia.”Lelaki itu teringat sesuatu dan memicingkan matanya sambil berkata, “Nggak perlu pedulikan Rainie. Aku minta kamu bawa Yuna ke sini, lalu apa yang kamu lakukan
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta